Selasa, 15 November 2022

ritual rampogan macan diadakan demi terhindar dari bencana alam


Blitar 1830 dikenal acara ritual rampogan macan

Rahadi P. Dan Ad F. Budpar Kota Blitar mengutip dari buku Bakdo Mawi Rampog , BP 1933 R  Kartowibowo asalnya bahasa jawa kemudian diterjemahkan kedalam bahasa indonesia kira-kira bunyinya menerangkan tentang peristiwa rampogan macan.

Menjelang pukul 11.00 pagi Yang Mulia Kandjeng Bupati Warso Koesomo adalah bupati pertama Blitar, Patih Djojodigdo sebagai patih pertama Blitar dan Mantri Kabupaten Blitar , iring-iringan pejabat ini memasuki barisan , Bupati naik kuda Dawuk memutari barisan , demikian juga Patih Djojodigdo naik kuda jantan besar , mengatur barisan (menata barisan itu yang disebut kiter ) yang artinya mengitari dan memeriksa barisan prajurit , setelah mengitari atau kiter Bupati Warso Koesumo dan Patih Djojodigdo naik panggung kehormatan ,itu sebagai tanda dimulainya acara Rampogan Matjan.


Rampogan macan ini sendiri adalah acara ritual , yaitu mengadu prajurit dengan macan bisajadi seperti gladiator . Acara ini sebagai tolak balak bencana alam terutama agar masyarakat Blitar dapat terhindar dari letusan gunung Kelud. Acara ini juga disaksikan oleh masyarakat umum , artinya mulai dari rakyat jelata hingga bangsawan bisa ikut menonton. Dan konon kabarnya setelah acara ritual rampogan macan letusan gunung kelud tidak mengenai wilayah Blitar . Rupanya acara ritual ini diprakarsai oleh Patih Djojodigdo makanya masyarakat Blitar menjadi mengetahui kesaktian sang patih ini. Sang Patih dianggap mampu bernegosiasi pada danyang penguasa gunung Kelud agar tidak mengenai anak cucunya di wilayah Blitar. Memang gunung Kelud termasuk gunung yang aktif masih bisa meletus kapan saja, tetapi beberapa kali meletus justru wilayah Blitar tidak terkena, hanya beberapa tahun setelah sang patih Djojodigdo wafat barulah abu vulkanik mengenai wilayah Blitar, masyarakat percaya karena sudah tidak ada lagi ritual rampogan macan. fotdocrahadiktlv

Tidak ada komentar: