Silang budaya dalam kenyataannya akan ada sudut pandang terhadap pengaruh kondisi global yang sebenarnya sudah jauh sekali sebelum abad milenium sudah berlangsung. Hasilnya tentu ada sisi terang, abu-abu atau samar, dan gelap tidak jelas bagaimana persilangan tersebut telah dan sedang membanjiri sudut-sudut dunia dengan manusia yang hidup disana dan dalam kurun waktu tertentu. Maka secara logis semua manusia bisa saja terlibat dalam lintas budaya, ideologi, dan agama, terus menerus dan melakukan komunikasi secara lintas budaya bahkan terlibat dalam perkawinan silang.
Budaya di lokal-lokal, secara alamiah mengalami perubahan
baik dalam kesengajaan maupun memang
suatu keharusan alamiah persilangan itu akan menyebabkan perubahan, seiring
dengan dinamika budaya globalisme yang menjalari interaksi sosial diantara
mahluk sosial dunia. Sehingga faktor bahasa komunikasi, baik verbal maupun
non-verbal merupakan alat komunikasi lintas budaya. Tetap akan bisa dideteksi
adanya unsur-unsur kebudayaan yang oleh Koentjaraningrat akan selalu ada
akarnya meski bergerak berubah secara dinamis oleh kebudayaan lintas suku,
agama, etnik, dan kepercayaan di dunia ini. Percampuran mungkin akan
menghasilkan yang baru, dan kebaruan tadi hasil persilangan budaya diantaranya,
tingkat pendidikan dan faktor alam juga sangat mempengaruhinya.Karena pada dasarnya fitrah hidup sebagai mahluk sosial maka manusia hidup pasti akan memerlukan manusia lainnya.
Penguatan kapasitas para pemangku adat dan pendidikan budaya
untuk generasi berikutnya, penting untuk dikenalkan gerakan literasi budaya,
adalah suatu proses penguatan budaya lokal dalam dinamikanya dengan masyarakat
di lingkup domestik maupun internasional. Agar dalam perkembangangan kebudayaan
adalah suatu keniscayaan akan mengalami perubahan tingkat budaya dan
peradabannya tetapi tetap mempunyai akar tradisi nusantara., apapun gejala dunia proses kreatif membangun kebudayaan tidak akan berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar