Budaya ngopi orang Indonesia sangat berbeda dengan model ngopinya orang eropa, jika di eropa orang cenderung ngopi hanya fokus pada kebutuhan kafeinnya semata lain dengan orang jawa kalau ngopi yaa plus jagongan imbuh berbincang masih ditambah saling sapa dan cerita. Meski satu keluarga kadang lama tak bersua atau masih belum mengenal satu dengan lainnya terasa canggung mengawali obrolan tetapi dengan ngopi kita jadi seperti teman seperkopian, semacam tak ada batasan kelas maupun junio dan senio gaess. Keren yaa rupanya budaya ngopi ini menjadikan saudara semakin familier bahkan akrab. Awalnya sih omongannnya tentang rasa kopinyalah, cara bikinnyalah atau juga bagaimana cara mendapatkan kopinya bisa saja itu hanya basa basi tetapi sudah menjurus pada semesta pembicaraan mengenai area perkopian.
Nah darisana barulah menginjak pada perkenalan dan pembicaraan ringan hingga agak berat bahkan bertanya tentang silsilah yang kadang sama-sama tidak paham dari keturunan keberapa tentunya sambil ngopi hal-hal seperti itu akan terjawab dengan mengalir sendirinya. Pengalaman dari acara ritual ruwahan yang diadakan tiap tahun di Keluarga besar Djojodigdan Blitar yang baru lalu, menjadi cair dan semakin mempererat tali persaudaraan yang dulunya mungkin tidak saling sapa kenal, ternyata efek kopi cenderung positif karena kita menjadi akrab saling mengenal bahkan bisa ngobrol produktif. Kopi tentusaja perlu diseduh, ada yang kekinian V60, vietnam drip , tubruk bahkan ada yang diseduh model jadul yaitu diklothok dari sana bisa menjadi tematik obrolan bisa jadi nantinya meluas tentang hal lainnya. Memang sebaiknya budaya ngopi ini menjadi elemen yang harus dipertahankan untuk acara-acara kekeluargaan agar tetap bisa saling akrab dan mengenal secara lebih jauh nantinya. Bahkan bisa jadi dari obrol nantinya akan muncul ide-ide kreatif yang tercipta dari semesta pembicaraan tersebut. Mungkin inilah cara keluarga besar djojodigdan blitar merawat tradisinya. #djojodigdancenter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar