Minggu, 09 Februari 2025

Melukis jaran kepang



Seni melukis tentu saja tidak terbatas pada media kanvas atau kertas semata, atau mungkin sekarang ini banyak aktivis seni melukis tembok atau jalan demi mencurahkan ekspresinya yang tidak cukup hanya menggunakan media yang biasa. Gaess bisa kita ketahui bahwa seni jaranan ini sudah sangat kuno, bahkan sejak kebudayaan kerajaan kuno di Jawa masyarakat kita sudah membuatnya bahkan menjadikannya sebagai sebuah perantara ritual. Masyarakat Jawa yang dulu dikenal punya kepercayaan magis yang menghormati adanya Hyang semacam animisme atau dinamisme gitulah gaess. Tetapi sebagai masyarakat yang sudah berbudaya tentusaja mempunyai cara-cara untuk menata kehidupannya. Dan tatacara hidup dan menyembah Hyang tersebut sering dikenal dengan kejawen.

Lalu apa hubungannya jaran kepang dengan kejawen tersebut gaess, memang tidak diketahui dengan pasti dimana hubungannya , tetapi jika dilihat makna jaranan tersebut adalah acara ritual untuk tolakbalak terhadap pagebluk , berdoa roh atau hyang agar tidak ada bencana, mohon kesuburan sekaligus agar panen pertanian mereka berlimpah. Bahwa bentuk jaranan mulai dulu tidak mengalami perubahan yang sangat kontras mungkin saja mengalami evolusi bentuknya tetapi pada esesnsinya masih sama yaitu sarana ritual pesembahan makanya seringkali terjadi trance atau kesurupan.

Jaranan terubat dari bambu pipih yang dianyam sehingga menyerupai kuda yang dinaiki oleh pria ksatria yang bawa pecut makanya bisa mengendalikan kudanya karena belajar dengan benar tetapi yang masih ragu-ragu dan ilmunya belum cukup justru bisa dikendalikan oleh jarannya. Kalau mengenal lebih dalam bisa makin cinta kita pada jaranan yaaa gaess, dan produksi jaranan hingga sekarang masih saja ada pengrajinnya. Namanya juga berbahan dasar bambu pasti akan mengalamikelapukan seiring berjalannya waktu, tetapi tidak akan membuat sampah yang tidak akan terurai dalam tanah itu karena bukan plastik gaesss. Salut hurmat pada penciptanya, rupanya pencipta jaranan sangat visioner dan memikirkan kelestarian lingkungan. Salam budaya
 

Tidak ada komentar: