Minggu, 19 Maret 2023

menghidupi kerajaan dengan bisnis kopi

 

tradisi ngopi juga pasti punya cerita kejayaan kopi di Jawa

Menurut catatan sejarah perkopian Dinasti Mangkunegaran merupakan perintis perkopian di Jawa dan telah memperkuat basis ekonomi modern saat itu dengan mengembangkan perkebunan kopi dan gula. Pilihan bisnis Puro Mangkunegaran terutama Mangkunegara  lV saat itu adalah kopi , karena kopi sangat diperhitungkan sebagai  komoditias yang laku keras di pasaran internasional. Komoditas kopi juga mampu meningkatkan perekonomian Mangkunegaran karena perannya dalam menopang kehidupan praja dengan dikelola secara serius dan diatur dengan manajemen yang profesional. Selalu memperhatikan dan mencermati bahwa kopi akan laku keras di pasaran dunia dan Mangkunegaran memiliki kondisi geografis tanah pegunungan, seperti daerah Wonogiri, sebagian Karanganyar, dan Karangpandan sangat potensial untuk budidaya tanaman kopi. Penanaman kopi di daerah Mangkunegaran dimulai pada tahun 1814. Bibit kopi diperoleh dari Kebun Kopi Gondosini di daerah Bulukerto, Wonogiri.

Tidak lama setelah dinobatkan, Mangkunegara IV mulai memperluas tanaman kopi ke wilayah Honggobayan, Keduwang dan Karangpandan. Hal ini dikarenakan beberapa tempat yang cocok untuk penanaman kopi ini masih berada di tangan para penyewa pengusaha Eropa, maka untuk memperluas pembudidayaan kopi,  Mangkunegara IV menanami tanah-tanah apanage hasil kerjanya dan juga melakukan alih fungsi hutan di wilayah Wonogiri.

Pada awal tahun 1850 baru ada 4 wilayah penting bagi penanaman kopi di Mangkunegaran, tetapi sejak pembebasan tanah-tanah apanage berkembang menjadi 24 wilayah. Penanaman kopi di 24 wilayah Mangkunegaran ini ditangani secara serius, dengan mendatangkan administratur kopi dari Eropa, Rudolf Kampff untuk mengorganisir pananaman kopi. Dari 24 wilayah itu, masing-masing dikepalai oleh seorang administratur yang bergelar panewu kopi dan mantri kopi. Di setiap daerah didirikan sebuah gudang untuk penampungan kopi dan sebuah pesanggrahan sebagai tempat tinggal para administratur itu. Ke-24 administratur kopi itu berada di bawah kendali dua orang penilik atau inspektur Eropa, yaitu L.J. Jeanty dan J.B. Vogel yang masing-masing berkedudukan di Tawangmangu dan Nguntoronadi.

Masing-masing penilik membawahi 12 wilayah. J.B. Vogel membawahi wilayah-wilayah: Karangpandan, Tawangmangu, Jumapolo, Jumapuro, Jatipuro, Ngadirojo, Sidoarjo, Girimarto, Jatisrono, Slogohimo, Bulukerto dan Purwantoro. Sedangkan L.J. Jeanty membawahi wilayah-wilayah: Nguntoronadi, Wuryantoro, Eromoko, Pracimantoro, Giritontro, Baturetno, Batuwarno, Selogiri, Singosari dan Ngawen. Kedua inspekstur itu bertanggungjawab terhadap seorang superindentent dari Kawedanan Kartoprojo. Pejabat superindentent pada saat itu adalah Raden Mas Wirohasmoro.

Dari perluasan penanaman kopi telah memperoleh peningkatan hasil yang cukup baik. Dari 1.208 kwintal pada tahun 1842 telah meningkat menjadi 11.145 kwintal pada tahun 1857. Pada tahun 1857 Mangkunegara IV bersikeras untuk mencoba mengakhiri persewaan tanah apanage di wilayahnya agar ia dapat mengambilalih pembudidayaan kopi di Mangkunegaran dari para pengusaha Eropa. Upaya Mangkunegara IV dengan dukungan rakyatnya mampu menanam tanaman kopi sebanyak 6.056.203 pohon di tahun 1863, dari jumlah itu 5.037.356 pohon diantaranya telah berbuah. Untuk pemasaran, kopi produksi Mangkunegaran tidak dapat dijual langsung ke pasaran bebas karena berlaku politik monopoli oleh pemerintah Hindia Belanda. Untuk menambah pendapatan, Mangkunegara IV meminta petinggi Belanda menaikkan harga kopinya diatas harga pasaran. Sadar jika kopi  komoditi ekspor, maka harga komoditi kopi sangat dipengaruhi oleh harga pasar internasional. Mangkunegara lV mengadakan negoisasi dengan pemerintah belanda agar harga kopi di naikkan, dan pada ujungnya disetujui al hasil menambah kas kerajaan dari hasil produksi kopi. Keren ya gaess kopi bisa menjadi anggaran membangun kerajaan dimasa itu. Apakah sekarang bisa , nah ini perlu dibahas secara serius karena sejarah telah membuktikan bahwa kita bisa .

Tidak ada komentar: