Rabu, 29 Juni 2022

tokoh publik terlibat pemajuan kebudayaan

sudah dimulai dengan main kethoprak
 

Dikisahkan, negeri ini berusaha mempertahankan kesatuan wilayah Nusantara dari ancaman perpecahan dari internal pejabat negara, bisa jadi kondisinya mirip dengan keadaan saat ini. Banyak pejabat yang terkena  pengaruh dari kekuasaan asing, sehingga membuat tekanan ekonomi dalam negeri, konflik politik makin memanas, kekacauan ini juga menyebabkan gangguan keamanan oleh perompak dan pemberontak. Diperparah lagi dengan lunturnya budaya guyup gotong royong dan semakin minimnya rasa persatuan diantara pemimpin-pemimpin didaerah. Kondisi  inilah yang mengingatkan kita akan pentingnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Berkaitan dengan Dies Natalis UNAIR 2016, himpuni menggelar pertunjukan kethoprak dengan menampilkan perjuangan Naraya Airlangga (Prabu Airlangga) pada tahun 1000 M yang mencoba menyatukan Dwipantara. Saat itu, Dwipantara terbagi oleh kekuasaan Sriwijaya di bagian barat dan Medang Mataram di wilayah timur. Kesuksesan menyatukan kedua wilayah itu menjadikan Naraya Airlangga dinobatkan sebagai Raja Kahuripan dengan gelar Sri Maharaja Rakae Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananthawikrama Tunggadewa.  Tetapi pertunjukan tersebut dengan gaya humor, semacam kethoprak humor dengan durasi dua jam empat puluh lima menit tersebut, hadirin dibuat ger-geran dan bertepuk tangan nyaris tanpa henti. Pasalnya, banyak polah aktor dan aktris dadakan yang mengundang tawa apalagi bukan orang jawa .

Pementasan Ketoprak Humor yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Ikatan Alumni PTN se-Indonesia (Himpuni) dengan lakon Menyatukan Kembali Nusantara di Balai Budaya Komplek Balai Pemuda, Surabaya. Puluhan pejabat publik dan publik figur ikut memeriahkan acara tersebut. Antara lain, Rektor UNAIR Prof., Dr., Moh Nasih SE., MT., CMA., Ak., Bupati Jember Faida, Rektor ITS Prof. Joni Hermana, Walikota Jakarta Pusat Mangara Pardede, Direktur Utama BTN Maryono, serta Ketua Asosiasi Pengelola Carbon Muslich Ramelan. Tak ketinggalan, advokat senior Sirra Prayuna, Bambang Hendroyono, Ridwan Djamaludin, Haiban Hadjid, dan pengurus Himpuni lainnya. Tapi sudah limatahun lebih berselang nggak ada pementasan lagi, ayolah masyarakat rindu pesan dari para tokoh publik dalam kemasan seni budaya. Bosen dengar dan lihat berita melulu.

Pesan yang sampai pada penonton dari cerita pementasan ketoprak ini adalah tentang kekompakan yang merupakan kunci utama guna memperkokoh nusantara. Kemakmuran di kerajaan Kahuripan yang dipimpin Prabu Airlangga itu menjadikan banyak negeri yang mau bergabung agar tertular kesuksesan. Dan ketika banyak yang merasakan kemakmuran,rasa kebanggaan pada negara akan bisa menguatkan negara dalam kancah dunia yang lebih luas. Dan rasa salut dan takjub pada para pemain yang terlibat, meskipun mereka tokoh publik masih peduli terhadap seni budaya nusantara, bahkan rela menanggalkan status ketika sedang pentas. Sehingga ketika penonton menyimak maka pesan moralnya akan bisa ditangkap sebagai inspirasi mereka, terutama untuk merawat tradisi nusantara. Bayangkan jika setiap tahun kelompok intelektual dan pejabat negara memberikan dedikasinya untuk pemajuan kebudayaan secar langsung dalam sebuah reportoar tentusaja masyarakat akan semakin bisa menilai dan memahami pesan yang disampaikan elitnya.

Tidak ada komentar: