Nampak ratusan warga dari sejumlah desa sekitar Cilacap iring-iringan bersuka cita berjalan kaki. Mereka merupakan komunitas adat kejawen Bonokeling yang tengah menjalani ritual jalan kaki, sebuah ritual yang merupakan bagian dari tradisi Unggah unggahan atau sadranan. Diperkirakan lebih dari 1.000 orang berjalan melintasi jalanan datar serta perbukitan menuju ke Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang tepatnya di kompleks makam Kyai Bonokeling. Tradisi ini seperti mengharuskan agar laki-laki dan perempuan baik tua maupun muda berjalan kaki menuju makam. Mereka juga membawa berbagai macam hasil bumi seperti beras dan sayur-sayuran.
Pasar kesugihan cilacap, pos tempat istirahat terutama untuk
acara sadranan warga Bonokeling , di tempat yang telah ditentukan agar dapat
menunggu warga lainya yang masih dibelakang, Baru kemudian melanjutkan
perjalanan lagi gaess, mereka tetap setia untuk berjalan kaki, walaupun
sebetulnya bisa saja hasil bumi tersebut diangkut menggunakan kendaraan
bermotor. Warga lebih memilih jalan kaki, semacam ada tradisi untuk menghormati
leluhurnya. Setelah sampai di Desa Pekuncen,
Jatilawang, kaum adat Bonokeling beristirahat di rumah-rumah Bedogol atau para
tetua adat. Rumah-rumah mereka umumnya berdinding bambu wulung, sehingga
suasana di dalam rumah lebih nyaman karena dingin. Sedangkan warga adat
Bonokeling yang berada di sekitar desa setempat mempersiapkan berbagai dapur
umum untuk memasak bersama-sama. Seru banget yaa gaess nampak sekali
kegotong royongan warga dalam menyambut tradisi ini. Apalagi pas saat kepungan
atau makan bersama keseruannya, nampaknya sangat meminimalisir penggunaan
alat-alat makan modern dan bumbu instan semuanya menggunakan hasil bumi mereka.
Peristiwa kebudayaan terjadi kompleks makam ini
gaess, bagaimana warga adat Bonokeling melakukan ritual ziarah ke sejumlah
makam leluhur mereka, tetapi yang utama adalah makam Kyai Bonokeling. Sosok penyebar agama islam yang memadukan ajaran islam
dengan kebudayaan lokal, beliau dianggap tokoh yang memiliki ilmu kebatinan
tinggi dan mengajarkan lima ajaran kehidupan yang meliputi ibadah, patuh pada
orang tua, saling menghargai, bekerja, dan hubungan langsung dengan Tuhannya.
Sebelum masuk ke makam, mereka antre berjalan secara rapi. Dalam
prosesinya, para perempuan yang terlebih dahulu melakukan ritual ziarah, baru
diikuti oleh para lelaki. Mereka menggunakan pakaian adat Jawa. Busana pengikut
islam kejawen banyumasan dalam acara tradisi sadranan ini biasanya laki-laki
menggunakan kain seperti sarung dan iket kepala, sedangkan perempuan adalah
jarit dan bagian atasnya ada yang memakai kemben atau kebaya jawa hitam . Keren gaess,
mungkin inilah cara-cara menjaga merawat tradisi nusantara gaess..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar