TARI TOPENG KONAH BONDOWOSO ini mengandung pesan filosofi bahwa dalam kehidupan, pasti mengalami proses perjuangan yang susah payah, harapanya pada saatnya nanti akan ada ujung kesenangan dan kebahagiaan. Topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah. Biasanya topeng dipakai untuk mengiringi musik kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. Bentuk topeng bermacam-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan lembut, dan adapula yang ekspresinya menggambarkan kebijaksanaan. Topeng sebagai salah satu bentuk karya seni. Tidak hanya karena artistik, tetapi juga menyimpan nilai-nilai yang bersifat simbolis. Karena topeng dalam kehidupan ini telah menunjukan sesuatu yang bersifat esensial yaitu menyembunyikan ‘wajah’ asali dari seseorang.
Di kabupaten Bondowoso ada tari topeng yang masih eksis,
biasanya dipentaskan secara berangkain dengan pertunjukan kesenian tradisional
Singo Wulung, yaitu tari topeng konah. Topeng Kona merupakan serangkaiaan dari
seni pertunjukan Singo Wulung yang bersifat sebagai sarana upacara bersih desa
atau sarana dalam upacara ritual, dan jenis seni tersebut masih tetap
berlangsung sampai sekarang. Singo Ulung sebagai seni pertunjukan yang hidup di
desa Blimbing, kecamatan Klabang, kabupaten Bondowoso, dirintis oleh seorang
tokoh masyarakat bernama Mulbi. Kesenian ini diperkirakan lahir pada tahun
1942M. seni pertunjukan ini menyajikan cerita tentang kisah seorang pendiri desa
bernama Juk Seng atau Mbah Singo yang disertai dengan atraksi – atraksi yaitu
Topeng Kona (Topeng yang ada pertama kali di daerah tersebut), tandhak putri
(tarian yang dilakukan oleh seorang pria dengan menggunakan pakaian wanita),
dan ojung (atraksi yang dilaksanakan oleh dua orang pemain yang masingmasing
peraga menggunakan property sebuah cambuk dari rotan). Kesenian tersebut
merupakan sarana upacara bersih desa. Dan dalam hal ini Singo Ulung juga bias
digunakan sebagai atraksi tunggal, tetapi yang paling pokok adalah digunakan
untuk arakarakan keliling desa pada saat pelaksanaan upacara bersih desa tersebut. Mungkin genZ hanya melihatnya sebagai tontonan tak lebih, bahwa literasinya tidaka kurasi yang mendalam atau bahkan menerapkan secara produk kekinian misalnya komik, film atau teater mungkin juga games.Mungkin akan dilirik.Fotdocjhoniteguh