Kebudayaan nusantara dalam
bentuknya tercermin dalam karya arsitektur secara lebih luas yang meliputi sikap kepercayaan terhadap
agama, struktur sosial politik, ilmu pengetahuan
dan teknologi, ekonomi dan estetika. Nilai –nilai kebijaksanaan dalam perwujudan
kebudayaan dinusantara ini juga memberi kisi-kisi kebenaran (logika), kebaikan
(etika), keindahan (estetika). Dalam jawa kuno terdapat istilah wastuwidya yang
artinya membangun dengan bijaksana, dalam hal ini bijaksana merupakan pemahaman
tanah dan air sebagai sumber kehidupan menjadi dasar pijakan
disetiap pembangunan yang akan dilakukan oleh para pemimpin jawa. Jadi arsitektur
dalam pemahaman jawa kuno adalah lebih
mencerminkan pembangunan logoka, etika dan estetika selaras dengan alam.
Bukanlah seperti model yunani yang menonjolkan kekuatan,
eropa yang memberikan status politik tertinggi dan gengsi dan kebesaran
maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara
atau kerajaannya sama di mesir juga begitu . Lain dengan india arsitek disebut juaga sutradara,
yang mempunyai kapasitas seni bangunan, seniman atau pemahat, bangunan lebih
cenderung menonjolkan keindahan hingga kini kebudayaan yang saling asimilasi
bahkan terjadi akulturasi maka percampuran bentuk bangunan bisa saja menjad
bentuk baru di nusantara sekarang ini.
Indonesia merupakan kepulauan nusantara menjadi keniscayaan
terjadi silang budaya, pergerakan manusia pada abad-abad pra sejarah.
Persilangan tersebut pada akhirnya membentuk suatu persebaran budaya yang
beraneka ragam. Keragaman budaya arsitektur pun juga memiliki perjalanan
panjang diantara budaya suku-sukunya dan karya budaya tersebut adalah kekayaan
arsitektur yang luarbiasa mengagumkan. Kebudayaan arsitektur nusantara yang memiliki keunggulan dan
berpijak pada kearifan lokal sehingga dapat memberi makna bagi kehidupan
manusia. Karya arsitektur diukur dari perspektif filsafat manusia, sehingga
dapat diketahui adanya nilai-nilai relijius yang mendasari dalam mewujudkan karya
arsitektur nusantara. Konsep ruang yang menjadi dasar dalam penataan ruang luar
dan ruang dalam selalu berpijak pada orientasi kehidupan manusia selaras ajaran
jawa kuno yaitu wastuwidya . Terbukti dengan adanya bangunan candi atau seni bangunan lainnya yang secara bijak mencoba memadukan perkembangan ilmu pengetahuan, keragaman
kepercayaan dan agama-agama yang berkembang di nusantara ini termasuk agama Islam,
hindu , budha, kristen dan konghuchu. Mungkin tidak akan terwujud bangunan tadi bila tidak didasari ajaran kebijaksanaan di nusantara ini.
Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture
(Inggris) dan colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan,
dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi
segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu
perkembangan darikata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena
itu mereka membedakan antara budaya dan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa. Di
dalam masyarakat kebudayaan merupakan wadah
tumbuh dan berkembangnya karya seni yang meliputi seni sastra, seni musik, seni
pahat, seni rupa, dan pengetahuan filasafat.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang
dipunyainya sebagai makhluk sosial digunakan untuk memahami dan menafsirkan
lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam dan lingkungan sosial). Kebudayaan
berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan mendasari dan
mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul.
Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan
berwujud sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya
yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran manusia. Kebudayaan ketika
dituangkan dalam pikiran manusia , maka
dalam berbuat cipta , karya dan karsanya
yang dasari dengan pemahaman mitis, ontologis, fungsional sehingga
mempermudah dan melindungi manusia terhadap alam semestanya salah satunya
tercipta karya-karya arsitektur tersebut. Tetapi pada masa globalisasi ini
manusia cenderung tidak bijak dalam pembangunannya, kadang merusak ekosistem
dan menyalahi ajaran wastuwidya sehingga memang perlu saling mengingatkan
terutama dalam perencanaan pembangunanya.