Jumat, 09 September 2022

pengrajin perhiasan emas tetap bertahan dan merawat tradisi nusantara

 


 

Masyarakat jawa biasanya mempunyai tradisi untuk mempercantik diri , biasanya perempuan jawa kurang pede kalau tidak mempunyai emas yang nangkring di tubuhnya entah itu anting, gelang maupun kalung. Apalagi mendekati hari raya idul fitri biasanya toko emas banyak dikunjungi oleh emak-emak, ada yang jual tetapi ada juga yang membeli. Meski harga emas naik keberadaan toko emas dengan harga pasaran tak menyurutkan emak-emak datang membeli, menukar atau bahkan menjual, mungkin urusan rejekinya masih seret mendekati lebaran.

Lalu coba diperhatikan dalan foto diatas , ada sebuah kayu dengan sobekan bentuk ve , nah gaes kayu itu ciri khasnya pengrajin emas atau orang menyebutnya kemasan. Mereka pengrajin tradisional dengan skills turunan atau belajar pada seniornya dan kemudian menjadi profesi dengan pekerjaannya sebagai perajin emas kemasan. Biasanya kemasan ini berguna ketika membetulkan atau membuat baru seperti yang diinginkan dengan contoh gambar emas yang dipilih pelanggannya. Karena pengrajin kemasan sendiri adalah pengrajin yang mendesain ulang perhiasan dan atau membuat desain perhiasan baru sesuai permintaan pemesan. 

Mereka sepertinya masih bertahan ditengah kemampuan variasi dari toko emas, mereka para pengrajin mengeluh walaupun orderan dari pemesan sepi saat pandemi ini terutama pesanan dari Bali yang biasanya kontinyu sekarang ini mandeg greg. Bagi mereka rejeki sudah ada yang mengatur, misalnya kadang-kadang dtnagnya rejeki ada saja, misalnya ada  yang membetulkan perhiasan emas yang rusak atau patah, atau ganti model juga ada juga yang ingin menyepuhkan agar emasnya kinclong kembali. Semoga saja masih menjadi tradisi perempuan jawa yang menggunakan perhiasan emas sehingga para pengrajin ini bisa merawat tradisi nusantara dan melestarikan model perhiasan emas dengan motif kearifan lokal yang sesuai dengan busananya karena itu akan menjadi identitas masyarakat nusantara.

Tidak ada komentar: