Senin, 23 Mei 2022

Minimnya Kepedulian pada Kebudayaan

 


 

Sudah seharusnya kebudayaan ini menjadi identitas bangsa, konsensus menjadi bangsa yang bermartabat dengan nilai-nilai budayanya diantara peradaban dunia dengan Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Tapi seringkali hal ini hanya menjadi jargon dan kepedulian yang hanya tertulis dalam visi-misi lembaga-lembaga pemerintahan bahkan tidak banyak juga yang tahu mengapa lembaga yang dibentuk pemerintah pusat maupun daerah harus peduli pada kebudayaan. Bahwa negara ini dibentuk untuk membangun peradaban dan martabat manusianya menjadi karakter yang bisa menjaga perdamaian dunia. Atau jangan-jangan kemoncolen cita-cita nasional itu, maksudku terlalu mengawang-awang bagi pengelola lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah tersebut. 

Sementara ini masih ada lembaga-lembaga pemerintahan maupun swasta yang peduli pada proses pemajuan kebudayaan misalnya lembaga pendidikan seperti  kampus dan sekolah-sekolah itupun sangat minim mengalokasikan anggarannya dari sekian anggaran hanya lima persen pun kadang masih dicuteti. Mungkin terikat aturan dan nomenklatur yang bikin kurang bisa leluasa, ya direvisilah atau dibuatkan aturan yang lebih punya kapasitas untuk mendukung kebudayaan. Mungkin dipikirnya kebudayaan itu hanya candi, jaranan,tari , musik, kepercayaan, reyog ketahuilah itu hanya unsur-unsur kebudayaan, yang juga penting dipikirkan adalah pengembangan manusianya agar tetap menjadi manusia. Bila nggak ada yang peduli manusia akan terpinggirkan akibatnya akan menjadi perusak kebudayaan. Sudah nngak ikut membangun malah berpeluang menjadi sponsor kerusakan.

Para penggerak kebudayaan justru merasakan bahwa pihak swastalah yang masih care pada kegiatan yang mendukung pemajuan kebudayaan misalnya event-event kesenian, pengembangan karya  bahkan menjadi kolektor, hibah seni hingga pada sponsor beasiswa. Herannya kok bisa pemerintah kalah responsif dengan pihak-pihak swasta. Mungkin kemampuan berpikir dan pengembangan sumberdaya manusianya lebih maju pihak swasta sehingga nyampek juga mereka berpikir tentang pengembangan kebudayaan tapi minimal kepedulianlah baik pada subyek maupun obyek pemajuan kebudayaan.
 

Tidak ada komentar: