Rabu, 06 Juli 2022

siapa yang melakukan ritual sedekah laut


 

Menurut A. Streenbrink seorang orientalis dari Belanda yang pernah bermukim di Indonesia, masyarakat Jawa terbagi menjadi dua kelompok yang dia sebut dengan official dan folk religion. Kelompok pertama adalah orang muslim yang taat menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya. Sementara yang kedua, merupakan orang-orang yang mengakui dirinya muslim tetapi tetap menjaga tradisi kepercayaan lokal. Hal ini senada dengan klasifikasi keberagamaan Jawa yang dikemukakan Clifford Geertz seorang antropolog Amerika yang pernah melakukan penelitian di Pare. Dia mengelompokkan masyarakat menjadi tiga kelompok yaitu abangan, santri, dan priyayi ini sisi pandang peneliti terhadap hubungan kemasyarakatan di jawa timur padahal jika diurutkan sejarah pare jawa timur pengaruh majapahit sangat kuat . Wilayah sekitar pare kediri yang juga pernah sebelumnya dipimpin oleh raja erlangga. Sehingga kasta dan penggunaan bahasa tidak terlalu banyak tingkatannya, tidak seperti kerajaan mataraman.

Kajian sinkretis semacam ini melihat adanya suatu paduan antara agama dan budaya. Keduanya telah bersintesa menjadi satu entitas tunggal yang sulit untuk diurai kembali. Islam Jawa dalam pandangan seperti ini tampil sebagai Islam yang menyerap tradisi. Dalam tradisi Islam Jawa terdapat sebuah pandangan tentang sakralitas. Seringkali penghormatan atas sesuatu yang sakral ini memunculkan banyak rupa, salah satunya melahirkan ragam budaya. Pandangan semacam ini sangat umum, bukan hanya Ratu Kidul atau Nyai Roro Kidul, tetapi ada juga tokoh lain yang melegenda yaitu Nyi Blorong. Biasanya ritual yang dijalankan akan berlangsung secara meriah semua ikut merayakan. Acara sedekah laut selain meriah juga sakral, kesakralan itu sebenarnya ungkapan rasa syukur dan penghormatan terhadap penguasa lautan. Apalagi masyarakat yang hidup di sekitar pantai memang seringkali menggantungkan hidup dengan lingkungan alamnya. Hal ini bisa dilihat dalam mata pencaharian nelayan yang hidupnya digantungkan dalam proses mencari ikan dilaut. Bermohon dan doa keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan selalu berada dalam kelancaran rejekinya menjadi pengamalan kognisi bersama, jadi buka hanya profan semata tetapi sudah menjadi tradisi masyarakatnya. Bagi mereka keyakinan seperti ini sangat wajar, sebagai bangsa yang bisa menghargai perbedaan keyakinan lain inilah kebhinekaan indonesia. mungkin beginilah cara mereka merawat tradisi nusantara.



 

Tidak ada komentar: