Kebudayaan menutup payudara dulu tidak ada dalam budaya nusantara, perempuannya cenderung bertelanjang dada dan hanya memakai kain penutup aurat lainnya. Kemudian dikenalkan oleh penjajah bra atau BH. BH sendiri merupakan kepanjangan dari Bustle Houder yang merupakan bahasa Belanda yang memiliki arti penyangga payudara. Masuknya Eropa ke Indonesia mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang saat itu masih senang bertelanjang dada. Mereka membawa korset yang merupakan pakaian dalam untuk membuat tubuh menjadi lebih ramping. Dulu keraton yang dikenal sangat mengikuti tren dalam berpakaian juga ikut mempopulerkan korset, terutama saat era Soekarno. Namun karena munculnya bh atau bra, penggunaan korset pun mulai berkurang dan wanita banyak yang beralih menggunakan bra atau kutang.
Karena secara fungsinya korset suash dipakainya , kutang
hadir menggantikan korset yang membatasi ruang gerak pemakainya, sedang kutang
semakin digemari karena memberi kebebasan dalam bergerak. Kutang lalu menjadi
budaya kaum wanita pribumi, perkembangan kutang berlanjut sampai Indonesia
merdeka. Setelah beberapa tahun merdeka, kemudian mulai populer kutang jenis
baru yang dikenal dengan Kutang Suroso. "Kutang Suroso merupakan bentuk
pengembangan pertama dari kutang di Indonesia," kata Sulistiyoningrum
dikutip dari NationalGeographic. Asal nama Kutang Suroso diperkirakan berasal
dari nama Suroso yang populer pada 1960 setelah berhasil memproduksi kutang
yang digandrungi banyak perempuan di pelosok Yogayakarta dan Jawa Tengah.
Sekarang, lokasi sentral pembuatan Kutang Suroso berada di Juwiring, Klaten,
Jawa Tengah. Penyebaran Kutang Suroso terjadi pada zaman revolusi, berbarengan
dengan tumbuhnya industri Kutang Suroso di Pulau Jawa. "Bentuk dasar
kutang merupakan bentuk pakaian yang tertua, bahkan sebelum orang mengenal
adanya kain lembaran yang berupa tenun, orang sudah mengenal bentuk pakaian ini,"
ungkap Sulistiyoningrum.
Kutang Suroso berbentuk menyerupai silinder atau pipa tabung yang berbahan dasar kulit kayu. Kutang Suroso juga dapat menutupi tubuh dari bawah ketiak sampai panjang yang diinginkan. Kekhasan dari Kutang Suroso terdapat di bagian kancing yang terletak di bagian muka, berbeda dengan kutang atau BH kotemporer dan modern. Keberadaan kancing atau pengait kutang di bagian depan dapat mempermudah penggunanya untuk menggapainya. Hal tersebutlah yang sering dikeluhkan oleh wanita lanjut usia karena kerap terkilir ketika menggapai pengait yang biasanya berada di bagian punggung. Dari pengalamanku dulu buyut selalu menggembol uangnya di balik kutang, rupanya kutang suroso dimintai selain menutupi payudara juga punya runag untuk menyembunyikan uang. Dan ada juga berita yang menyatakan kini para perempuan indonesia baik perempuan biasa maupun celeb maupun artis suka pakai kutang suroso baik keseharian maupun pemotretan. Mungkin bagi pria cenderung memaknainya sebagai hal yang sensual saat ada kain penutup payudaya yang tergolong rapat itu dipakai oleh perempuan dengan kain jariknya. Hahaha mungkin lo yaa, tetapi tetep cantik ajah kalau yang memakainya perempuan sexy. Tidak harus pakai bra two piece yang cenderung mengekspose seluruh bodynya.