Selasa, 07 Juni 2022

Peran pemerintah memajukan kebudayaan di tengah budaya digital

 

 

 

 

Latihan rutin di sanggar-sanggar tari biasanya memanfaatkan hari libur, hal ini umum terjadi di Banyuwangi terutama di kecamatan Srono. Tetapi jika ada acara yang menampilkan karya sanggar sendiri yang menampilkan tarian anak-anak sanggar mereka , mungkin juga undangan atau bahkan mendadak ada permintaan masyarakat tentusaja latihan ditambah frekuensinya.Anak-anak sanggar sudah paham hal ini, jadi hampir tidak ada yang mengeluh, karena sejak kecil sudah dikenalkan dengan seni tari dengan latihan rutin serta pentas berkala jadi semacam seniman siap latihan dan siap tampil. 

Begitu pula para anak-anak pengrawitnya, selalu mendampingi ketika sanggar ini latihan , jadi mereka sudah biasa setel dengan penarinya. Saya pernah melihat sesi latihan rutin mereka, pada hari minggu . Disana banyak anak-anak dari umur 5 tahunan hingga remaja baik laki-laki maupun perempuan beberapa masih diantar dan ditunggu oleh orangtuanya.  Sementara pengrawitnya juga anak-anak yang di didik untuk mengiringi garapan tari di sanggar tari Kuwung Wetan  Srono Banyuwangi inilah mereka bergabung berlatih dan mengenal budaya Banyuwangi. Ini sebuah peristiwa budaya yang sudah dikenalkan pada anak-anak sejak dini, mereka juga enjoy seperti tak ada yang tertekan ketika berlatih. 

Sanggar-sanggar di Banyuwangi semangat dalam berkarya ini karena pemerintah mengadakan festival tari Banyuwangi ini lah yang menjadi pemicu semangatnya. Festival Karya Tari Daerah adalah cara pemerintah untuk menghargai dan menggali kreativitas anak-anak muda seniman tari dan seniman musik untuk menciptakan karya-karya baru yang akan memperkaya seni budaya Banyuwangi. Acara seperti ini menjadi panggung bagi seniman memberikan karya terbaiknya , sehingga mereka juga bangga dan terus bersemangat melestarikan kekayaan seni budaya daerah mereka. Harusnya bisa dicontoh oleh pemerintah daerah lainnya dalam ikut serta memajukan kebudayaan nusantara.

 

Senin, 06 Juni 2022

Kerinduan seniman jaranan berproses kolosal


Pagelaran kolosal bolosrewu jaranan barong pernah diadakan di pantai wisata Payangan Ambulu 2017-2018, dengan tujuan memperkenalkan lokasi destinasi wisata pantai sekaligus mempopulerkan seni tradisi jaranan dan barong. Dua tahun itu sangat berkesan bagi penggerak dan pelaku kesenian tradisi, karena berkumpulnya para seniman tradisi dalam berproses sekitar sebulan mewujudkan performance art dengan durasi dua jam. Proses ini yang membuat rindu untuk mengadakan proses bersama, sehingga bisa saling kenal, saling menimba ilmu dan saling menghargai kesenian yang mereka punyai. Seniman yang terlibat dalam performance art tersebut jumlahnya sekitar seribuan yang mewakili seni tradisi jaranan, barongan, barongsai, tari tradisi, macapat, senirupa, seni musik mereka berkolaborasi dalam satu naskah performance art Bolosrewu jaranan Barong.

tari kodok berpartisipasi di pagelaran 

pementasan-bolo-srewu-jaranan-barong.html

jember-gelar-pentas-seribu-wadyabala-jaranan-dan-barong

perjalanan-jaranan-barong-jember/

Efek dari pagelaran tersebut bagi para penggerak jaranan dan barong sangat memberikan perubahan pandangan masyarakat bahwa dulu barong dan jaranan seperti seni yang tidak dipandang berkelas, seni kampung seninya rakyat jelata pedesaan , seni jaranan dipandang seni yang asal kesurupan, bahwa seni jaranan banyak yang kembang kempis dan banyak yang mati karena tidak ada tanggapan. Dengan adanya even yang digelar dalam dua tahun berturutan di tempat yang banyak orang datang akibatnya jaranan barong menjadi pembicaraan dikalangan mereka dan masyarakat secara umum karena media juga membantu dalam penyebaran berita serta apresiasi terhadap even ini.

Mereka merasakan manfaatnya kini jaranan dan barongan sering di tanggap orang, anak-anak seniman jaranan kini tidak malu karena ortu mereka wong jaranan, bahwa seni jaranan kini menjadi kesenian yang punya penghargaan yang bisa disejajarkan dengan kesenian tradisi lainnya ada yang tidak kalah menariknya grup-grup jaranan yang baru tumbuh dan yang mati hidup kembali bersemangat menghibur masyarakatnya. Sepertinya lama sekali waktu untuk mereka berkolaborasi bersama , semua itu butuh komunikasi untuk mencapai tujuan. Ibarat nelayan yang mengarungi samudra yang menghadapi pasang surutnya gelombang, begitulah dinamika gerakan kebudayaan di nusantara ini. Tetap semangat.

Nyanyian Sadeng


Gunung sadeng

By kisumo

Hoya woooh hoooyaa uwoo uooh .....wo yaa uwooh

panji panji  pating kelebet.. ana ning gunung, sadeng

panji panji  pating kelebet.. kena angin saka se.. gara

ayo pada mreneo.. delok srengenge.. tiba.saka akoso

yo pada bebarengan ..nguncalno endaheng moto

 

aja pada lunga, yen durung,  surub peteng

aja pada  lunga yen urung oleh  samubarang

gunung sadeng kuwi ,,gunung seng nguripi rakyan

gunung sadeng kuwi ,,gunung kapur grenden

Gusti allah seng paring pepasten.......

Hoya wooo hoooyaa uwoo uoo .....woho yaa uwooh

###

Gunung sadeng gunung kapur grenden

Gunung sadeng gunung kapur grenden

 

Mangsa rendeng,  sadeng  mbegegeg, di udani  banyu sewengi

Mangsa ktiga,  panase branang , nek bayu teka ,krasa adhem

Sansaya melek suryo,  wong kapuran nuli terus makaryo..

Nek wes angslop, wong kapuran pada ndang sirep leren kerjo

 

Suwi suwi klebatane, pada suwek

suwek amarga kresek plastike wes tuwek

Sadeng gunung kapur taksih jumeneng ngadeg

gunung kapur  rakyan wes nora melu duwe

Mugi gusti Allah tetep paring rejeki

REFF

aja pada lunga, yen durung,  surub peteng

aja pada  lunga yen urung oleh  samubarang

gunung sadeng kuwi ,,gunung seng nguripi rakyan

gunung sadeng kuwi ,,gunung kapur grenden

Gusti allah seng paring pepasten.......

 

Ampel  2005

 

Minggu, 05 Juni 2022

Cinta: kutetap mencarimu

                                                    jika jodoh cinta tak akan kemana

Biarkan saja lakon ini kan kujalani

menuju kearahmu dengan keadaanku 

niatku apik ora duwe pikiran ala, 

ibu pertiwi bapa akoso kula badhe lumampah

nyai among kiai among aku arep mlaku tulung jagakno 

ngarep lan mburiku  nduwur kaliyan ngandhap

segalanya kuserahkan padamu

aku menyusuri jalanan sepi ini

sepi, betapaku mengais cintamu

aku orang yang tak sempurna, nista

semua orang mencaci mengolok mencibirku

tetap saja kulangkahkan kaki ini, bisiku dalam

kem kem bingkem mingkemo cangkeme asu

kula nderek langkung kersane illahi taala

kuulang berulangkali , melangkah terpejam

suara-suara asu lirih, makin menghambur mendebu

makin tajam aroma cintamu, semakin jelas kutemukan hatimu

biarkan rindu menyatukan tubuh indah di kelambunya

Anak-anak digital belajar wayang kulit


kenalkan wayang sejak dini

Wayang adalah kesenian yang bisa dikatakan populer dikalangan masyarakat Jawa, karena seringkali seni pertunjukkan ini mentas pada even-even tradisi. Misalnya bersih desa, suroan, malam perpindahan tahun bahkan acara-acara yang diadakan oleh keluarga. Acara keluarga inilah yang kadang terlalu sering contohnya anak sunat nanggap wayang, pesta perkawinan ataupu acara ulangtahun bisa saja mereka menanggap wayang kulit semalam suntuk. Tapi jika kita ikuti dari mulai awal pagelaran wayang masih berjubel, mendekati goro-goro berkurang  justru berjalan cerita mengarah pada intinya yang tersisa hanyalah para lansia dan sesepuh saja. Sementara anak-anak muda sudah menghilang entah kemana, ada sih paling yang suka dan gemar nonton wayang. Kenapa yaa ?

Bisa jadi anak-anak sekarang ini milenial dan GenZ tidak suka karena tidak mengenal tokoh dan ceritanya wayang karena sedikit sekali sosialisasi pada mereka. Alasannya berikutnya mungkin durasinya yang terlalu lama, bagi yang nggak ngerti tambah bosan. Tetapi sebenarnya wayang adalah cerita kehidupan manusia baik interaksi dengan sesama maupun dengan sang penciptanya. Juga bagian uniknya wayang kulit jawa terdapat punokawan yang menggambarkan tokoh rakyat yang lugas dan segar canda tawanya.

Di Semarang ada tokoh yang memberikan waktunya meluangkan ruangnya untuk memberikan pengajaran pada anak-anak tentang wayang. Beliau adalah bapak Supuno Jepang seorang pengajar dari Unnes , memandang betapa pentingnya memberi pengetahuan wayang terhadap anak-anak, mulai dari cerita wayang, tokoh dan karakter serta sebagian teknis permainannya. Saya salut bener dengan  aktifitas ini, ternyata masih ada sosok pengajar yang meluangkan waktunya demi pemahaman budaya pada anak-anak bangsa. Semoga Bapak Supono Jepang selalu diberikan kesehatan oleh Sang Maha Pencipta. foto doc supono jepang
 

Pranatacara berlatih di sakola bhinneka


 

Kebudayaan Nusantara ini banyak ragam dan bentuknya, dari mulai arsitektur, kuliner, mata pencaharian, ritual tradisi dan bahasa. Bagaimana kebudayaan dapat mencerminkan masyarakatnya hal ini terlihat ketika masyarakat masih menaruh hormat bahkan menjalankan di keseharian . Bahasa punya kedudukan paling tinggi dalam pengembangan kebudayaan, karena disana hampir dipergunakan masyarakatnya dalam segala segi terutama pergaulan sosialnya.

Selain itu bahasa merupakan cara-cara menghormati dan menerapkan etika bergaul di masyarakat, biasanya dipergunakan untuk moment-moment tradisi yang sakral atau bisa dikatakan ritual menyambut tamu agung atau temu manten. Kebanyakan dalam dunia modern ini masyarakat lebih memilih yang simple saja nggak pengen yang ruwet rebyek. Sehingga kebutuhan pranatacara  seringkali dicancel, disamping pengenya simple tetapi karena sumberdaya nya yang jarang tersedia. Makanya ketika ada acara Sakola Bhinneka yaitu pelatihan pranatacara dengan tradisi Madura, Jawa dan Osing ini sangat menarik sebagai upaya pelestarian bahasa sekaligus tradisi penghormatan terhadap tamu maupun pengantin. Apalagi Jember sebagai wilayah yang terdapat akulturasi budaya yang demikian campu aduknya, bisa saja terjadi perkawinan antar budaya. Nah disinilah dibutuhkan pranatacara yang mampu menghantarkan acara sehingga dimengerti oleh hadirin yang mengikuti acara tersebut.

Pelatihan ini tentunya sangat membantu dalam acara-acara pergaulan antar budaya, ataupun dalam satu ragam budaya, diharapkan akan mencetak sumberdaya yang mempunyai ketrampilan untuk menghantarkan acara dengan kemampuan berbahasa dan tatacaranya. Semoga tetap menjadi pelatihan yang menjujung tinggi khasanah kebangsaan Nusantara ini, saling menghargai budaya lain tetapi juga mengenal budayanya sendiri, agar tidak kepaten obor. Jangan bosen-bosen menyelenggarakan acara demi pemajuan kebudayaan nusantara.

 

Sabtu, 04 Juni 2022

eling biyung


 laire mung bondo slendang kawung
kemulan anyep dadi anget ing wayah dalu
tangise jabang bayi nglegakno dadane eyang kakung
wes ditahan banyu moto isih ngembes nlutuh

bungahe biyung kelewat angkane 
nganti lali anggone nyikep singset nali
tombo teko loro lungo bocah iki wes kersane
nyusoni karo umik-umik mbrebes mili

pandungone biyung mesiyo nawondas tur lirih
diselingi sengguk tangisane, aku ngrungokno
dadi wong sak madya wae, nyelehke nafsu kekalih
open ingkang kaping telu eling marang seng kuoso

biyung niku saneh tiyang resik mening, tanpa cidro
weruhe mung blokosuto, yen ora seneng luwih apik nyingkrih
ora selak marang kahanan, diadepi tapi ora sembrono
ngajari wiwit cilik ojo crah karo sedulur, andum yen ono luwih

ooh biyung kulo nyuwun pangapuro, kulo dereng saged
damel bungahe manah, ooh biyung kulo kelangan
 rasane sedih, isone mung ndongaaken mugi gusti midhanget
urip iki sementara, tapi rasa tresnoku ora sirna nir sambikala


Jumat, 03 Juni 2022

percayalah pada tanda kuasanya


 

hidup ini sebuah sandiwara besar,  siapa saja dia hidup menjalani api

berkerngat dan berkubang dalam darah,  tinggal siapa  bisa bertahan

dan bersahabat  dengan takdirnya, lantas apa makna mati,

manusia hanya menunggu detik-detik seruling panggilan

 

musno yoiku jejere manungso mung sak urupe blencong, iso kawur kanginan

tumekan dulangan pamungkas , ora iso selak marang ingkang  nata  kayon

tandane gunge kuoso seng mungkasi  lakune wong wong pilihan

wadeg ragamu kebuntel jroning lempung kaliyan lawon

 

sementara jiwamu kembali, ya kembali terbang nunggu diangkat

jiwa tidak dilahirkan makanya jiwa tidak akan pernah mati

meski berjalan diatas api, tak akan ada darah air mata dan keringat

tapi jangan sampai jiwamu hanya duduk bersemedi di nisanmu sepi


senajan wong urip nang dunya mung mampir ngombe

ojo lali raup  lan nyuceni awakmu, nyuwuno pangapuro

lan golek tombo ati kanggo nginep ayem nang panggon liyan

yoiku alam akhir jaman kang langgeng tanpo goro-goro


Kamis, 02 Juni 2022

Jogetan patrol nuansanya jenaka


Sebelum jogetan patrol menjadi gaya jogetan yang populer, sebenarnya banyak ragam jogetan yang ditarikan oleh para pemain patrol yang intinya ikut pukulan patrol tadi. Biasanya sih sendiri tanpa ada yang merespon, kalaupun merespon juga punya gaya yang berbeda. Makanya seringkali jogetan solo. Solo artinya sendiri biasanya pemain tamborin atau icik-icik. Lalu apakah jogetan itu tidak ada yang berpasangan biasanya yang berpasangan dalam musik patrol adalah pemain tamborin dan pemain tek tuk jenis alat musik kenthongan yang mudah dibawa berjoget. Atau kalau tidak pemain tamborin dan vokalisnya biasanya saling respon dan seperti gaya tarian pergaulan anak-anak muda gitu.

Karena pukulannya cepat dan rapat kadang jogetannya  bisa sangat dinamik tetapi juga bisa dijogeti dengan slow tetap jatuhnya tempo ketukannya empat perempat. Kenapa kok ingin melihat jogetan patrol karena selama bertahun-tahun, patrol telah memasuki putaran kuat sebagai musik lokal jember yang populer dan prestasi telah mempengaruhi budaya masyarakat. Sebagai gerakan budaya saya pikir tetep harus mempersiapkan inovasi-inovasi baik performa musiknya juga style permainannya, misalnya jogetanya. Karena beat musik ini sangat enak untuk diikuti. Karakteristik utama dari jogetan patrol adalah langkah kaki, meliyuk tubuh , tangan hingga pundak , bisa sangat menyehatkan apa lagi bila diambil pada  pukulan cepat dengan ketukan seperempat dan gerakan goyang jogetannya akan dinamis dan bisa juga bisa erotis seksi . Dan bisa juga bernuansa magis bila pukulannya  lambat ritmis.

Sejarah Jogetan patrol , nampaknya tidak ada yang tahu persis kapan adanya karena setahu sya duapuluhan tahun yang lalu ketika patrol, keluar kandang pasti diikuti oleh suporternya sekampung jadi akan menjadi barisan yang banyak dan distulah sering terlihat orang berjoget tapi bukan ala dangdut. Ya modelnya jogetan patrol sih kayaknya. Mungkin karena banyaknya pengikut dan suporternya maka enak saja orang berjoget pede ajah dan nggak malu-malu.

Kayaknya jogetan patrol adalah tarian otentik untuk orang-orang jember terutama yang berada diwilayah kota dan jember bagian utara. Lebih banyak budaya maduranya tetapi sepanjang sepengetahuan saya jogetan ala madura juga berbeda dengan jogetan patrol. Mungkin budaya madura membawa banyak musik dan seni ke jember. Irama musik patrol telah lama digemari sejak mereka para seniman memodifikasi kenthongan tadi , nggak tahu siapa penciptanya. Musik patrol sangat berbeda dengan ul daul madura bukan kerena ada gamelannya, dan tanpa suling tetapi retotika musiknya beda. Bagi saya patrol masih orisinil sebagai hasil serapan masyarakat terhadap situasi budaya leluhurnya jadi jogetannya pun bisa jadi juga hasil dari musik yang orisinil juga.

Tarian jogetan patrol utamanya adalah gerakan kaki dan nuansanya cenderung bercanda suka ria yang memberikan tampilan dan nuansa yang nyentrik unik. Jogetan patrol adalah aksi lembut berirama yang dirasakan melalui lutut dan pergelangan kaki dan tangan lebih banyak memutar pergelangan pundak. Penjoget biasanya berusaha untuk membuat aksi ini tampak humoris mudah dan bebas tanpa beban. Mungkin bagi yang belum biasa berjoget terasa cukup sulit , tetapi kuncinya ikuti irama pukulan saja karena itu fondasi karakter keseluruhan dari jogetan patrol.

Langkah-langkah jogetan patrol yang khas adalah gerakan kaki  termasuk dan lincah cepat, adalagi berdiri dengan sedikit menekuk lutut goyang kiri kanan, pundak diputer setengah putaran dan sebaliknya . Ritme dasar jogetan ini goyangan kecil-kecil tapi cepat, cepat, kemudian melambat. Dan gerakan kaki dalam melangkah biasanya maju mundur , kadang berputar berbalik mungki itu yang khas. Dan kalaupun dijadikan tarian mestinya ketukannya empat perempat. Duakali pindah gerakan. Hahaha ini pun juga masih perlu di konsep lebih baik, karena ini hanya berdasarkan pengamatan dari pentasan musik patrol. Kira-kira kalau diberi nama jogetan patrol ini apa namanya yaa ?

Milenial dan GenZ suka seni tradisi hanya gimmick

 

 


Generasi milenial dan genZ mencintai seni budaya tradisi ini apakah hanya gimmick semata ataukah memang tulus dari dalam hatinya, dengan tujuan melestarikan budaya sekaligus upaya mengembangkan hobynya. Bisa jadi hoby tersebut akan memberikan manfaat baik secara mental maupun nominal, sebagai anak-anak muda yang belum bisa mencari uang sendiri, tentu saja dengan difasilitasi dan kemudian mendapatkan honor adalah pengalaman yang paling mengasyikan. Dapat uang dari jerihpayah sendiri tanpa meminta dari ortu, wow ini istimewa sekali buat mereka. Jadi mereka bukan hanya gimmick, tetapi tulus dengan apa yang mereka bisa lakukan. Sambil menyelam minum air, tentusaja secara fisik mereka dapat manfaat secara mental, yaitu juga mengasah pengetahuan dan kebangsaan mereka sebagai anak-anak muda yang mencintai kebudayaan leluhurnya.

Karena secara rasional menurut para muda upaya pelestarian budaya tidak cukup hanya dilakukan melalui berbagai pertunjukkan secara rutin periodik. Hal utama yang juga harus dilakukan adalah pemberian materi-materi sebagai sarana apresiasi dan pemahaman tentang filosofi serta nilai dari kebudayaan nusantara , warisan dan tradisi yang tumbuh dimasyarakat khususnyayang dialami oleh anak milenial dan genZ sekarang ini. Disamping itu kebudayaan juga harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui pengembangan produk kebudayan secara kreatif seperti seni pertunjukan, musik, arsitektur, kuliner, fashion show, film dan kegiatan ekonomi kreatif lainnya. Rasanya masuk dalam logika anak-anak muda jaman sekarang, bahwa aktifitas berkesenian apapun itu mesti harus ada apresiasi dan pengharagaannya baik secara langsung maupun dimasa depan.

Pemajuan kebudayaan merupakan tanggungjawab bersama sebagai warga negara Indonesia yang hidup dam bermasyarakat di wilayah nusantara ini, bahkan jika mereka hidup diluar negeri masih harus menjaga perilakunya yang mencerminkan budaya nusantaranya . Kebudayaan memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dan menjadikan kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa depan. Di nusantara ini terdapat keberagaman budaya daerahnya , ini  merupakan kekayaan dan sekaligus bisa menjadi identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia. Tentusaja sudah masuk dalam pemikiran generasi yang lahir ditengah-tengah tehnologi digital, mereka  sadar bahwa perkembangan penduduk dunia yang semakin global dengan percepatan teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut dimasa datang harus dikawal perubahan demi perubahan oleh anak-anak muda milenial dan genZ Indonesia.

Sudahi sampai disini


Apa salahku kau kutemukan yang terakhir bersuara

jerit menyayat ditengah gemuruh hujan semalaman

rintihnya pilu seperti tak kuat lagi menahan lara

raguku hadir, tapi langkah  tetap saja mendekatkan


kau terbujur, tertimpa panas terhanyut luka

seperti tiada akhir kata menghentikannya

kau terus meratap melawan kesendirian, dan ketika

kuulurkan tangan, kau jerat aku keliang dukanya


Kaulah terakhir, antara khyalan dan nyata kau peluk aku damai

sirami dengan bau wangi tubuh basuh halus hatimu

kau tatap mataku teduh dan ajarkan nikmat surgawi

hingga kulupa mengeluh menjalani tragedi bersamamu


ini yang terakhir , mengakhiri  titik diujung tirai ilusi

meski getaran masih menyapa diriku, aku sudah mati

rasa dan kesombonganku, liku-liku menjadi garis lurus

bagai petualang , temukan lakonnya kini tembus di kamus

Rabu, 01 Juni 2022

Regenerasi Jaranan Senterewe Pontang



 


 

Jember bagian selatan bisa dikatakan paling banyak grup atau komunitas kesenian jaranan, misalnya desa Pontang selain seniman jaranan juga penghasil seniman reyog ponorogo. Seni pertunjukkan yang menampilkan seni tradisi selalu mendapatkan tempat di hati masyarakatnya. Saat pertunjukkan tidak pernah sepi dari penonton, semacam hiburan rakyat yang murah dan tidak membedakan golongan, kelompok umur maupun status mereka berbaur untuk menikmatinya.

Adalah sanggar seni seni jaranan senterewe Turonggo Budoyo Sakti Pontang ini selain mampu mempertahankan seni tradisi jaranan senterewe mereka juga melakukan regenerasi baik para pemain jaranan maupun para pemain gamelannya. Masih muda-muda tetapi kemampuannya sudah sangat prigel dan trampil dalam penampilannya. Sanggar ini dikelola oleh bapak Suwandi , lewat tangan trampilnya berhasil menciptakan anak-anak muda milenial dan GenZ yang cinta pada budaya sendiri. dan untuk selingannya pementasan jaranan tadi diselingi dengan campursarian, mungkin ini sebagai ciri khas jaranan senterewe Tulungagungan pecahan jaranan Thek ponorogo. Sekaligus juga memenuhi tuntutan masyarakat penikmat dan penanggapnya agar tetap menjadi hiburan segar dalam jaman yang serba sulit seperti tahun-tahun ini. 

 

Gedung wayang orang Ngesti pandowo tinggal cerita



Perjalanan seni pertunjukkan wayang orang di Semarang menyisakan jejak tapak perjuangan para seniman yang menggerakkannya. Habis sudah sisa tapak gedung kesenian yang pernah mewarnai antusiasnya masyarakat dalam hal seni wayang kulit dan wayang orang karena dulu di jalan pemuda berdiri gedung wayang orang Ngesti Pandowo di kompleks GRIS. Ngesti Pandowo terkenal jaman Ki Narto Sabdo sebagai gedung wayang kulit juga. Gak terpantau dengan jelas GRIS ini singkatan yang bener itu apa, tapi dari pengalaman orang-orang jadul adalah Gedung Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949-1950 atas perjuangan walikota Semarang membeli gedung jaman Belanda. 

Gris kemudian menjadi kompleks hiburan masyarakat semarang. Seiring berjalannya pembangunan tahun kemerdekaan Indonesia, muncul THR kemudian di gantikan kompleks Taman Budaya Raden Saleh sebagai kompleks seni budaya rakyat Semarang. Kini GRIS sudah menjadi Paragon super mall sebagai pusat belanja, tidak menyisakan secuil kenangan jejak Ngesti Pandowo disana, ada baiknya sesekali wayang orang bikin performance art di mall tersebut, sekedar mengingatkan perjuangan seniman dan pemerintah kota jaman itu. GRIS pernah mencatat sejarah saat seniman Ngesti Pandowo Ki Narto Sabdo pernah di beri jas oleh Bung Karno.

Seni pertunjukan wayang orang di Semarang menggeliat lagi pasca pandemi covid yang sudah reda, tetapi kali ini kali ini pilihannya adalah pentas di ruang terbuka yaitu di jalanan kota lama. Mungkin karena kini kota lama menjadi prioritas masyarakat sebagai tempat wisata yang harus dikunjungi, sangat tepat sebagai sarana promosi wayang orang pada masyarakat dan turis yang sedang berada di kota ini. Wayang orang Ngesti Pandowo yang pernah menjadi icon kota Semarang, semoga menggerakkan para seniman dan generasinya bersama walikota untuk mengembalikan kejayaan wayang orang dan mendukung pemajuan kebudayaan seperti amanat undang-undang.