harus didorong penciptaan budaya yang berakar pada tradisi nusantara
Politik kebudayaan internasional di era digital ini sudah
semakin minim penggunaan hard power dalam merubah kebudayaan suatu bangsa oleh
bangsa lainnya meskipun negara super power sekalipun. Hard power lebih bersifat
memaksa dan keras, contohnya dengan menggunakan kekuatan militer bahkan
cenderung angkat senjata. Akibatnya perang jika yang akan di tindas tadi
melawan. Misalnya jaman-jaman perang dunia berlanjut pada keruntuhan uni sovyet.
Ada juga upaya peniadaan suku-suku dalam satu bangsa yang dianggap menghalangi
percepatan pembangunan rezim , pernah terjadi di china dan vietnam, birma , philipina,
kamboja , myanmar indonesia mungkin karena anasir yang berbeda dengan kepemimpinan
rezim yang sah negara itu. Hard power sangat jauh berbeda dengan soft power.
Soft power bukan berarti tanpa kekuatan, namun soft power menggunakan
pendekatan yang berbeda. Soft power lebih ditujukan pada pengubahan cara
pandang, ideologi, dan sebagainya. Bagaimana penyebaran cara hidup pada
masyarakat dunia mengenai model, gaya hidup, hoby seorang figur, pola konsumsi ,
berpakaian dan cara bergaul yang secara masif dijadikan sebuah informasi yang
bisa dinilai muatan inteletualnya sehingga merupakan panutan cara hidup
keseharian dari sebuah instrumen kebudayaan. Dan mengakibatkan semacam ajaran
yang bisa diakses secara digital dimanapun mereka berada. Kekuatan ini jauh
lebih mengkhawatirkan karena bisa-bisa akan mempengaruhi seluruh sendi-sendi
kehidupan panutannya akan ditiru bagaimanapun caranya. Soft power ini bukanlah
soal hal abstrak ini nyata dan ilmiah banget dan sangat mudah diakses
literasinya makanya lama kelamaan akan menguasai kehidupan dan merubah
kebudayaan bangsa karena tak ada cara pemecahan menangkal baik penciptaan
filter maupun ideologi baru yang bisa menandinginya.
China meskipun ideloginya dikenal kuat bahkan karakter
kebudayaannya yang punya runtutan dari kejayaan kerajaan-kerajaan masa lalunya,
kini untuk bertahan dari gempuran kekuatan hard poer dan soft power ideologi
mereka pun terlihat dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak menggangu
percepatan pembangunan infrastruktur , sdm dan teknologinya untuk menguatkan
ekonominya. Tetapi China sepertinya belum punya produk soft power yang mampu di
konsumsi oleh masyarakat bangsa di Asia misalkan apalagi dunia. Negara lainnya
Korea selatan yang sangat terlihat masif memproduksi dan melakukan
revisi-revisi kekuatan soft powernya, salah satunya budaya K-pop yang semakin
masif followernya bahkan kini mendunia. Bayangka jika semua produk dagangannya
di konsumsi oleh masyarakat seluruh dunia karena K-pop secara ilmiah diterima
sebagai karakter kebudayaan global kekinian. Wow keren ya gaes, figur K-pop
mampu mendongkrak kemajuan ekonomi negara ini secara signifikan dalam dua
dekade terakhir. Cara hidup K-pop jadi panutan bahkan semacam ideologi baru
global, para genZ dan milenial justru meninggalkan akar tradisi mereka yang
kelihatannya lemot susah diakases tidak di modif tidak mengglobal sehingga
dianggap kurang trend. Coba bisa dirasakan kalau masyarakat nusantara sudah mulai banyak yang terjangkit budaya
K-pop, acara-acara ritus tradisi hanya dilakukan untuk dihormati bukan untuk
dinikmati dan digairahkan secara kreatif sehingga menjadi produk soft power
yang punya karakter akar tradisi nusantara. Keren kali ya gaess, kita masih
hanya bertahan dengan bahan lama yang seharusnya diriset diuptodatekan menjadi
milik kebanggan anak-anak muda nusantara kekinian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar