Selasa, 14 Juni 2022

Seperempat kenangan lebih


sajak kenangan

seperempat kenangan lebih untuk istriku

Masih tebal garis bekas tapak-tapak kaki, di belahan sekian halaman buku-buku waktu.  Kayaknya terasa benar, kita pernah melewatinya, kau ingat hulu sungainya sampai jalan setapak dipematang sawahmu, yang pernah kubajak bersama otot-otot kerbau jantan menggaruk garuk, menggaruk garuk menggaruk dan menggaruk tanah sawah hingga merasakan matahari jadi buram terbenam. 

dan setelah habis masanya ular dan katak kembali bersaing mengejar kesenangannya, mereka seperti teman lama. Meski saling intip saling bersarang, takdirnya berlainan kubangan kadang saling usil. Biarlah nduk, dihalaman buku-buku waktu ternyata telah mencatat , kita telah berani mencoretkan warna merah, belum mesti ada rasa menjadi asahan pedang yang hebat atau malah tak percaya takdir, dan ternyata seperempat kenangan lebih telah menjelma batu berlian, sungguh meyenangkan hati.

Tapi biarlah nduk, kenapa mesti tak berani menikmati kenangan, kenangan itu manusiawi sama seperti saat haus dan panas kita tercebur dalam kolam berair sejuk, basah kuyub. Itu bukan kecelakaan to, mesti harus berhadapan dengan mata pedang baja penguasa kolam. Halaman buku-buku waktu telah tahu siapa kita, dan kau telah berapa kali mebuka dan menutup. Bahkan membukanya lagi, membaca dan kemudian mengangguk mengerti walau tak terucap kata.

Akupun mengisi halaman buku tamu di buku-buku waktuku, agar jangan lupa berlari bersama tiap pagi, dan dimalam hari tak lupa mengeja bintang-bintang cemerlang

Seperempat kenangan lebih, menempa tulang-tulang kakiku, mengeraskan telapak dan siap berlari untuk mengejar mencintai setiap bintang yang akan jatuh. nduk kau yang paling mengerti aku.

Tidak ada komentar: