Kamis, 06 April 2023

coratmoreto








 

tradisi baduy yang sangat bersahabat dengan alam






Image Baduy yang biasa tergambar dalam majalah atau medsos adalah Suku Baduy Dalam merupakan Sunda Banten mereka adalah suku asli yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup bersahabat dengan alam dan pola hidup kemsyarakatan lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas kurang lebihnya 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Proses budaya yang mereka lalui bisa jadi teramat lamban , tetapi faktanya hutan, sungai dan keragaman hayati mereka terjaga , itu karena tradisinya sangat bersahaja dan sangat menghormati alam. Mungkin begitulah cara mereka menjaga tradisi nusantara
 

Rabu, 29 Maret 2023

Ekspresi anak-anak muda dengan main jangkungan






Kok seneng yaa lihat anak-anak muda punya mainan offline seperti ini, misalnya main jangkungan sebagai alternatif permainan anak-anak yang punya sisi positif yang lumayan banyak pointnya. Jangkungan sebagai inovasi anak-anak kekinian melihat egrang keren ya gaess, terus proses pembuatannya mereeka buat sendiri sesuai keinginan dan budget yang dimampukan, itu artingan anak-anak sudah mampu merencanakan dan mewujudkannya. Point yang nggak kalah pentingnya adalah cara memakai jangkungan ini perlu proses  latihan yang lumayan lama bisa dua sampai tiga minggu, mestinya juga ada konsekuensi logisnya bahwa latihan tentu tidak mulus-mulus saja bisa jatuh bisa rusak alat jangkungannya. Baru menginjak point style jangkungan yang kekinian adalah costumnya style anak-anak kekinian lo gaes, mereka bener-bener mengungkapkan ekspresi dengan riang gembira dan optimistik banget. Mungkin inilah cara anak-anak muda kekinian merawat tradisi nusantara dengan caranya. Salam Budaya

Senin, 20 Maret 2023

bunga mawar sudah dikenal sejak jaman purba


Kedekatan perempuan dengan bunga sepertinya tak diragukan lagi, bahkan mungkin menanamnya karena suka, merawatnya jangan sampai rontok kelopaknya, memakainya untuk mempercantik dirinya dan bunga ini bagi perempuan juga sebagai simbol penghargaan pada orang yang dicintainya. Terutama orang yang dihormati, orang terkasih atau orang sangat bersimpati padanya ketika meninggal dunia bahasa duka citanya seringkali di wujudkan pada bunga dirangkai ataupun karangan bunga.

Perempuan kebanyakan juga menyukai warna indah bunga dan bau harumnya, karena bagi perempuan ini sebuah pengalaman yang istimewa. Seperti sebuah kesempatan yang langka dipikirannya jangan-jangan tidak bertemu bunga ini lagi. Makanya bunga bagi perempuan punya kedudukan yang istimewa. Perempuan juga seneng kata-kata yang menyatakan sesuatu dengan bunga, pas senang ungkapkan dengan bunga, pas asik dalam keromantisan mesti ada bunga sebagai pendukungnya. Jika semuanya disajikan pas pada waktu yang tepat maka perempuan akan sangat bahagia, karena bunga yang diberikan padanya menambah kebahagiaan yang kini sedang dirasakannya. Bisa saja sejak jaman dahulu perempuan punya sense yang sama terhadap bunga, karena ada ahli kepurbakalaan yang menemukan fosil bunga mawar dan disinyalir umurnya sudah 35juta tahun lalu. Bunga dalam perjalanan peradaban ternyata sudah memiliki peran untuk membikin bahagia, mempercantik, mengistimewakan dan menghargai perempuan dijamannya. Mencintai bunga adalah cara merawat tradisi nusantara dan peradaban dunia.

kata hatimu itu kata cintamu


 kamu terlalu cepat berpindah hati
apa karena jarak mata kehati sangat dekat
dalam sekejap kedipanpun jadi cinta
kenapa tak pakai koneksi mata ke otak
cepat mencintai dan lamban nyatakan sayang
bukan karena logika, cinta itu soal rasa
mata rabun pikiran jongkok
tetap bisa merasakan getaran cinta 
itu karena hatimu yang bicara

dekatkan imajinasi cintamu dengan bumi


 lautan asmara meski tenang namun sulit ditakar
jauh dari makna pantai indah cinta sebenarnya
menapaki pasir putih menginjak rumput liar
bercahayakan lampu tempel hampir habis minyaknya
baiknya cintamu dimulai dari fakta
akan lebih baik mencapai kata bijak

Minggu, 19 Maret 2023

menghidupi kerajaan dengan bisnis kopi

 

tradisi ngopi juga pasti punya cerita kejayaan kopi di Jawa

Menurut catatan sejarah perkopian Dinasti Mangkunegaran merupakan perintis perkopian di Jawa dan telah memperkuat basis ekonomi modern saat itu dengan mengembangkan perkebunan kopi dan gula. Pilihan bisnis Puro Mangkunegaran terutama Mangkunegara  lV saat itu adalah kopi , karena kopi sangat diperhitungkan sebagai  komoditias yang laku keras di pasaran internasional. Komoditas kopi juga mampu meningkatkan perekonomian Mangkunegaran karena perannya dalam menopang kehidupan praja dengan dikelola secara serius dan diatur dengan manajemen yang profesional. Selalu memperhatikan dan mencermati bahwa kopi akan laku keras di pasaran dunia dan Mangkunegaran memiliki kondisi geografis tanah pegunungan, seperti daerah Wonogiri, sebagian Karanganyar, dan Karangpandan sangat potensial untuk budidaya tanaman kopi. Penanaman kopi di daerah Mangkunegaran dimulai pada tahun 1814. Bibit kopi diperoleh dari Kebun Kopi Gondosini di daerah Bulukerto, Wonogiri.

Tidak lama setelah dinobatkan, Mangkunegara IV mulai memperluas tanaman kopi ke wilayah Honggobayan, Keduwang dan Karangpandan. Hal ini dikarenakan beberapa tempat yang cocok untuk penanaman kopi ini masih berada di tangan para penyewa pengusaha Eropa, maka untuk memperluas pembudidayaan kopi,  Mangkunegara IV menanami tanah-tanah apanage hasil kerjanya dan juga melakukan alih fungsi hutan di wilayah Wonogiri.

Pada awal tahun 1850 baru ada 4 wilayah penting bagi penanaman kopi di Mangkunegaran, tetapi sejak pembebasan tanah-tanah apanage berkembang menjadi 24 wilayah. Penanaman kopi di 24 wilayah Mangkunegaran ini ditangani secara serius, dengan mendatangkan administratur kopi dari Eropa, Rudolf Kampff untuk mengorganisir pananaman kopi. Dari 24 wilayah itu, masing-masing dikepalai oleh seorang administratur yang bergelar panewu kopi dan mantri kopi. Di setiap daerah didirikan sebuah gudang untuk penampungan kopi dan sebuah pesanggrahan sebagai tempat tinggal para administratur itu. Ke-24 administratur kopi itu berada di bawah kendali dua orang penilik atau inspektur Eropa, yaitu L.J. Jeanty dan J.B. Vogel yang masing-masing berkedudukan di Tawangmangu dan Nguntoronadi.

Masing-masing penilik membawahi 12 wilayah. J.B. Vogel membawahi wilayah-wilayah: Karangpandan, Tawangmangu, Jumapolo, Jumapuro, Jatipuro, Ngadirojo, Sidoarjo, Girimarto, Jatisrono, Slogohimo, Bulukerto dan Purwantoro. Sedangkan L.J. Jeanty membawahi wilayah-wilayah: Nguntoronadi, Wuryantoro, Eromoko, Pracimantoro, Giritontro, Baturetno, Batuwarno, Selogiri, Singosari dan Ngawen. Kedua inspekstur itu bertanggungjawab terhadap seorang superindentent dari Kawedanan Kartoprojo. Pejabat superindentent pada saat itu adalah Raden Mas Wirohasmoro.

Dari perluasan penanaman kopi telah memperoleh peningkatan hasil yang cukup baik. Dari 1.208 kwintal pada tahun 1842 telah meningkat menjadi 11.145 kwintal pada tahun 1857. Pada tahun 1857 Mangkunegara IV bersikeras untuk mencoba mengakhiri persewaan tanah apanage di wilayahnya agar ia dapat mengambilalih pembudidayaan kopi di Mangkunegaran dari para pengusaha Eropa. Upaya Mangkunegara IV dengan dukungan rakyatnya mampu menanam tanaman kopi sebanyak 6.056.203 pohon di tahun 1863, dari jumlah itu 5.037.356 pohon diantaranya telah berbuah. Untuk pemasaran, kopi produksi Mangkunegaran tidak dapat dijual langsung ke pasaran bebas karena berlaku politik monopoli oleh pemerintah Hindia Belanda. Untuk menambah pendapatan, Mangkunegara IV meminta petinggi Belanda menaikkan harga kopinya diatas harga pasaran. Sadar jika kopi  komoditi ekspor, maka harga komoditi kopi sangat dipengaruhi oleh harga pasar internasional. Mangkunegara lV mengadakan negoisasi dengan pemerintah belanda agar harga kopi di naikkan, dan pada ujungnya disetujui al hasil menambah kas kerajaan dari hasil produksi kopi. Keren ya gaess kopi bisa menjadi anggaran membangun kerajaan dimasa itu. Apakah sekarang bisa , nah ini perlu dibahas secara serius karena sejarah telah membuktikan bahwa kita bisa .

jaranan campursari jemberan


seni tradisi jaranan butho banyuwangen hidup subur di jember

Seni tradisi jaranan juga ada yang betitle Jaranan Buto , jaranan ini dapat diartikan sebagai kuda lumping raksasa. Keberadaan kesenian Jaranan Buto tidak terlepas dari cerita rakyat yang melegenda yaitu Menak Jinggo seorang raja Kerajaan Blambangan. Konon digambarkan kalau  Raja Menak Jinggo berperawakan besar dan kekar bagaikan raksasa . Jaranan buto adalah kesenian tari semacam Raksasa yang diiringi dengan irama jaranan. Jaranan  Buto yang dikenal di jember merupakan tari tradisional yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi tetapi juga da yang diadaptasi dari Kabupaten Blitar. Kalau dari Banyuwangi di cerita rakyat tentang raja blambangan, yang kemudian dikembangkan oleh seniman lokal banyuwangi yaitu Setro, beliau dikenal orang yang menciptakan tarian Jaranan Buto yang menggambarkan pertarungan dan perwujudan Minak Jingga sebagai buto melawan Kebomarcuwet. Jaranan Buto itu banyak berkembang di daerah Banyuwangi Selatan yang basisnya memang masyarakat Mataraman.

 Menurut Setro, cerita butho-buthoan di Banyuwangi sangat cepat mendapatkan respon dari masyarakat yang banyak keturunan mataraman . Imajinasi mereka jika buto adalah perwakan besar dan jahat sehingga sensasi ritmis magis nya dipadu dengan irama jaranan menjadi kesenian yang bisa menyatu dengan jaranan lainnya. Secara umum jaranan butho ini memberikan kesan percampuran ide seni tradisi Banyuwangi dan Trenggalek asal Setro yang kii menetap di Cluring Banyuwangi. Banyuwangi adalah kota gudangnya para seniman dan tradisi yang masih sangat kuat di kehidupan masyarakatnya, makanya seni tradisi dapat hidup lestari di sana. Semoga mendatang akan menular ke Jember, katrena jember juga terdapat bermacam-macam suku bangsa dan seni budayanya bercampur menjadi kekuatan percampuran seni dengan kebaruannya. Makanya sering di Jember jaranan di mixed dengan campursari, untuk memenuhi permintaan masyarakatnya. Mungkin begitulah cara masyarakat kita merawat tradisi nusantara.


Rabu, 15 Maret 2023

arti penting ruwahan bagi orang jawa


Tradisi mendoakan leluhur yang telah tiada sudah menjadi semacam keharusan, para sanak saudara yang masih hidup bergantian atau kadang bersamaan pergi kemakam leluhurnya. Tradisi ini biasanya hari-hari mendekati puasa ramadhan, bagi orang jawa tradisi ini disebut nyadran dengan kata lain ruwah syakbanan makanya tradisi ini bisa disebut nyadran atau ruwahan. Bersih-bersih kemakam leluhur dan mendoakannya serta bila ada rejeki akan bagi-bagi makanan atau uang pada masyarakat sekitar makam.

Bagi orang jawa peristiwa budaya ini merupakan tradisi yang bisa dikatakan penting, bagaimana tidak bahwa kita diingatkan untuk mendoakan leluhur dan membersihkan makamnya serta berbagi pada sesama, tentu ini perbuatan yang baik. Hingga era digital global seperti sekarang ini masih saja sespuh keluarga sering mengajak anak cucunya untuk pergi kemakam leluhurnya. Sekaligus memberikan pengetahuan bahwa kalau tidak ada leluhur ini mungkin kita semuanya ini tidak akan ada , agar tidak kepaten obor. Anak cucu jadi tahu silsilah keluarga dan mengetahui bahwa leluhurnya dimakamkan disini, sehingga seperti ada kewajiban untuk merawat makam dan mendoakan leluhurnya. Mungkin inilah cara mereka merawat tradisi budaya nusantara.

kutetap bersyukur


asalku dari jalan, dari pinggiran lalu-lalang

makananku keringat dari kerja seharian

aku bisa membuka hati untuk cintamu

meski sebenarnya cintaku sudah lebih dulu