Sabtu, 15 Januari 2022

seni tradisi diterima diruang publik milenial

 

 

Menjadi kebanggan yang luar biasa bagaimana seni tradisi jaranan yang biasanya main di lapangan kampung atau di jalanan masyarakat jember dibuat ternganga karena di ruang publik semacam mall telah terbuka bahkan memberi fasilitas pada seni tradisi ini untuk perform di stage milenial. Awalnya sih canggung tetapi salut pada para milenial yang telah meluangkan kaidah kreasi digital era ini dan meluangkan waktunya melihat penampilan seni tradisi yang merampas ruang eksistensinya. Bahkan sambutanya luarbiasa mereka para milenial justru mengelolanya dengan perangkat modern kekinian untuk kemudian sangat dimungkinkan dijadikan sebagai konten dalam medsosnya, dan ketika ini terjadi maka peluang untuk tersebar seni tradisi ini dimedsos via kekuatan milenial akan publish. dengan demikian sedikit banyak medos kekinian akan terinfluence dengan kehadiran konten-konten tentang seni tradisi, paling tidak para milenial akan meresponnya.

Akar tradisi sumber inspirasiku


Berkesenian dengan segala kreasi estetika, dialektika dinamikanya, romantikanya jika kita lakukan dengan segala ketulusan hati bisa menjadi ruang yang merdeka bagi diri kita. Bagaimana persoalan yang sederhana maupun pelik sekalipun jika kita hadapi dengan los gaspol malah akan memunculkan inspirasi demi inspirasi yang akan mensupport proses kreatif kita. Saya dalam proses kreatif seringkali justru mendapatkan inspirasi dari adanya persoalan-persoalan dilingkungan kita, terutama persoalan yang mengancam kehidupan sosial budaya dilingkungan kita. Maka hal itu akan mengkristal jadi ide gagasan berupa karya karikatur , sastra maupun seni pertunjukan , bukannya berharap akan selalu ada perosalan tetapi selama ini sepertinya persoalan sosial dan budaya di sekitar kita masih ada saja.

Berkesenian dengan masyarakat bagi saya seperti merawat tradisi dan budaya, bagaikan upaya menyirami tanah tandus demi menumbuhkan tanaman yang berguna untuk kebutuhan pangan ditengah kecepatan era digital sekarang ini. Kesenian adalah bagian dari nafas dan gerak budaya yang paling kecil dalam situasi yang semakin memberi jarak pada spiritualitas manusia, justru mengarahkan pada ketidakjelasan atau halusinasi dalam menggerakkan kebudayaan nusantara kini. aku lebih bersikap bersama pihak yang mempunyai akar tradisi seminim-minimya meski itu sudah tidak autentik tetapi dalam wujudnya masih ada dan eksis bergerak dengan estetik, dinamika, dialektika dan romantikanya dengan demikian masyarakat tidak akan tercerabut dari akar tradisinya. Mungkin dalam generasi yang akan datang akan mampu menyikapi dengan perkembangan jamannya tetapi tidak meninggalkan akar tradisinya bertahan dan berdenyut bahkan ketika mampu untuk melebarkan sayab meluas membum maka akan mampu memberi warna bagi kebudayaan baru di era digital yang berakar pada tradisi nusantara.