Minggu, 29 Mei 2022

Seni jaranan subur di taman nasional meru betiri

 

 

 

Berkesenian itu tidak harus mewah, berkesenian lebih menekankan kegembiraan, hiburan dan pas di hati . Tidak ada seniman dalam berkarya ingin mencari permusuhan yang ada adalah bagaimana guyup rukun serta saling bisa mengerti dan membantu demi mewujudkan seni. Satu desa diujung timur Ambulu hampir enyatu dengan  Taman Nasional Meru Betiri tersebutlah desa Andongrejo secara admin masuk kecamatan Tempurejo, ternyata disana sering terjadi peristiwa merawat budaya nusantara terutama uri-uri kesenian jawa , yaitu seni jaranan butho, kadang ada janger, campursarian. Mereka seperti entretainer sejati yang selalu sigap dan bersedia menuruti keinginan penanggap tujuannya menyenangkan pelanggan yang dalam skup desa maupun luar desanya. Itu saja cukup untuk menghibur masyarakat dan uri-uri kesenian budaya jawa ini.

Sari budoyo Pangestu merupakan sangar sekaligus komunitas kelaurga besar yang berdiri di desa Andongrejo, sepertinya tidak mengenal kejenuhan dalam kreasi seninya. latihan rutin seperti arisan bergantian mesti main, masyarakatpun terhibur palalagi pas musim hajatan bisa-bisa sebualn bisa tiga empat kali mentas. Menjadi pak suyadi yang menjadi orang yang dituakan dikomunitas ini, memikirkan bersama koleganya untuk terus mengadakan kaderisasi. Prinsip mereka kesenian harus dikenalkan sejak dini karena berkesenian itu sekaligus mengasah rasa, kelak dalam bermasyarakat akan sangat bermanfaat karena dlam jiwanya telah ditanamkan rasa saling menghormati, toleransi dan saling memberi meski dalam keadaan susah apapun. Rata-ata profesi anggota komunitas ini adalah petani yang merawat tanaman, dan berkesenian adalah merawat tradisi. 

Ada cerita dari Faris , cewek putri pak suryadi yang sebenarnya sejak kecil kenal betul sari budoyo pangestu bahkan pernah terlibat dalam seni pertunjukan ini. Ceritanya dia pernah galau menyandang anak seniman jaranan, bahwa dalam jaranan sering ada yang kesurupan, bahwa jaranan adalah kesenian jadul yang gembel nggak ada nilainya. Itu mungkin karena teman temannya membulynya karena dia memilih sekolah diluar desanya hingga sma, lalu kuliah di jember. Akibatnya jarang pulang. Sempat bikin resah gelisah setelah menginjak gadis dewasa bahkan setelah dia bekerja di salah satu bank. sesekali sambang rumah pas hari libur, jika pas ada tanggapan sesekali juga ikut membantu ortunya. Tetapi ada momentum yang bikin dia bangga sebagai anak orang jaranan, ketika melihat kesenian jaranan berkumpul di pantai payangan dengan menampilkan performance art secara kolosal puluhan bahkan ratusan hampir seribuan barong dan jaranan dikemas dengan baik dan penontonya berjubel dan memberikan aplaus tak henti-hentinya. Dari situ Faris merasa bangga bahwa apa yang dikerjakan bapaknya dan teman-temannya merupakan sumbangsih pada kebudayaan nusantara, karena telah merawat bahkan mengembangkan tradisi budaya ini. Tetap semangat Sari Budoyo Pangestu !


 

Tidak ada komentar: