Jumat, 30 Agustus 2019

Tirai bambu kini jadi cantik

 


 




tirai bambu yang biasanya hanya dibuat untuk penutup rumah dari panas terik matahari kini bisa menjadi ornamen dekorasi taman atau mungkin cafe. Karena bentuknya sudah tidak biasa lagi, dulu tirai atau krei hanya dibuat secara original natural saja kini sudah diberi hiasan dan gambar yang dipadukan dengan pengecatan. Jadi kini bisa tampil lebih cantik. Kerajinan ini dibuat dari pengrajin Sumberpakem di Bondowoso. 

Sebenarnya masih banyak gambar yang lain , ada juga yang lucu-lucu seperti mickey mouse dan gambar cartoon lainnya. Jika anda berminat untuk memilikinya harga yang ditawarkan Rp. 70 ribu per buahnya. Tirai tadi berukuran 250 x 150 cm ditambah ongkos kirim . Untuk pemesanan hubungi nomer hp 085748610097.

Jaran Konyong Sumbermujur Candipuro Lumajang






Grebeg Suro adalah acara desa Sumbermujur yang diadakan setiap tahun pada 1 Suro, tema acara suroan kali ini Grebeg Suro Bedah Kerawang Acara tersebut nantinya akan didukung oleh kesenian daerah jaranan dan jaran konyong. Ada juga  tari Oling adalah tarian khas Sumbermujur, Oling adalah ikan yg diyakini menjadi penunggu sumber mata air Hutan Bambu
Jaran konyong itu sebenarnya seperti prototype jaran kencak , tapi kalau jaran kencak menggunakan kuda asli atau beneran, sedangkan jaran konyong  kuda yang digunakan bukanlah kuda sungguhan melainkan dibuat meniru kuda . Jaran Konyong ini juga asli kesenian Lumajang.

Dalam prosesi Grebeg Suro sampai saat ini, beberapa tradisi dilakukan untuk memperingati pergantian tahun itu. Salah satunya seperti tradisi rutin pemendaman kepala sapi  yang dilakukan warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang. Kegiatan ini sendiri diselenggarakan , sebagai bentuk perwujudan rasa syukur masyarakat setempat, atas berkah Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rejeki hasil bumi dan sumber mata air yang melimpah sehingga dapat memberikan pengairan untuk pertanian yang ada di desa.

Semoga kesenian tradisi di desa Sumbermujur selalu mendapatkan perhatian dari pemerintah desanya dan masyarakat tetap mencintai dan melestarikannnya sebagai aset budaya desa.

Kamis, 29 Agustus 2019

Singo Gendeng dan Bupatinya


Bagi kelompok seni jaranan diperhatikan penonton sudah menjadi sego jangan, artinya memang para pemain beratraksi untuk menghibur penontonya. Bahkan sampai berupaya membentuk pertunjukan sebagai sarana menarik bagi penikmatnya. Tak terkecuali kelompok seni jaranan Singo Gendeng Talangsari, semakin banyak yang menyaksikan pertunjukannya semakin mempunyai kebanggan tersendiri. Artinya bahwa apa yang disuguhkan mampu menarik perhatian penontonya, bisa jadi pertunjukan tersebut dianggap berhasil. Namun bahwa keberadaan Kelompok Singo Gendeng diperhatikan oleh pejabat pemerintahan Kabupaten Jember ini yang kadang-kadang yang tidak kesampaian. Bisa saja pak Camat yang datang meminta hiburan dalam rangka tujuhbelasan atau acara lainnya, konteksnya adalah tanggapan. Tetapi ada yang lain ketika atraksi Singo Gendeng dalam karnaval 2019 kemarin menjadi fokus perhatian Bupati Jember. Mereka semua seperti tidak percaya bahwa pejabat sekelas Bupati ingin berfoto bersama mereka. Yah dengan sukacita mereka lalu menggerumbul untuk berfoto dengan Bupatinya. Salam anget Salam Budaya #Jemberceria 

Lomba Tari Kecamatan Ambulu






Ruwatan Bumi Jember





Ekspresimu Kini

 


 

Mengapa Milenial Masih Suka Tari Tradisi





Kaum Milenial selalu diidentikan dengan generasi wifi dan gadget, hampir tidak ada yang membantah jika ketergantungan mereka pada peranti teknologi internet seperti perangko dan amplopnya. Tidak bisa dipisahkan begitu saja, arus informasi digital yang serba cepat serta rasa keingintahuan para milenial terhadap situasi dan kondisi baik itu dunia fashion, kuliner maupun gosip-gosip kekinian yang beredar di dunia maya. 

Tetapi jangan heran bila mereka para milenial sangat cinta budaya Indonesia, atau nusantara tepatnya, rasa kebangsaan di jiwa hati dan sanubarinya tidak bisa pudar begitu saja. Mereka itu cinta Indonesia berarti juga wajib mencintai kebudayaan Indonesia. Termasuk tari tradisional misalnya, bahwa tari-tarian bisa saja hanya sebuah hoby , namun tuntutan dalam penyajiannya nampaknya juga mereka perhatikan. Agar tidak monoton dan tetap sedap di tonton sebagai hiburan.

Keberadaan mereka perlu untuk selalu di support , karena masih banyak kaum milenial yang lebih suka mager , malas gerak hanya berkutat dalam dunia maya semata. Apalagi banyaknya aplikasi yang memudahkan mereka dalam mendapatkan yang diinginkannya. Kuliner tinggal pesen via ojek online, pengen pakaian tinggal pesen via online dan begitulah cara mereka yang tidak ingin ribet. Nah kalo pengen nari ya gak mungkinlah pesen penari online, makanya provokasi bahwa dengan menari juga ikut mengisi kemerdekaan republik ini yang dengan susah payah dan berdarah-darah di proklamirkan sebagai bangsa yang merdeka oleh para pahlawan kita, kayaknya menjadi wajib untuk selalu kabarkan dan di viralkan sehingga selalu up to date informasinya selalu gress dan non basi. salam anget, salam budaya, salam milenial non mager #jemberceria #jemberpesonawisata  

Jumat, 23 Agustus 2019

guru - guru yang tergabung dalam organisasi IGTKI menari rajungan


Can macanan kaduk eksis di gelaran Jatayu Tiwikromo


pelatihan tari terbang bandung di aula PGRI Jember


Gadis Milenial Flasmob Lahbako



Flashmob Lahbako  Milenial di Alun-alun Jember, kejadian flashmob di depan sebuah minimarket Alun-alun Jember jadi heboh, pada CFD (car free day) hari Minggu 25/8/2019, bukankah biasanya ada senam pagi. Memang sehabis senam pada CFD kali ini lain, banyak perempuan dewasa dan remaja pada turun kejalan untuk mengadakan flasmob, yaitu gagasan mengajak tampil secara terorganisir yang bertujuan menghibur tetapi dengan mengajak sebanyak-banyaknya partisipasi dan interaksi penontonya. Rupanya flashmob tari Lahbako menarik bagi kaum milenial, terbukti partisipasi para gadis-gadis, ibu-ibu dan remaja putri secara spontan mengikuti gerak tari.

Ayo lestarikan lahbako dengan flashmob


Flashmob tari Lahbako disukai para perempuan milenial, kenapa di depan sebuah minimarket Alun-alun Jember jadi heboh, pada CFD (car free day) hari Minggu 25/8/2019, bukankah biasanya ada senam pagi. Tapi CFD kali ini lain, banyak perempuan dewasa dan remaja pada turun kejalan untuk mengadakan flasmob, yaitu gagasan mengajak tampil secara terorganisir yang bertujuan menghibur tetapi dengan mengajak sebanyak-banyaknya partisipasi dan interaksi penontonya. Rupanya flashmob tari Lahbako menarik bagi kaum milenial, terbukti partisipasi gadis-gadis secara spontan mengikuti gerak tari dari para seniornya.

Hal ini membuktikan dengan flashmob ini  Tari Lahbako sebagai salah satu icon kota Jember masih dikenali oleh warga Jember. Tarian ini masih terus dilestarikan dan dipelajari, baik di sanggar seni maupun diperkenalkan melalui flashmob seperti pagi ini. Buktinya banyak yang berpartisipasi dengan spontan dengan kostum olahraga pagi.

Anda tahu sejarah tari lahbako ? lahbako diiringi musik patrol dan  bahwa musik patrol  (musik perkusi khas Jember) . Sejarah tari Lahbako yang diciptakan oleh seniman Bagong Kusudihardjo dari Yogyakarta kira-kira tahun 1980an. Penggarapan tari ini diprakarsai oleh Soeryadi Setiawan Bupati Jember pada saat itu. Bisa jadi inspirasi dari keseharian masyarakat Jember yang sebagian besar merupakan petani tembakau itulah yang dibuat untuk mengarap tari lahbako. Wilayah Jember sendiri merupakan salah satu daerah penghasil tembakau terbaik dan terbesar di Indonesia baik tembakau kasturi maupun Na Oogst. 

Selain itu Tari Lahbako ini juga merupakan bentuk penghargaan terhadap peran perempuan Jember terhadap industri tembakau baik di ladang maupun di gudang tembakau. Karena sebagian besar pengerjaan pada produksi tembakau dilakukan oleh perempuan. Sehingga terciptalah Tari Lahbako yang menggambarkan aktivitas para perempuan petani tembakau dari mulai tanam sampai dengan pasca panen. Mereka menggambarkan kegembiraan dalam menanam tembakau.

Mungkin pemberian nama Tari Lahbako  merupakan bentukan dari dua kata yang diambil dari bahasa Madura yaitu “Lah” dan “Bako”. Kata Lah berasal dari  potongan kata “olah” atau “mengolah”. Sedangkan kata Bako sendiri merupakan konotasi dari kata “tembakau”. Dari bentukan dua kata tersebut dapat diartikan Tari Lahbako merupakan tarian yang menggambarkan pengolahan tembakau. Harapan kita flasmob tari-tari dari Jember akan diadakan lagi tiap ada car free day,  secara spontan yang gak bisa nari pun akhirnya terhipnotis menari juga.



Senin, 19 Agustus 2019

Gus Mad Yang Selalu Bersahaja


Masjid di Tegal Banteng Wuluhan disana ada guru ngaji sekaligus kawan bagi para santri-santrinya , sosok muda yang penuh dedikasi untuk agama dan masyarakatnya yaitu Gus Mad. Begitu masyarakat memanggilnya. Pria ini bertubuh kecil dan murah senyum. enak diajak ngobrol dan berduskusi. Siapapun yang datang akan diterima sebagai kawannya. Salut pada sikapnya.

Kesehariannya bertani dan mengajar ngaji, sesekali juga memberikan pengobatan bila ada yang meminta dia untuk membantu orang sakit. Gus Mad dikenal dengan pengobatan dengan media air keras atau air raksa. Padahal kalau kita melihat air keras justru seringkali giris, karena air keras tersebut bila mengenai kulit maka akan melepuh. Tapi di tangan Gus Mad air raksa justru dijadikan media pengobatannya. Baik penyakit luar seperti luka, borok dan lainnya maupun penyakit dalam. Sangar pisan ngobatine lur. Tetapi beberapa orang yang kesana meminta Gus Mad mengobati banyak yang menyatakan kesembuhannya. Semoga gusti Allah selalu memberikan pentunjuknya. Amin

Sabtu, 03 Agustus 2019

LEGO SUPRAPTO PIMPINAN LUDRUK BALADA



Joko Sambang dan Pak Lego
Seni drama tradisional yang masih hidup dimasyarakat kita masih ada yang eksis, misalnya ludruk dan kethoprak. Ludruk merupakan kesenian drama tradisional Jawa Timuran, yang ditampilkan biasanya disesuaikan dengan kondisi sosial jaman itu . Kalau kethoprak biasanya melakonkan lakon cerita  Jawa dengan seting jaman keraton Mataram.  Ludruk adalah bentuk karya lakon dalam drama trdaisional juga seringkali menyisipkan kritik-kritik terhadap pemerintahan kolonial Belanda dan jaman Jepang di eranya.
Hal ini juga dilakukan oleh pelopor sekaligus pimpinan Ludruk BALADA  Tembokrejo yaitu bapak Lego Suprapto, SPd, SSn yang masih eksis mementaskan lakon-lakon perjuangan dalam ludruknya. Tema pergerakan kebangsaan yang dilakonkan bisa diartikan sebuah perlawanan melalui seni yang mampu ditularkan dengan baik sehingga nilainya dikenang hingga kini. “Lakon ludruk Joko Sambang pendekar Gunung Gangsir, yang menceritakan perlawanan terhadap Belanda yang menindas rakyat pada masa pergerakan kemerdekaan. Dulu ini lakon yang paling disukai penonton mungkin kalau sekarang istilahnya viral,”ujar Pak Lego pimpinan group ludruk BALADA.
Kini ludruk semakin kehilangan penikmatnya, bahkan nyaris tidak eksis dalam dunia pertunjukkan seni tradisional. Tetapi pak Lego tidak patah semangat, bahkan untuk menggerakkan kesenian ludruk tersebut dia mengadakan latihan rutin . “ Jadi tiap malam Rabu dan malam Sabtu kita latihan , ya pemainnya warga dari sekitar desa sini saja. Biar masyarakat ikut memiliki kesenian ini.”Itulah penuturan pak Lego , beliau juga mengakui kalau ludruk di Jember hanya satu dua yang masih eksis, ada group ludruk  Fajar Pagi dan ludruk Merdeka Kencong.  
Sudah dua tahun usia Ludruk Balada yang dipimpin oleh Pak Lego , yang kini masih eksis untuk memberikan hiburan kepada rakyat di Jember terutama kecamatan Gumukmas di wilayah Jember Selatan.  Pertunjukan ludruk yang digelar di desanya  Tembokrejo Kecamatan Gumukmas selain berfungsi sebagai hiburan sekaligus sebagai pendidikan kecintaan pada kebudayaan nusantara.

LUDRUK BALADA TEMBOKREJO








Fans Berat BK




Bung Karno Digambar di Tembok Kampung
Konsep peringatan 17 an sebagai hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia adalah peringatan yang mengutamakan penghargaan terhadap pahlawan kemerdekaan yang telah melepaskan Indonesia dari penjajahan. Dan hari ini kita meneruskan dan mengisi cita-cita para pendiri bangsa sebagai wujudnya yaitu menjaga negara ini dari ancaman negara lain. Bekerja untuk menghidupu keluarga dan belajar menuntut ilmu juga bagian dari kecintaan terhadap negara ini.
Mengisi kegiatan untuk memeriahkan kemerdekaan juga salahsatu kegiatan yang mempunyai pendidikan kebangsaan. Mencintai tanah air Indonesia dan menghormati jasa-jasa para pahlawan merupakan penanaman jiwa-jiwa nasionalisme untuk generasi muda dan masyarakat lainnya. Menghiasi gapura yang dilakukan oleh warga di jalan Letjend Sutoyo gang 3 di Lingkungan Sumber Pakem Sumbersari ini tidak mau kalah dengan kegiatan menghias gapura lainnya.
Seperti Cak Pono salah seorang seniman, yang bersemangat menghiasi tembok di kampungnya dengan gambar Bung Karno yang belatar belakang warna merah putih. Meskipun berpanas-panasan ia rela menggambar pahlawan pujaannya. “ Saya termasuk orang yang ngefans berat pada Bung Karno, dan sekarang ini saya tuangkan dalam tembok dalam rangka memperingati HUT RI yang ke 74,”ungkapnya. “Tanpa ada Bung Karno , mungkin tidak ada kemerdekaan Indonesia,”lanjut Cak Pono sambil melanjutkan lukisannya. merdekaaa cak !!!