Rabu, 01 Juni 2022
Regenerasi Jaranan Senterewe Pontang
Gedung wayang orang Ngesti pandowo tinggal cerita
Perjalanan seni pertunjukkan wayang orang di Semarang menyisakan jejak tapak perjuangan para seniman yang menggerakkannya. Habis sudah sisa tapak gedung kesenian yang pernah mewarnai antusiasnya masyarakat dalam hal seni wayang kulit dan wayang orang karena dulu di jalan pemuda berdiri gedung wayang orang Ngesti Pandowo di kompleks GRIS. Ngesti Pandowo terkenal jaman Ki Narto Sabdo sebagai gedung wayang kulit juga. Gak terpantau dengan jelas GRIS ini singkatan yang bener itu apa, tapi dari pengalaman orang-orang jadul adalah Gedung Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949-1950 atas perjuangan walikota Semarang membeli gedung jaman Belanda.
Gris kemudian menjadi kompleks hiburan masyarakat semarang. Seiring berjalannya pembangunan tahun kemerdekaan Indonesia, muncul THR kemudian di gantikan kompleks Taman Budaya Raden Saleh sebagai kompleks seni budaya rakyat Semarang. Kini GRIS sudah menjadi Paragon super mall sebagai pusat belanja, tidak menyisakan secuil kenangan jejak Ngesti Pandowo disana, ada baiknya sesekali wayang orang bikin performance art di mall tersebut, sekedar mengingatkan perjuangan seniman dan pemerintah kota jaman itu. GRIS pernah mencatat sejarah saat seniman Ngesti Pandowo Ki Narto Sabdo pernah di beri jas oleh Bung Karno.
Seni pertunjukan wayang orang di Semarang menggeliat lagi pasca pandemi covid yang sudah reda, tetapi kali ini kali ini pilihannya adalah pentas di ruang terbuka yaitu di jalanan kota lama. Mungkin karena kini kota lama menjadi prioritas masyarakat sebagai tempat wisata yang harus dikunjungi, sangat tepat sebagai sarana promosi wayang orang pada masyarakat dan turis yang sedang berada di kota ini. Wayang orang Ngesti Pandowo yang pernah menjadi icon kota Semarang, semoga menggerakkan para seniman dan generasinya bersama walikota untuk mengembalikan kejayaan wayang orang dan mendukung pemajuan kebudayaan seperti amanat undang-undang.
Selasa, 31 Mei 2022
Balada ludruk balada
Ludruk pernah jaya di maa-masa perjuangan pergerakan, hingga Indonesia merdeka dan jaman-jaman mengisi kemerdekaan. Pentas ludruk dulu sangat sering durasinya bisa sebulan sekali dalam satu desa. Ludruk bener-bener seni pertunjukan rakyat yang selalu dinanti oleh penikmatnya. Pak Sumo menyatakan bahwa , seni pertunjukan ludruk itu sendiri, bisa diartikan dari huruf ynag menyusunya. Jadi ludruk adalah lembaga dari rakyat untuk kemerdekaan, makanya pentas seni drama tradisional menjadi maju dan bersinar pada masa pergerakan kemerdekaan. Orang banyak menangkap pesan dari pentas itu. Ceritanya tentang ludruk itu didapatkan ketika silaturahmi di rumah Pak Dhaim tokoh nasionalis yang peduli pada kesenian dari Jenggawah menambahkan keterangannya.
Meski ludruk dianggap makin menghilang, bahkan nyaris tidak
eksis dalam dunia seni pertunjukkan seni tradisional. Tetapi beberapa hari yang
lalu ada pentas Ludruk Balada yang dipimpin oleh Pak Lego, rupanya tidak mau
dibilang ludruknya telah mati , nyatanya masih eksis untuk memberikan hiburan
kepada rakyat di Jember Selatan. Pertunjukan ludruk hadir menghibur rakyat yang
lalu di Desa Tembokrejo Kecamatan Gumukmas merupakan bukti ludruk belum mati.
Meskipun dengan keadaan yang kembang kempis setelah pandemi covid 19 , sekarang
sudah diijinkan pentas sebagai
konsekuensinya seniman harus selalu siap membuat pertunjukan ludruk menyuguhkan
hiburan segar untuk para penikmatnya. Mereka berpandangan kalau suguhan pentasnya
jelek dinilai oleh penonton, maka besok-besok penonton malah meninggalkan
ludruk. Dan itu akan berakibat ambruknya seni ludruk sebagai salahsatu seni
pertunjukan yang menjadi aset budaya nusantara hapus dari daftar seni budaya
Indonesia.
Meski pemain ludruk balada tidak semuanya dari desa tembokrejo,
tetapi pak lego pimpinan ludruk ini sedang melakukan regenerasi dan mendidik
anak-anak muda untuk cinta pada budayanya sendiri. Sampai-sampai ngebon pemain
dari Andongrejo jember mas Ari Arjes, dan remongnya di bon dari Mayang, bahkan
kadang-kadang didatangkan dari yosowilangun Lumajang. Memang pola tambal sulam
dalam pentas ludruk antara grup ludruk di Jember menjadi hal yang biasa. Mungkin
karena semakain berkurang talenta anak-anak muda sekarang yang mau terjun dalam
seni ludruk. Makanya pemain bisa menjadi double casting dalam hari yang sama
ditempat yang berbeda, asalkan mampu waktu tempuhnya cukup untuk jalan cerita
yang membutuhkan perannya. Seni ludruk butuh perhatian pemerintah dan
masyarakat agar tetap lestari dan berkembang sebagai aset seni budaya kabupaten
Jember.
Tari Gandrung tampil di even selancar Internasional
Senin, 30 Mei 2022
barongan rukun wargo suto wijoyo masih eksis
Kesenian jaranan di jember ini dalam pandangan masyarakat didesa-desa jember bagian selatan, mengangap bahwa kesenian jaranan ini adalah milik mereka. Jaranan itu seni tradisi yang mereka punya hingga harus diarawat dan dilestarikan keberadaannya. Sejauh ini kesenian tradisi bisa bertahan bahkan eksis ini sangat berhubungan dengan penghargaaan dan rasa memiliki oleh masyarakatnya, terutama masyarakat desanya. Meskipun di wilayah perkotaan seni jaranan yang survive bertahan diera masyarakat dengan budaya serba digital modern tinggal beberapa saja.
Komunitas seni jaranan rukun wargo suto wijoyo krton wonoasri Kecamatan tempurejo jember adalah salah satu komunitas jaranan yang punya banyak caplokan atau barongan. Bahkan para pemainnya juga masih muda-muda , regenari tersebut bisa dilakukan bisa diartikan masyarakat desa sangat mendukung kesenian itu sebagai pelestarian budaya leluhur dan menjadi hiburan rakyat. Wilayah desa yang berada di luasnya perkebunan belanda pada jaman dulu, menjadikan sekecil apapun budaya yang masih dipunyainya mesti akan dipertahankan sebagai tradisi budayanya. Kita bisa bayangkan pada jaman itu hiburan apa yang akan menyapa wilayah perkebunan yang jauh dari keramaian, mau nggak mau kesenian atau budaya leluhur yang dipunyailah yang akan di mainkan jadi hiburan. Hingga kini seni jaranan ini bertahan meski terjadi gempuran oleh budaya modern. Salam hormat untuk sesepuh dan pengelola komunitas rukun wargo suto wijoyo, yang telah merawat tradisi nusantara.
Kucingan di seni jaranan
Pertunjukan seni jaranan selain permainan jaranan itu sendiri, biasanya mulai dari tari hingga trance kesurupan . Yang diatraksi pertunjukan itu makan beling atau kaca, makan kembang bahkan sampai mempertontonkan kekebalan menyerupai debus. Penonton di suguhi atraksi yang mendebarkan, agak giris dengan kemasan ritmis, magis dan mistis. Jika sudah sampai titik ini penonton semakin intens dengan rasa penasarannya, semakin mistis semakin ramai penontonnya.
Alur pertunjukna tersebut bukan hanya atraksi magis, mistis dan gerakan ritmis semata, biasanya di selingi oleh adegan kelucuan-kelucuan dengan humor yang konyol . Penonton sengaja di ajak untuk naik turun tensi perhatiannya bahkan rasa penasarannya. Nah dimoment kelucun tersebut meski kemasanya tetap ritme jaranan muncil disana pertunjukan ala binatang lainnya yaitu celengan dan kucingan. Dengan topeng ala kucing dan gerakan seperti kucing , penonton sudah bisa menduga bahwa kostum yang gerakan ini pemain sedang kerasukan kucing. Kemudian yang celeng seperti dirasuki oleh babi hutan, gerakannya seperti babi hutan yang sedang mencari makan atau bercanda dengan lainnya. Lucu sih kadang juga ngeri .
Cobalah melihat kalau pas ada kesenian jaranan di tempat ada atau didesa lainnya, rasakan ritme musiknya dan lihat atraksinya hingga atraksi itu memuncak klimaks dan pada akhirnya yang kesurupan dinetralkan kembali oleh penggambuh atau pawang. Bisa jadi pesan yang ingin disampaikan adalah nafsu ambisi yang tidak terkontrol jika tidak bisa mengendalikan hawa nafsu maka akan di kedalikan oleh setan, makanya kita harus dapat belajar mengendalikan dan benar-benar menguasai hati dan prilaku kita serta selalu memohon petunjuknya, karena gusti Allah itu dzat yang maha kuasa di dunia akherat.
Minggu, 29 Mei 2022
Seni jaranan subur di taman nasional meru betiri
Usianya nenek-nenek tapi masih njathil
Jathilan adalah pasukan berkuda yang menjadi salah satu tarian dlam suatu pertunjukkan reyog ponorogo biasanya dalam plot panggungnya colab dengan ganongan . Ganongan dengan bentuk raut muka menyeramkan sebenarnya adalah pemimpin pasukan atau panglima perang , gerakannya yang sigap dan kelincahannya gerak geriknya bisa sangat serasi dengan jathilan. Terbutlah mama Ely komunitasnya akrab menyebut begitu , ternyata beliau jathil senior dan mendedikasikan dirinya menthori anak-anak muda milenial dan GenZ yang berminat belajar kenal reyog atau belajar menari jathilan.
Sabtu, 28 Mei 2022
Mahasiswa berkesenian itu luar biasa
Jika di review terangsaja akan banyak kekurangannya, misalnya produksi ini seakan-akan tidak berfungsi maksimal, terutama pilihan ruang yang terkesan seadanya. Coba nanti ketika produksi lagi diawali dengan solidnya tim produksi, mestinya disiapkan tim produksi baik manajemen keuangan maupun manajemen talent. Pertama manajemen keuangan akan mengelola kebutuhan-kebutuhan produksinya, mulai dari perijinan, anggaran, admin sewa menyewa atau kontrak, jadwal latihan , GR, dan hari H pementasan serta pasca produksi. Dan manajemen talent, meliputi naskah, koregrafer, ilustrator, pemain, komposer, kru property, promosi, akomodasi transportasi dan dokumentasi. Dan yang kalah penting adalah tujuannya target dan sasaran memproduksi karya seni ini, sedapat mungkin terukur indikasinya dan sebelum pementasan akan selalu di monitor dan evaluasi agar tetap sesuai target dan sasaran. Keseriusan ini bisa terukur dengan keutuhan pementasan baik live dilihat secara langsung, maupun dalam promo medsos, selebaran leaflet atau baliho. Ini selain menghargai sebuah karya juga mengahargai tim produksi juga menghargai penikmat seninya. Tulisan ini hanya ngawur , ambil yang sekiranya baek dan buang yang tidak perlu. Tetep semanget dalam berkarya, Semoga kedepan akan lebih mbois. Video tari ini bisa dilihat di link youtube @ukmkesenianunej
GenZ ingin tetap eksis, gaul dan bisa cari duit sendiri
Diera global yang hampir semuanya digital, anak-anak muda yang sejak lahir sudah dikenalkan gadget oleh ortunya sering berefek mager malas gerak. Artinya mager ini malas menggerakan fisiknya untuk melakukan aktifitas kesehariannya. Hanya yang dirasakan wajib kelihatan fisiknya barulah mereka para GenZ anak-anak muda kekinian memunculkan dirinya secara utuh. Kadang separo pikirannya ia sisakan untuk tetep memainkan gadgetnya sambil sembunyi-sembunyi. Lalu apakah semuanya berprilaku seperti itu ?? Nyatanya tidak. Masih Bnayak juga GenZ yang mengimbangi pola hidup sebagai jamaah medsos dengan aktifitas fisik lainnya misalkan olahraga atau berkesenian.
Melakukan kegiatan fisik di sanggar tari misalnya, pemuda GenZ satu ini sebut saja Kevin meskipun ia juga genZ yang tak bisa lepas dari gadgetnya tetapi masih meluangkan dirinya berlatih dan pentas tari. Dia juga bekerja untuk memenuhi kehidupannya untuk tetep eksis di medsos. "Bekerjalah om, kalo nggak kerja mana bisa beli pulsa dan kuota internet. Dan bisa gaul dengan kawan-kawan. " begitu katanya disekla-sela waktu pementasan menari jaranan dan ganongan. Pandangan kami pemuda ini cukup ulet dalam berkreasi terutaman bidang seni tradisi, bahkan juga membuat ganongan sendiri untuk kemudian dipasarkan secara online. Jadi smart phonenya pun jadi sangat berguna untuk bergaul, berdagan dan beraktifitas seninya. Salut kevin !!
Jumat, 27 Mei 2022
Caplokan ada yang tahu ??
Ada yang kenal dengan caplokan atau barongan, jika anda kenal seni jaranan maka pasti pernah melihat orang bermain dan menarikan seperti kuda kepang yaitulah jaranan dan jathilanya , kemudian ada yang menarikan secamacam barong, celengan atau kadang juga nampak ganongan . Itu kalau pentasan jaranan di jember kalau di kulonan nggak dicampur seperti itu. Biasanya jaranan yang umum dipadukan dengan barongan. Barongan di wilayah mataraman biasa disebut caplokan.
seni pertunjukkan di ruang terbuka
Seni pertunjukan di pentaskan di ruang terbuka, kini mulai menjadi pilihan para penggeraknya. Alasan mengapa mereka lebih memilih ruang terbuka dikarenakan bahwa ruang terbuka lebih banyak orang yang akan menyaksikan, beragam profesi dan status bahkan kelasnya pun secara acak heterogen. Dari alasan itu diharapkan ada apresiasi obyektif. Sisi lainnya sebagai sarana sosialisasi pada masyarakat luas bahwa seni pertunjukan masih eksis dan ada beragam jenis dan bentuknya.
Ruang terbuka bisa saja memanfaatkan fasilitas publik yang sudah ada misalnya alun-alun, tempat wisata, ruang terbuka hijau, pantai, lapangan, lahan parkir bahkan stadion olahraga. Keterbukaan dan keluasan panggung akan dicoba di kemas dan disajikan tersebut dimungkinkan akan menginspirasi masyarakat bahwa jika ada keterbatsan fasilitas gedung dengan konsekuensi keterbatasan pola gerak, solusi pilihannya adalah ruang terbuka. Mestinya dengan pengamatan dan identifikasi kebutuhan pementasan oleh tim produksi seni pertunjukan agar nantinya pementasa bisa berjalan dengan lancar dan sukses menghibur masyarakat. Pernah dilakukan di Jember yaitu pementasan performance art bolosrewu jaranan barong yang di adakan di pantai wisata payangan ambulu pada tahun 2017 dan 2018 yang lalu. Pentas musik patrol juga ada beerapa yang diadakan di pantai watu ulo jember dan beberapa seni lainnya. Sendratasik jatayu tiwikromo juga pernah digelar di alun-alun Jember. Yah semoga dalam mengekspresikan seni kita tidak terikat dan terkungkung oleh ruang atau gedung saja.
Kamis, 26 Mei 2022
Seni Pertunjukkan mempengaruhi psikologi massanya
Interaksi panggung mengawal sisi komunikasi dengan penonton, semakin intens maka semakin penonton terlibat dalam pertunjukan tersebut. Jadi pemain juga merupakan kekuatan dalam penyajiannya diatas panggung yang sebelumnya telah dilengkapi dengan pemahaman naskah, serta arahan sutradara dalam memainkan sesuai dengan logika panggung dengan menterjemahkan gagasan dan pesanya yang ingin disampaikan juga latar temanya, plot, blokingnya, artikulasi gaya dan bahasa dalam dialognya. kekuatan pemain tadi akan didukung dengan perangkat kru panggung lainnya yaitu kostum, makeup, property panggung, ilustrasi, sound dan lampu panggung. Itu semuanya akan diatur oleh tim produksi, nah disanalah peran yang sering tidak terlihat tetapi vital yaitu perijinan, promosi, dokumentasi, transportasi konsumsi dan akomodasi, admnistrasi dan manajemen keuangan serta sponsor pendukung. Kalau masih memungkinkan sumberdaya bisa double casting.
Mengenai kebutuhan ruang di seni pertunjukan tidak harus memakai standar gedung teater atau konser musik, karena itu semua menyesuaikan kebutuhan dan target yang ingin dicapai. Bisa saja menggunakan stadion, lapangan, studio, amphiteater , jika ruang sepeti gedung tidak mampu mewakili penyampaian ide dan gagasan seni pertunjukna maka bisa menggunakan lainnya karena ruang seperti apa itu tidak mutlak. Sehingga ketika ruang sudah diputuskan maka kebutuhan pementasan lainya pasti akan menyesuaikan agar tersampaikan apa pesan yang ingin dicapai. Sudah pasti akan berpengaruh pada biaya produksi. Termasuk didalamnya urusan sewa alat, gedung ,kostum, sound system , lampu , kontrak honor pemain dan kru, belum lagi urusan pendukung lainnya bila pementasan di ruang terbuka yaitu keamanan , tenaga angkut bongkar pasang dan kru pawang sebagai mediator harmonisasi alam . Sehingga pembiayaan seni petunjukan dalam gedung dan di areal terbuka akan berbeda. Memang sepertinya rumit sekali menjalankan ide gagasan ke dalam bentuk produksi seni pertunjukan, tetapi kalau sudah menjalaninya pasti asik-asik saja bahkan bisa ketagihan. Markicob, mari kita coba.