Apakah kamu termasuk penyuka gorengan ? Gorengan sepertinya hanyalah penganan yang sangat mudah didapat dan tidak terlalu menjadi perhatian. Tetapi kadang ada penjual gorengan yang pelanggannya sampai antri-antri dalam membelinya. Nggak tahu apakah makanan gorengannnya yang enak, murah atau memang legendaris. Lalu sejak kapan gorengan ini dikenalkan sebagai makanan cemilan atau kuliner pendamping minum kopi atau minum teh ? Hampir semua kalangan kelas dimasyarakat rata-rata pernah makan itu gorengan , mungkin kalau orang kaya hanya sesekali tetapi bagi lain halnya tingkat konsumsi mereka menengah kebawah rasanya termasuk menu makanan yang akan dilahap tiap harinya.
Gorengan sangat dekat menu dan bumbu tradisional bahan makanannya pun hasil bumi yang mudah didapat dipasaran. Rata-rata tidak aneh-aneh bahanbakunya , tetapi mengenai bentuknya bisa sangat uptodate seperti mengikuti trend masyarakatnya,meskipun ketika jenuh akan balik lagi pada bentuk-bentuk tradisional apa adanya saja. Tetapi bahan utamanya yang wajib adalah sembako, bisa jadi minyak goreng, tepung terigu, gula, bawang jadi jika bahan sembakao itu langka atau mengalami kenaikan maka gorengan akan sangat terpengaruh. Dan para produsen serta pembelinya pun tidak ada kata kapoknya, mereka tetap berjualan meski sedikit berkurang dan mereka akan beli meski tidak sebanyak biasanya. jadi tradisi kuliner gorengan ini sepertinya tidak akan punah meski jaman berubah-ubah.
Alasan pertama kenapa orang Indonesia suka menggoreng
makanan adalah karena melimpahnya bahan baku berupa minyak kelapa sawit. Dan jauh
sebelum Industri kelapa sawit menjamur seperti saat ini, orang-orang Nusantara
saat itu masih memproduksi minyak kelapa dengan secara tradisional sudah dikenal
dari kuliner kerajaan nusantara. Kalau ditanya sejak kapan adanya gorengan ini
mungkin terkait dengan tradisi ngopi di nusantara yang dibawa oleh para sufi
dari yaman dan persia jaman dulu .
Bila itu dikaitkan dengan budaya ngopi makanan bergoreng beredar
di masyarakat Indonesia bisa jadi sejak islam disyiarkan tetapi tidak terlalu
menjadi bahan pembicaraan. Yang tercatat
ada dalam Serat Centhini (1814) yang menyebutkan bahwa saat itu hidangan
makanan untuk sajian upacara pernikahan di Keraton Surakarta cukup beragam
mulai dari makanan yang dibakar, dikukus, diasap hingga digoreng. Suatu tanda
bahwa budaya membuat minyak sudah ada , dan bahwa budidaya minyak kelapa telah berkembang di
Nusantara meski dengan cara tradisional
itu telah merasuki resep dan citarasa kuliner waktu itu. Hal ini kemudian
dianggap sebagai peluang oleh para pengusaha
Eropa dan Cina Tionghoa membangun pabrik yang menghasilkan minyak kelapa dengan
mesin modern di akhir abad 19an. Karena para pengusaha eropa dan timur jauh
mendapatkan hak pengelolaan lahan efek dari agraricsh wet dari kerajaan Belanda
yang menguasai bumi nusantara. Kebiasaan gorengan telah menjadi tradisi bahkan
membudaya, justru akan menjadi tantangan bila bahan bakunya bumi nusantara
tidak menyediakan lagi. Makanya harus dipikirkan bagaimana ketersediaan bahan
pokok gorengan ini terpenuhi secara berkelanjutan bukan malah nanti cinta gorengan
tetapi bahan bakunya impor dari negara lain. Cilaka 13 kan yaa . Mau nggak mau bahan-bahan tersebut harus masuk dalam perencanaan pembanguann Indonesia secara kontinue. Gorengan memang nggak sepele.