Seni kerajinan gerabah masih berkembang di beberapa daerah
di Indonesia, terutama di pedesaan. Teknik pembuatannya juga masih sederhana
dan tradisional seperti bikin lempeng, teknik pijat tangan, teknik pilin, dan
teknik putar mungkin belum ada yang melirik lebih dalam prespektif bisnisnya. Sementara
ini banyak dari pembuatan gerabah ini adalah untuk memenuhi keperluan
masyarakat sehari-hari, yaitu benda-benda kebutuhan ritual, kuliner, ada yang
butuh unik dan praktis karena bukan sampah plastik. Sehingga masih banyak
masyarakat yang membeli untuk kebutuhan dapurnya atau mengkoleksi barang-barang
antik dari gerabah yang unik.
Gerabah diperkirakan telah diproduksi oleh manusia sejak
masa prasejarah, tepatnya setelah hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Fase berikutnya
adalah meramu makanan makanya situs-situs arkeologi di Indonesia, ditemukan
banyak gerabah yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan
religius seperti upacara dan penguburan. Gerabah dengan bahan tanah liat secara
sederhana dibentuk menggunakan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian
pecahannya dipenuhi oleh jejak sidik jari, selain itu bentuknya kadang tidak
simetris mungkin pada saat itu yang penting fungsinya belum pada estetikanya. Tahukah
kamu bahwa tanah liat itu titik panasnya tak berbatas, jadi dipanaskan seperti
apapun gerabah tidak akan meleleh. Bisa jadi sangat cocok untuk kebutuhan
meramu maskan, menyimpan rempah-rempah, menyimpan hasil bumi sebagai tempat
persediaan air dan lainya.
Kalau tidak dibutuhkan lagi di era ini kenapa para pengrajin
masih berproduksi terus, gerabah yang biasa dan polos dari babatan wuluhan
jember ini untuk memenuhi pesanan pengusaha kuliner di bali terutama untuk
kebutuhan masakan khas ayam betutu mereka butuh kendil atau kuali kecil. Disampin
pesanan damar kambang biasanya untuk kepentingan ritual keagamaan dan artistik
di hotel atau spa disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar