Rabu, 02 November 2022

wastuwidya ajaran membangun dengan bijaksana



 


Kebudayaan  nusantara dalam bentuknya tercermin dalam karya arsitektur secara lebih luas  yang meliputi sikap kepercayaan terhadap agama,  struktur sosial politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi dan estetika. Nilai –nilai kebijaksanaan dalam perwujudan kebudayaan dinusantara ini juga memberi kisi-kisi kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan (estetika). Dalam jawa kuno terdapat istilah wastuwidya yang artinya membangun dengan bijaksana, dalam hal ini bijaksana merupakan pemahaman tanah dan air  sebagai  sumber kehidupan menjadi dasar pijakan disetiap pembangunan yang akan dilakukan oleh para pemimpin jawa. Jadi arsitektur dalam pemahaman jawa kuno adalah  lebih mencerminkan pembangunan logoka, etika dan estetika selaras dengan alam.

Bukanlah seperti model yunani yang menonjolkan kekuatan, eropa yang memberikan status politik tertinggi dan gengsi dan kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara atau kerajaannya sama di mesir juga begitu . Lain  dengan india arsitek disebut juaga sutradara, yang mempunyai kapasitas seni bangunan, seniman atau pemahat, bangunan lebih cenderung menonjolkan keindahan hingga kini kebudayaan yang saling asimilasi bahkan terjadi akulturasi maka percampuran bentuk bangunan bisa saja menjad bentuk baru di nusantara sekarang ini.

Indonesia merupakan kepulauan nusantara menjadi keniscayaan terjadi silang budaya, pergerakan manusia pada abad-abad pra sejarah. Persilangan tersebut pada akhirnya membentuk suatu persebaran budaya yang beraneka ragam. Keragaman budaya arsitektur pun juga memiliki perjalanan panjang diantara budaya suku-sukunya dan karya budaya tersebut adalah kekayaan arsitektur yang luarbiasa mengagumkan. Kebudayaan arsitektur nusantara yang memiliki keunggulan dan berpijak pada kearifan lokal sehingga dapat memberi makna bagi kehidupan manusia. Karya arsitektur diukur dari perspektif filsafat manusia, sehingga dapat diketahui adanya nilai-nilai relijius yang mendasari dalam mewujudkan karya arsitektur nusantara. Konsep ruang yang menjadi dasar dalam penataan ruang luar dan ruang dalam selalu berpijak pada orientasi kehidupan manusia selaras ajaran jawa kuno yaitu wastuwidya . Terbukti dengan adanya bangunan candi atau seni bangunan lainnya yang secara bijak mencoba memadukan perkembangan ilmu pengetahuan, keragaman kepercayaan dan agama-agama yang berkembang di nusantara ini termasuk agama Islam, hindu , budha, kristen dan konghuchu. Mungkin tidak akan terwujud bangunan tadi bila tidak didasari ajaran kebijaksanaan di nusantara ini.

Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan darikata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan  antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa. Di dalam masyarakat kebudayaan merupakan  wadah tumbuh dan berkembangnya karya seni yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan filasafat.

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai makhluk sosial digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam dan lingkungan sosial). Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan mendasari dan mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul. Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan berwujud sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran manusia. Kebudayaan ketika dituangkan dalam pikiran  manusia , maka dalam berbuat cipta , karya dan karsanya  yang dasari dengan pemahaman mitis, ontologis, fungsional sehingga mempermudah dan melindungi manusia terhadap alam semestanya salah satunya tercipta karya-karya arsitektur tersebut. Tetapi pada masa globalisasi ini manusia cenderung tidak bijak dalam pembangunannya, kadang merusak ekosistem dan menyalahi ajaran wastuwidya sehingga memang perlu saling mengingatkan terutama dalam perencanaan pembangunanya.

Tidak ada komentar: