Minggu, 19 Maret 2023

jaranan campursari jemberan


seni tradisi jaranan butho banyuwangen hidup subur di jember

Seni tradisi jaranan juga ada yang betitle Jaranan Buto , jaranan ini dapat diartikan sebagai kuda lumping raksasa. Keberadaan kesenian Jaranan Buto tidak terlepas dari cerita rakyat yang melegenda yaitu Menak Jinggo seorang raja Kerajaan Blambangan. Konon digambarkan kalau  Raja Menak Jinggo berperawakan besar dan kekar bagaikan raksasa . Jaranan buto adalah kesenian tari semacam Raksasa yang diiringi dengan irama jaranan. Jaranan  Buto yang dikenal di jember merupakan tari tradisional yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi tetapi juga da yang diadaptasi dari Kabupaten Blitar. Kalau dari Banyuwangi di cerita rakyat tentang raja blambangan, yang kemudian dikembangkan oleh seniman lokal banyuwangi yaitu Setro, beliau dikenal orang yang menciptakan tarian Jaranan Buto yang menggambarkan pertarungan dan perwujudan Minak Jingga sebagai buto melawan Kebomarcuwet. Jaranan Buto itu banyak berkembang di daerah Banyuwangi Selatan yang basisnya memang masyarakat Mataraman.

 Menurut Setro, cerita butho-buthoan di Banyuwangi sangat cepat mendapatkan respon dari masyarakat yang banyak keturunan mataraman . Imajinasi mereka jika buto adalah perwakan besar dan jahat sehingga sensasi ritmis magis nya dipadu dengan irama jaranan menjadi kesenian yang bisa menyatu dengan jaranan lainnya. Secara umum jaranan butho ini memberikan kesan percampuran ide seni tradisi Banyuwangi dan Trenggalek asal Setro yang kii menetap di Cluring Banyuwangi. Banyuwangi adalah kota gudangnya para seniman dan tradisi yang masih sangat kuat di kehidupan masyarakatnya, makanya seni tradisi dapat hidup lestari di sana. Semoga mendatang akan menular ke Jember, katrena jember juga terdapat bermacam-macam suku bangsa dan seni budayanya bercampur menjadi kekuatan percampuran seni dengan kebaruannya. Makanya sering di Jember jaranan di mixed dengan campursari, untuk memenuhi permintaan masyarakatnya. Mungkin begitulah cara masyarakat kita merawat tradisi nusantara.


Tidak ada komentar: