siapa yang tahu ada apa di masa depan
nikmati saja harimu anggap saja
semua akan baik baik saja
kamu termasuk semuanya
nikmati saja harimu anggap saja
semua akan baik baik saja
kamu termasuk semuanya
Nah sebenarnya masih ada jalur-jalur aman dan pasti saling support menyetujui mengagendakan refreshing bareng keluarga, moment pilihannya adalah libur lebaran . Nah moment libur lebaran ini pasti semuanya akan tunduk pada agenda tersebut karena ini hampir semuanya masyarakat menjadikan sebagai agenda penting, ketemu keluarga besar di saaat lebaran juga penting saling silaturahmi diantara sanak saudara adalah kepentingan bersama. Dan disela-selanya liburan tersebut perlu disusun roundown agar bisa memanfaatkan bersama keluaraga dengan formasi komplit. Mungkin semakin lama tambah tahun anggota keluarga ini akan semakin besar dan semakin susah untuk menyamakan kepentingan sola berbagi waktu dan berbagi wilayah antar keluarga. Saranku selagi kelauarga kecil sering-seringlah untuk menciptakan family refresh agar keterikatan emosional sebagai anggota keluarga terpatri dalam kenangan kelak dimasa-masa seelah semuanya menjadi dewasa dan masing-masing punya keluarga sendiri. Tetep semanget cobalah selagi hangat gaess
cerita dalam film berupa susunan gambar ilustrasi yang subyektif
terdapat makna, kadang magis manis emosinya yang bisa bikin kita
meleleh nangis, senang sedih dan duka bahkan ironi tragis semuanya
dikemas dalam bentuk seni pertunjukan. #tetepsemangetfilmindonesia
mungkin aku belum mengenal kamu
aku aku yakin bakal menghabiskan
senja kelana dan sisa hidup bersamamu
Bulan berikutnya bulan mei dalam jawa kunanya widarpa, juni wilapa juga ada cerita dulu ada tokoh PNI partai nasional Indonesia yaitu Mr Wilopo beliau juga pernah memimpin kabinet yaitu kabinet wilopo tapi beliau juga tidak lahir di bulan juni tetapi bulan oktober gaess. Mungkin orang tuanya dulu memberi nama wilopo itu karena artinya suka berbuat adil bukan karena lahir dibulan juni. Begitulah bahasa jawa yang mengalami perubahan di jaman sultan agung.
Kalau bulan juli disebut wahana dalam jawa kuna, agustus wanana, september wirana, oktober wujana dan bulan november wijala dan bulan desember disebut warana dalam bahasa jawa kunanya gaess. Memang bangsa ini cukup kaya terbukti kuat kebudayaannya dari kulinernya bahasanya serta strategi perangnya dan sangat teruji dalam mengarungi lautan gaess, sudah seharusnya anak-anak bangsa nusantara ini bangga menjadi manusia-manusia yang berbudaya sangat luhur peradabannya.
Pandangan masyarakat terhadap GenZ yang dianggap kosong pengalaman dan kosong pengetahuan dan tahunya sangat bergantung dengan gadgetnya, sepertinya semua ilmu pengetahuan bersumber hanya dari mbah google nampaknya sudah mulai dipertimbangkan kembali. Bagaimana tidak kalau ternyata GenZ di Indonesia ini tidak semuanya bergantung pada sinyal kuota dan situs google sebagai sumber aktifitas dan pengetahuannya, karena masih banyak Gen Z yang tidak punya gadget mungkin karena miskin atau tidak sempat atau tidak senang menggunakannya justru memilih untuk beraktifitas layaknya para seniornya yaitu menekuni seni tradisi. Keasyikan ternyata relatif gaess tidak semua main game itu asyik, adapula yang dengan melakukan kegiatan nyata seperti latihan seni tradisi juga ada yang bilang hal ini asik-asik saja. Malah dengan satu alasan bahwa seni tradisi milik leluhur bangsa ini wajib untuk dilestarikan keberadaannya sehingga akan menjadi milik dari generasi ke generasi berikutnya meski tetap harus di selaraskan dengan perkembangan jaman.
Seni tradisi yang masih ada keberadaannya di kampungnya akan senang bila anak-anak genZ ini ikut berkiprah bergabung dan mulai mencintai seni budaya milik rakyat. Apalagi tidak menuntut untuk mengeluarkan biaya maupun modal lainnya, para pendahulu justru senang dan menerima dengan tangan terbuka apabila ada GenZ yang terlibat dalam seni budaya milik bangsa ini. Misalnya seni jaranan, barongan ataupun reyog ponorogo sebagai perekatnya, sementara genZ akan di coba untuk menekuni apa yang dimauinya dari bakat dan minatnya. Bisa saja ada yang suka menjadi pelakunya sebagai pembarong atau jathilannya, bisa juga berperan sebagai disain poster, ada lagi yang konsen pada sisi costumnya, manajemennya, atau videografinya sebagai sarana persebaran dan sosialisasi promosi keberadaan jaranan tersebut agar lebih dikenal sesama GenZ ataupun masyarakat secara luas. Salut juga ternyata GenZ bukanlah kaleng kosong yang tidak tahu apa-apa, mereka sebenarnya potensial sekali menjadi pelopor anak muda dijamannya dalam menghadapi arus global dunia. Tetep semanget
Kalau hanya urusan intern keluarga atau lingkungan yang tidak terlalu melibatkan publik secara luas mungkin kebiasaaan tersebut boleh saja dilakukan asal secara bertahap harus lah berubah anak harus menjadi dirnya sendiri bukan sebagai perpanjangan tangan ortunya. Bisa kacau jika ortunya pejabat negara dan yang dihadapi si anak soal kebijakan publik semua mata dan kamera memantau harusnya riskan jika tetap saja berharap ortunya datang sebagai supermen untuk membantu soal tadi. Apalagi seperti tak ada penyesalan knapa ia dibantu oleh ortunya dan tangan-tangan pejabat dibawahnya. Kalau ini yang terjadi artinya keluarga ini sangat tidak memahami kepantasan publik, hanya ada azas tujuan adalah kekeuasaan. Yowes ben lah saya pikir masyarakat nusantara jadul jika emang masih ada yang punya sejarah begitu jadi nggak heran, prihatinya ini karena negara kita sedang membangun demokrasi lakok masih ada tindakan pemimpin yang menihilkan pencapaian demokrasi indonesia, harapannnya keluarga ini akan sadar bahwa langkah pencapaian kekuasaan yang mereka lakukan membikin mendung demokrasi karena banyak melukai elemen demokrasi bangsa lainnya.