Kamis, 09 Juni 2022

tetap berkesenian meski harus juga berjuang

 

 
Kesenian jaranan sangat populer di kalangan warga desa terutama petani, mungkin karena jaman dulu leluhur mereka mewariskan kesenian ini sehingga sampai sekarang masih eksis. Sepanjang yang saya ketahui jaman dahulu mungkin kesenian adalah milik warga desa , sebagai sarana untuk berekspresi serta membangun keguyuban diantara mereka. Bisa dikatakan sebagai pemersatu warga desa, untuk mengikat tali persaudaraan dan gotongroyong mereka. Bukan seperti sekarang yang sudah menjadi semipro, dikelola oleh manajemen grup atau paguyuban. Ada sih jejak-jejak kegotong royongan dan keakraban diantara mereka, tetapi lebih kental dengan eksistensi grup ini berdasarkan tanggapan seni tradisi. 

Ekspresi seni memang tidak bisa dibungkam apalagi sudah menjadi bagian dari hidup petani terutama di pedesaan. Sebut saja grup jaranan yang dikelola oleh petani perjuangan kasus sengketa tanah, petani-petani yang memperjuangkan reforma agraria yang berkeadilan pada pemerintah. Meskipun dalam keadaan yang berkekurangan dan terancam oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan sengketa ini mereka tetap saja berkesenian. Jaranan Yakso kusumo, komunitas seni jaranan di desa Curahnongko yang berusaha eksis ditengah perjuangan sengketa agraria. Rupanya bisa jadi cara yang efektif membangun kekompakan antar petani dalam perjuangannya menuntut hak atas tanah mereka. Siper , serikat petani perjuangan Curahnongko adalah salah satu organisasi petani yang punya seni jaranan selain untuk menghibur juga sebagai sarana konsolidasi gerakan perjuangan mereka. Setelah hampir tigapuluh tahun berjuang nampaknya tahun ini presdien jokowi dengan program reforma agraria yang berkeadilan akan menyerahkan tanah obyek reforma agraria pada petani-petani yang berjuang menuntut hak atas tanahnya. Selamat ya semoga menjadi petani Indonesia yang memiliki tanah garap demi kesejahteraan keluarga.

 

Tidak ada komentar: