Rabu, 28 Juni 2023

Karakter K-pop menyusup menjadi budaya global dengan intelektualitas


harus didorong penciptaan budaya yang berakar pada tradisi nusantara

Politik kebudayaan internasional di era digital ini sudah semakin minim penggunaan hard power dalam merubah kebudayaan suatu bangsa oleh bangsa lainnya meskipun negara super power sekalipun. Hard power lebih bersifat memaksa dan keras, contohnya dengan menggunakan kekuatan militer bahkan cenderung angkat senjata. Akibatnya perang jika yang akan di tindas tadi melawan. Misalnya jaman-jaman perang dunia berlanjut pada keruntuhan uni sovyet. Ada juga upaya peniadaan suku-suku dalam satu bangsa yang dianggap menghalangi percepatan pembangunan rezim , pernah terjadi di china dan vietnam, birma , philipina, kamboja , myanmar indonesia mungkin karena anasir yang berbeda dengan kepemimpinan rezim yang sah negara itu. Hard power sangat jauh berbeda dengan soft power. Soft power bukan berarti tanpa kekuatan, namun soft power menggunakan pendekatan yang berbeda. Soft power lebih ditujukan pada pengubahan cara pandang, ideologi, dan sebagainya. Bagaimana penyebaran cara hidup pada masyarakat dunia mengenai model, gaya hidup, hoby seorang figur, pola konsumsi , berpakaian dan cara bergaul yang secara masif dijadikan sebuah informasi yang bisa dinilai muatan inteletualnya sehingga merupakan panutan cara hidup keseharian dari sebuah instrumen kebudayaan. Dan mengakibatkan semacam ajaran yang bisa diakses secara digital dimanapun mereka berada. Kekuatan ini jauh lebih mengkhawatirkan karena bisa-bisa akan mempengaruhi seluruh sendi-sendi kehidupan panutannya akan ditiru bagaimanapun caranya. Soft power ini bukanlah soal hal abstrak ini nyata dan ilmiah banget dan sangat mudah diakses literasinya makanya lama kelamaan akan menguasai kehidupan dan merubah kebudayaan bangsa karena tak ada cara pemecahan menangkal baik penciptaan filter maupun ideologi baru yang bisa menandinginya.

China meskipun ideloginya dikenal kuat bahkan karakter kebudayaannya yang punya runtutan dari kejayaan kerajaan-kerajaan masa lalunya, kini untuk bertahan dari gempuran kekuatan hard poer dan soft power ideologi mereka pun terlihat dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak menggangu percepatan pembangunan infrastruktur , sdm dan teknologinya untuk menguatkan ekonominya. Tetapi China sepertinya belum punya produk soft power yang mampu di konsumsi oleh masyarakat bangsa di Asia misalkan apalagi dunia. Negara lainnya Korea selatan yang sangat terlihat masif memproduksi dan melakukan revisi-revisi kekuatan soft powernya, salah satunya budaya K-pop yang semakin masif followernya bahkan kini mendunia. Bayangka jika semua produk dagangannya di konsumsi oleh masyarakat seluruh dunia karena K-pop secara ilmiah diterima sebagai karakter kebudayaan global kekinian. Wow keren ya gaes, figur K-pop mampu mendongkrak kemajuan ekonomi negara ini secara signifikan dalam dua dekade terakhir. Cara hidup K-pop jadi panutan bahkan semacam ideologi baru global, para genZ dan milenial justru meninggalkan akar tradisi mereka yang kelihatannya lemot susah diakases tidak di modif tidak mengglobal sehingga dianggap kurang trend. Coba bisa dirasakan kalau masyarakat nusantara  sudah mulai banyak yang terjangkit budaya K-pop, acara-acara ritus tradisi hanya dilakukan untuk dihormati bukan untuk dinikmati dan digairahkan secara kreatif sehingga menjadi produk soft power yang punya karakter akar tradisi nusantara. Keren kali ya gaess, kita masih hanya bertahan dengan bahan lama yang seharusnya diriset diuptodatekan menjadi milik kebanggan anak-anak muda nusantara kekinian.

Tidak ada komentar: