Senin, 20 Juni 2022

silang budaya di pasar gambir




Salah satunya produk politik liberal parlemen belanda adalah Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870. Undang-undang ini mengatur prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan. Tokoh yang mengeluarkan Undang-Undang Agraria 1870 di zaman Hindia Belanda adalah Engelbertus de Waal, yang menjabat sebagai menteri jajahan pada jaman Raja Willem III. Memberikan kesempatan warga pribumi untuk bekerjasama dengan investor dari eropa , jepang dan timur jauh, tetapi pada pelaksanaan yang tidak terkontrol justru membikin keruwetan dan ketimpangan tata kelola agraria. Tidak bisa dipungkiri hal ini juga sebagai pemicu akulturasi diantara pribumi dan warga asing. Hal ini juga terjadi di batavia atau jakarta, makanya banyak pabrik didirikan baik milik orang china maupun eropa.

Pemicu lainnya terjadinya akulturasi antar etnis di batavia atau jakarta waktu itu, stimulannya adalah  Penobatan Ratu Wilhelmina di Belanda membuat pemerintahan Gementee Batavia di Jakarta menggelar pesta berupa pasar malam di Koningsplein, kini dikenal dengan kawasan Monumen Nasional. Wilhelmina naik takhta pada tahun 1890 saat usianya baru 10 tahun. Takhta didapatkan dari sang ayah, Raja Willem III, yang meninggal pada 23 November 1890. Memasuki usia 20 tahun, Wilhelmina sudah menunjukkan kualitasnya karena ditempa oleh banyaknya permasalahan dan perang dunia. Dia menetapkan kebijakan politik etis, yang akhirnya mengantarkan Indonesia pada kebangkitan nasional.

Acara ini kemudian dikenal dengan Pasar Malam Gambir dan dilaksanakan rutin setiap tahun. Namanya kota besar kota pelabuhan tentusaja menjadi tujuan untuk mencari nafkah yang datang dari daerah-daerah nusantara maupun orang asing. Moment hiburan yang didukung oleh penguasa pemerintahan tentusaja, akan meriah karena mestinya akan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak pengusaha yang telah bermitra dengan pemerintahan waktu itu. Akulturasi diantara mereka tidak bisa dihindarkan, pekan raya pasar gambir bisa saja dianggap sebagai pemicu, kesenangan keriangan dan saat-saat sejenak melepaskan sisi-sisi identitas kedaerahannya karena bahagia seringkali tidak mengenal batas identitas etnis.

Kemudian ketika Batavia di kuasai orang Inggris, gagasan pendirian Pekan Raya Pasar Gambir dibuat lebih glamour oleh Thomas Stamford Raffles dimana pada saat itu Pulau Jawa dikuasai oleh Kerajaan Inggris. Maka bersamaan dengan ulang tahun Raja Inggris King George III pada tahun 1812 Pekan Raya Pasar Gambir bisa setaraf kemajuan nya dengan Singapura. Selang beberapa tahun berikutnya Pekan Raya Pasar Gambir ini dilaksanakan kembali pembangunan oleh seorang Arsitek terkenal pada saat itu yaitu Mr. J. H. Antonisse tahun 1920 ia diangkat menjadi Kepala Departemen Teknis Kota Batavia . Dari sinilah ia mengekspresikan kemampuan seni arsitekturnya.

Sejak tahun 1923 ia merancang pasar tahunan yaitu Pasar Gambir , yang secara bebas dicampur antara gaya arsitektur Timur dan Barat . Kegiatan Pasar Gambir di Batavia berlangsung dua minggu setiap tahun nya dan dibangun kembali setiap kali dalam bentuk yang berbeda tahun berikutnya. Awalnya desain Antonisse lebih ke Eropa daripada Asia , namun pada tahun-tahun kemudian setelah itu sebaliknya desain Asia lebih dominan .Pasar Gambir adalah pasar oriental tapi diciptakan oleh orang Barat , dengan disain campuran etnis yang setiap tahun berganti disainnya. Pekan raya pasar gambir itu dimeriahkan dengan ekspresi budaya  misalnya karnaval , pasar kerajinan , hiburan musik , permainan ular oleh fakir India . Pasar Gambir dikatakan sebagai kota fantasi. Kota hiburannya beragam etnis, bagaimana tidak bercampur etnis yang hidup disana, karena hampir empat dekade pemerintah belanda mendukungnya. Percampuran antar etnis adalah suatu keniscayaan yang bakal terjadi di batavia atau jakarta.

Aktivitas Pasar Gambir terhenti ketika Jepang menggantikan Belanda menguasai Indonesia pada 1942. Keceriaan itu kembali dihidupkan oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1968. Hingga terakhir di masa Jokowi dulu areal pekan raya jakarta hanya tujuh hektar kini menjadi empatpuluh hektar lebih.Kenangan dulu semasa kecil ada pekan raya yang bisa menampung jutaan penduduk Jakarta dan orang luar yang punya kenangan di pasar Gambir. Karena dulu Pasar Gambir di Jakarta merupakan keramaian yang menyenangkan, orang di Jakarta benar-benar seperti dimanjakan selama dua minggu. Di arena itu warga Jakarta bisa menikmati aneka suguhan hiburan seperti bioskop, panggung joget untuk tua-muda, dan panggung kesenian dan kuliner daerah-daerah. Makanya kini orang batavia yang menjadi orang betawi adalah etnis hasil dari percampuran lintas budaya dan tradisi dari suku nusantara dan dari luar negeri lainnya. Heibat ya gaes bagaimana kerumunan pasar dengan ekspresi seni budaya masing-masing mampu bercampur dan beradaptasi membentuk budaya baru. Ternyata pasar tidak hanya pertemuan pedagang dan pembeli tetapi jika di created akan juga menjadi pertemuan budaya diantara mereka. Semoga menginspirasi para elite pemerintahan untuk menciptakan media sebagai peningkatan ekonomi serta dapat juga berekspresi seni budaya antar etnis menjadi peristiwa budaya.

Tidak ada komentar: