Senin, 12 Desember 2022

tradisi kuliner gorengan tidak bisa disepelekan


Apakah kamu termasuk penyuka gorengan ? Gorengan sepertinya hanyalah penganan yang sangat mudah didapat dan tidak terlalu menjadi perhatian. Tetapi kadang ada penjual gorengan yang pelanggannya sampai antri-antri dalam membelinya. Nggak tahu apakah makanan gorengannnya yang enak, murah atau memang legendaris. Lalu sejak kapan gorengan ini dikenalkan sebagai makanan cemilan atau kuliner pendamping minum kopi atau minum teh ? Hampir semua kalangan kelas dimasyarakat rata-rata pernah makan itu gorengan , mungkin kalau orang kaya hanya sesekali tetapi bagi lain halnya tingkat konsumsi mereka menengah kebawah rasanya termasuk menu makanan yang akan dilahap tiap harinya. 

Gorengan sangat dekat menu dan bumbu tradisional bahan makanannya pun hasil bumi yang mudah didapat dipasaran. Rata-rata tidak aneh-aneh bahanbakunya , tetapi mengenai bentuknya bisa sangat uptodate seperti mengikuti trend masyarakatnya,meskipun ketika jenuh akan balik lagi pada bentuk-bentuk tradisional apa adanya saja. Tetapi bahan utamanya yang wajib adalah sembako, bisa jadi minyak goreng, tepung terigu, gula, bawang jadi jika bahan sembakao itu langka atau mengalami kenaikan maka gorengan akan sangat terpengaruh. Dan para produsen serta pembelinya pun tidak ada kata kapoknya, mereka tetap berjualan meski sedikit berkurang dan mereka akan beli meski tidak sebanyak biasanya. jadi tradisi kuliner gorengan ini sepertinya tidak akan punah meski jaman berubah-ubah.

Alasan pertama kenapa orang Indonesia suka menggoreng makanan adalah karena melimpahnya bahan baku berupa minyak kelapa sawit. Dan jauh sebelum Industri kelapa sawit menjamur seperti saat ini, orang-orang Nusantara saat itu masih memproduksi minyak kelapa dengan secara tradisional sudah dikenal dari kuliner kerajaan nusantara. Kalau ditanya sejak kapan adanya gorengan ini mungkin terkait dengan tradisi ngopi di nusantara yang dibawa oleh para sufi dari yaman dan persia jaman dulu .

Bila itu dikaitkan dengan budaya ngopi makanan bergoreng beredar di masyarakat Indonesia bisa jadi sejak islam disyiarkan tetapi tidak terlalu menjadi bahan pembicaraan.  Yang tercatat ada dalam Serat Centhini (1814) yang menyebutkan bahwa saat itu hidangan makanan untuk sajian upacara pernikahan di Keraton Surakarta cukup beragam mulai dari makanan yang dibakar, dikukus, diasap hingga digoreng. Suatu tanda bahwa budaya membuat minyak sudah ada , dan  bahwa budidaya minyak kelapa telah berkembang di Nusantara  meski dengan cara tradisional itu telah merasuki resep dan citarasa kuliner waktu itu. Hal ini kemudian dianggap sebagai peluang  oleh para pengusaha Eropa dan Cina Tionghoa membangun pabrik yang menghasilkan minyak kelapa dengan mesin modern di akhir abad 19an. Karena para pengusaha eropa dan timur jauh mendapatkan hak pengelolaan lahan efek dari agraricsh wet dari kerajaan Belanda yang menguasai bumi nusantara. Kebiasaan gorengan telah menjadi tradisi bahkan membudaya, justru akan menjadi tantangan bila bahan bakunya bumi nusantara tidak menyediakan lagi. Makanya harus dipikirkan bagaimana ketersediaan bahan pokok gorengan ini terpenuhi secara berkelanjutan bukan malah nanti cinta gorengan tetapi bahan bakunya impor dari negara lain. Cilaka 13 kan yaa . Mau nggak mau bahan-bahan tersebut harus masuk dalam perencanaan pembanguann Indonesia secara kontinue. Gorengan memang nggak sepele.


Tidak ada komentar: