Perjalanan seni pertunjukkan wayang orang di Semarang menyisakan jejak tapak perjuangan para seniman yang menggerakkannya. Habis sudah sisa tapak gedung kesenian yang pernah mewarnai antusiasnya masyarakat dalam hal seni wayang kulit dan wayang orang karena dulu di jalan pemuda berdiri gedung wayang orang Ngesti Pandowo di kompleks GRIS. Ngesti Pandowo terkenal jaman Ki Narto Sabdo sebagai gedung wayang kulit juga. Gak terpantau dengan jelas GRIS ini singkatan yang bener itu apa, tapi dari pengalaman orang-orang jadul adalah Gedung Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949-1950 atas perjuangan walikota Semarang membeli gedung jaman Belanda.
Gris kemudian menjadi kompleks hiburan masyarakat semarang. Seiring berjalannya pembangunan tahun kemerdekaan Indonesia, muncul THR kemudian di gantikan kompleks Taman Budaya Raden Saleh sebagai kompleks seni budaya rakyat Semarang. Kini GRIS sudah menjadi Paragon super mall sebagai pusat belanja, tidak menyisakan secuil kenangan jejak Ngesti Pandowo disana, ada baiknya sesekali wayang orang bikin performance art di mall tersebut, sekedar mengingatkan perjuangan seniman dan pemerintah kota jaman itu. GRIS pernah mencatat sejarah saat seniman Ngesti Pandowo Ki Narto Sabdo pernah di beri jas oleh Bung Karno.
Seni pertunjukan wayang orang di Semarang menggeliat lagi pasca pandemi covid yang sudah reda, tetapi kali ini kali ini pilihannya adalah pentas di ruang terbuka yaitu di jalanan kota lama. Mungkin karena kini kota lama menjadi prioritas masyarakat sebagai tempat wisata yang harus dikunjungi, sangat tepat sebagai sarana promosi wayang orang pada masyarakat dan turis yang sedang berada di kota ini. Wayang orang Ngesti Pandowo yang pernah menjadi icon kota Semarang, semoga menggerakkan para seniman dan generasinya bersama walikota untuk mengembalikan kejayaan wayang orang dan mendukung pemajuan kebudayaan seperti amanat undang-undang.