Kamis, 28 November 2019

Sejarah biara budur Candi Borobudur




Pertama kali Candi Borobudur ditemukan pada sekitar tiga ratus tahun lampau,tempat ini masih berupa hutan belukar,  oleh penduduk sekitar disebut Redi Borobudur. Nama Borobudur ditemukan dari naskah Negara kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian pada Naskah Babad TanahJawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar.

Pada tahun 1814, Thomas StamfordRaffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk penelitian lebih lanjut.


Borobudur ketika ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa ahli mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawa kemudian terpendam karena letusan gunung Merapi. Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang panorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.

Bahan batu vulkanik dari gunung-gunung batuan tua dapat dipastikan bahwa batu-batu bangunan candi Borobudur itu berasal, mungkin karena Pulau Jawa terletak di Cincin Api Sirkum Pasifik membuat lokasi Borobudur dipilih atas dasar disamping kecukupan bahan material juga terhadap penghormatan manusia jaman itu pada gunung. Candi Borobudur letak lokasinya dikelilingi oleh empat gunung api, yakni Merapi, Sindoro, Merbabu dan Sumbing. candi ini didirikan oleh Raja Samaratungga. Arsitektur bangunan ialah Gunadharma. Proses pembangunan dimulai sekitar 824 M dan baru selesai saat putrinya Ratu Pramudawardhani naik tahta. Pembangunan ditaksir memakan waktu setengah abad.


Masa pembangunan Borobudur pada masa keemasan Dinasti Syailendra pada  750 – 850 M didasarkan bangunan dasar candi, yang memiliki gaya huruf yang sama dengan prasasti-prasasti di era Dinasti Syailendra. Pada jaman itu tingkat pengajaran agama hindu pada mataram kuno, Candi Borobudur, salah satu peninggalan Dinasti Syailendra. Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan  pada tahun 732.
Ide desain candi ini diduga kuat menggabungkan ide Gunung Meru, didasarkan pada bentuk geometris dari bangunan tersebut yang menyerupai piramida. Tentu ide Gunung Meru bukanlah monopoli Hindu. Budha juga memiliki konsepsi itu. Sementara itu, bicara fenomena sinkretisme keyakinan populer di atara kedua tradisi itu tampaknya juga jamak terjadi. Meru ialah simbolisasi gunung suci. Juga simbolisasi gunung kosmis di bumi, pusat jagat raya. Secara simbolis, karena lokasinya tinggi maka keberadaan gunung sering direpresentasikan sebagai lokus singgasana para mahkluk suci para dewa dan leluhur. Istilah Meru merupakan pemujaan Dewa Shiva dalam ajaran Hindu, yang mawujud sebagai Dewa Bumi atau Girisa sang Penguasa Gunung. Makna “Penguasa Gunung” inilah yang menjadi kata kunci penting untuk digarisbawahi. Dan barangkali, pembacaan historiografi Denys Lombard jadi signifikan memberi artikulasi makna dari pembangunan Borobudur.
Teori lain ialah tafsiran JG de Casparis. Prasasti Karang Tengah (824 M). Menurut informasinya anugerah tanah bebas pajak oleh Cri Kahulunan Pramudawardhani untuk memelihara 'kamulan' yang disebut 'bhumisambharabhudhara'. Istilah 'kamulan' berasal dari kata ‘mula’ yang berarti asal muasal, bangunan suci. Sedang kata 'bhumi sambhara bhudhara' yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya ialah 'bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan Boddhisattwa'.  Perkirakan nama itu berasal dari kata ,'bhumisambharabhudhara' adalah nama asli candi itu. Namun dalam perjalanannya, istilah itu secara diakronis berubah menjadi Borobudur disebabkan penyederhanaan ke dalam bahasa lisan oleh masyarakat lokal setempat.

Borobudur kesohor dan menarik perhatian dunia berkat tulisan The History of Java” (1817) karya Sir Thomas Stamford Raffles. Pada 1814, Raflles mendapat info tentang adanya bukit yang dipenuhi batu-batu berukir. Raffles mendapatkan nama 'Borobudur' dari masyarakat lokal sekitar selatan candi itu, sebuah desa yang saat itu bernama Bumisegoro. Membagi istilah Borobudur menjadi dua kata, yaitu 'boro' dan 'budur'. 'Boro' dapat ditafsirkan sebagai sebuah biara, sedangkan 'budur' adalah merujuk nama lokasi. Borobudur bisa diartikan 'Biara di Budur' halini menurut tafsir Poerbatjaraka. Tafsiran ini selaras dengan manuskrip Jawa Kuno, Negarakertagama (1365) Mpu Prapanca, dalam kitab inii ditemukan istilah ‘budur’ untuk merujuk pada adanya sebuah tempat perlindungan bagi pemeluk Budha.

Candi Borobudur murni dibangun oleh orang-orang arsitektur Jawa Indonesia,  dalam Historigrafi Perancis Denys Lombard , Le Carrefour Javanais (1996) juga mencatat, sekalipun relief-relief Borobudur jelas tidak dapat ditafsirkan tanpa merujuk pada risalah-risalah India mengenai Mahayana, kenyataannya di India tidak dikenal bangunan seperti candi ini. Benar bahwa desain arsitekturnya ide Stupa candi mengikuti pembagian kosmologi Budha-Mahayana. Bagian kaki candi yaitu 'kamadhatu'. Pada bagian ini menggambarkan tingkat kesadaran rohani manusia yang masih terikat pada berbagai keinginan duniawi. Bagian badan candi yaitu 'rupadhatu' yang melukiskan kesadaran rohani manusia yang mulai meninggalkan keinginan duniawai, namun masih terikat pada konsepsi nama dan rupa. Sedangkan yang terakhir ialah bagian kepala candi, yaitu 'arupadhatu'. Yakni, bagian yang mengilustrasikan kesadaran manusia yang telah mengalami pencerahan rohani sepenuhnya, tak lagi terikat pada nama dan rupa. Dalam Le Carrefour Javanais khususnya Buku Ketiga, Lombard mengungkapkan, orang Jawa Kuno menyembah gunung-gunung api tertentu. Seperti orang Bali yang memuja Gunung Agung dan orang Tengger memuja kawah Gunung Bromo. Pada pemujaan kuno itu masuklah konsep Gunung Meru, baik yang bersifat Hindu maupun Budha. Lebih jauh, terdapat konsepsi maharaja terkait pada poros itu dan dianggap sebagai “Penguasa Gunung” seperti Dewa Shiva di India. Borobudur merupakan perwujudan Meru yang indah sebagai tempatnya para orang-orang suci.

Lombard memaparkan lebih jauh. Dari abad ke-11 dalam kakawin Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa tercatat adanya ritual pemujaan Raja Airlangga kepada Dewa Gunung, Indraparwata. Dalam Kakawin Nagarakertagama dari abad ke-14 juga diceritakan bagaimana Mpu Prapanca memohon perlindungan pada Parwanatha (penguasa gunung), yang tiada lain ialah Raja Hayam Wuruk. Tak kecuali Mpu Tantular dalam karyanya Kakawin Sutasoma, juga dari abad ke-14, tercatat berbuat serupa, yakni mempersembahkan satu gubahan susastra pada Girinatha (Raja Gunung).

Lombard mengatakan, folklor pemindahan Gunung Meru dari India ke Jawa. Masih dari abad ke-14, kitab Tantu Panggelaran kisah penciptaan manusia dan sekaligus penataan Pulau Jawa oleh para dewa. Gunung Penanggungan di Jawa Timur pernah dianggap sebagai gunung kosmis sekaligus Gunung  Meru yang berasal dari India itu. Juga disebutkan perwujudan gunung kosmis yang lain terdapat di dekat Blitar, tempat raja-raja Majapahit membangun Candi Panataran. Sementara itu dari dunia wayang, Lombard menggarisbawahi ritus pemujaan pada gunung api yang terungkap pada simbolik 'kayon' atau 'gunungan'. Kayon atau gunungan secara simbolik berfungsi membuka dan menutup sebuah babak kisah (tancep kayon), juga secara simbolik melukiskan panorama alam semesta dengan segala isinya.

Bentuk Borobudur merupakan stilistika gunung api menjadi “gunung batu” sebagai perwujudan simbolik dari Gunung Meru, namun sekaligus juga perwujudan ide perihal stupa ukuran besar. Bermaksud memadukan ajaran puja bakti Budha-Mahayana dan pemuliaan terhadap leluhur Syailendra sebagai dewaraja adalah spirit di balik konsep estetis dari model arsitektural Borobudur.

Artinya, bicara aspek tujuan dan makna pembangunan Borobudur, secara hipotetis dapat disimpulkan bahwa selain merupakan bentuk pengejawantahan dari doktrin Budha-Mahayana, bukan mustahil maksud dibangunnya monumen ini ialah sebagai upaya membuat stilisasi gunung api secara simbolik dan ornamental ke dalam bentuk candi sebagai tempat pemuliaan akan leluhur Wangsa Syailendera. Tafsiran ini relevan dengan istilah Syailendra, yang bermakna 'Yang Dipertuan dari Gunung'. Arsitektural ini mengekspresikan adanya kesatuan geokultural yang khas Indonesia.



Jumat, 22 November 2019

Jinggo Pratama mengisi Kesenian Remo dalam Panggung Festival HAM 2019



Panggung kesenian yang ada di alun-alun kota jember malam ini adalah gelaran seni oleh para seniman Jember. Pertama dihentakkan oleh alunan musik perkusi yang berkolaborasi dengan hadrah dan kendang menjadi Hadrol yang kini menjadi musik perkusi khas Jember. Para hadirin yang hadir nampak terpukau dan berupaya merekam suguhan seni hadrol ini, setelah alunan hadrol mereka memberikan aplaus yang meriah. Mungkin dengan dihadirkannya sajian kesenian malam ini mampu membikin fresh sekaligus menghilangkan kepenatan para peserta Festival HAM dari lima belas negara, dengan padatnya jadwal acara sehingga menguras tenaga dan pikiran mereka.

Berikutnya hadir pula seni Remo merupakan kesenian tradisional khas Jawa Timuran . Seni Remo merupakan partisipasi dari  , Jinggo Pratama komunitas masyarakat kesenian Desa Lojejer  Kecamatan Wuluhan mewarnai acara pentas seni Festival HAM. Mereka merupakan seniman-seniman yang sudah lanjut usia, dan memang mendedikasikan dirinya untuk seni tradisi agar tidak punah dan tidak dikenali lagi oleh generasi sekarang ini. “Saya sudah hampir 60 tahun dan selama 40 tahun yang berkesenian. Supaya apa ? supaya seni tradisional ini tidak hilang,”kata Bu Sarten pimpinan grup seni tradisi Jinggo Pratama. Dan pernyataan yang jujur ini mendapatkan tepuk tangan dari para hadirin yang menyaksikan acara ini.

Sudah sejak kemarin berlangsung rangkaian acara festival Hak Asasi Manusia (HAM) di Kabupaten Jember 2019 , mulai dari seminar sampai pada pleno . Festival HAM 2019 di Jember ini berhasil, sebuah pernyataan dari Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik . Taufan memberi acungan jempol atas kerja pemerintah Jember sebagai tuan rumah Festival HAM internasional. “Jember It’s amazing, Jember luar biasa sekali, karena festival ini bisa terlaksana dengan baik dan itu karena juga mendapat dukungan dari seluruh masyarakatnya. Hidup Jember...hidup Jember,”begitu ucapnya ketika memberi sambutan pada acara pentas seni di Alun-alun Jember. “Semoga kita semua bisa dipertemukan kembali di festival yang sama ditahun depan di Banjarmasin, sekali lagi terimakasih untuk  Jember sebagai tuan rumah Festival HAM 2019,”tandas Taufan.

KPJ Kemas tema Festival HAM dengan Karya Seni Instalasi




Menjadi tuan rumah dalam  Festival HAM 2019 kali ini masyarakat Kabupaten Jember  pada 19-21 November 2019 pada tahun ke-7 ini mengangkat tema pembangunan daerah berbasis HAM dan berkeadilan sosial melalui pendekatan budaya merupakan kebanggaan sekaligus tantangan. Alasan Komnas HAM menggandeng pemerintah daerah untuk berperan aktif dalam kegiatan Festival HAM, salah satunya adalah, karena pemerintah daerah menjadi pihak yang sering diadukan ke Komnas HAM. Masyarakat Jember yang menjadi tuan rumah acara ini bersiap menerima dengan suguhan beberapa penampilan seni budaya, produk UMKM serta yang tak kalah meriah yaitu merias sudut ruang publik dengan seni instalasi.

 

Pada dasarnya definisi seni instalasi adalah karya seni yang dibuat dengan menyusun, merakit dan memasangkan berbagai media seni, baik dua maupun tiga dimensi sehingga membentuk kesatuan realitas dan makna baru. Secara harfiah, instalasi diambil dari bahasa inggris, yaitu Installation yang artinya “pemasangan” atau “menempatkan”. Sehingga seni instalasi berkaitan dengan pemasangan sesuatu, yaitu karya yang akan dipamerkan terutama di ruang publik. Dan pada acara Festival HAM 2019 ini seni instalasi dipamerkan di sudut-sudut ruang publik yang mudah dilihat dan dinikmati peserta Festival HAM hadir di Kabupaten Jember.

Seni instalasi juga mengakomodir seni rupa ruang publik  baik di jalanan maupun di gedung pemerintah kabupaten , hal ini merupakan media partisipasi kalangan seniman seni rupa dalam mendorong pemenuhan, perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia. Tema hak atas kehidupan yang layak merupakan tema aktual dan salah satu persoalan nyata HAM kita; di mana berbagai aspek kehidupan yang layak seperti lapangan pekerjaan, perumahan, layanan kesehatan serta fasilitas umum masih banyak yang belum memadai.


Seniman Jember yang bersinergi dengan Tim artistik Umar Kayam Foundations adalah KPJ (Komunitas Perupa Jember) yang memamerkan karya instalasi dan seni rupa tiga dimensional/tri matra yang diletakkan pada area publik di kantor pemerintah Kabupaten Jember. Dimensi karya yang dipamerkan bermacam-macam ukurannya. Material yang digunakan memperhatikan respon pada ruang, penggunaan/pemilihan material, kekuatan karya untuk dapat diaplikasikan baik dalam maupun luar ruangan dalam berbagai kondisi alam dan cuaca serta diutamakan menggunakan bahan material daur ulang yang ramah lingkungan. Mereka menggarap gapura yang di jalan, ruang seminar , aula dan sudut ruang-ruang yang ada di kantor pemerintah Kabupaten Jember .

Pada tahap awal, para seniman KPJ antara lain Aab, Viki, Handa, Pras dan Aldo berbagi peran dengan Dany dan Mat dari Tim Umar Kayam Foundations, untuk mendiskusikan gambar/desain karya yang akan dikerjakan dalam beberapa sudut ruang publik. Mereka berbagi untuk menghiasi ruang-ruang yang akan menjadi fokus kegiatan peserta Festival HAM. Persiapan hingga menjadi sebuah karya yang dipamerkan , memakan waktu selama sepuluh hari. Bahkan dalam finishing sempat ada partisipasi Raquel dari negara Mexico yang menggambar sosok perempuan dengan bunga merah, mendapat respon tersebut para seniman Jember menjadi lebih bersemangat.

 


Bupati Jember sempat juga menemani para seniman rupa yang sedang berkarya dan menyelesaikan karya instalasinya, bahkan beliau menanyakan kepada salah seorang dari seniman Jember tentang gambar tangan yang sedang berjabat tetapi ada dalam penjara. Memang kondisi ruang-ruang publik yang dibuat untuk instalasi dalam tahap menuju finishing jadi masih terlihat berantakan . Tetapi ada peserta yang sempat mengapresiasi karya-karya instalasi serta karya senirupa ketika sudah dimulai acara Festival HAM di hari pertama. “Karya-karya seniman Jember ini sangat menarik, sangat sesuai dengan tematik Hak Azasi Manusia, bahwa masih banyak hak-hak masyarakat yang terabaikan . Mungkin hal itu digambarkan dengan dewi keadilan yang dibungkus Holy line  dengan corong pengeras suara yang ditentengnya benar-benar sebuah fakta HAM belum menyentuh para pelakunya,”ungkap Muhamad Nur warga Jember yang sempat melihat instalasi tersebut. “Saya jadi terinspirasi karena gambar dan instalasi yang di pamerkan, dan salut untuk para seniman yang sudah berpartisipasi dalam Festival HAM di Jember ini,”tandasnya.

Kamis, 21 November 2019

Seni budaya menjamin tumbuhnya ragam budaya hidup rukun damai.




Jember merupakan kota perkebunan yang dulunya dikuasai oleh para pengusaha perkebunan dari warga negara klas satu dan dua yang mendapatkan hak istimewa untuk mengelola wilayah jajahan Belanda ini. Sehingga Jember merupakan bukaan kota baru, yang menawarkan gula-gula kesejahteraan terutama untuk mencari pekerjaan di kebun-kebun Belanda tersebut. Berdatanganlah masyarakat dari segala penjuru disekitar Jembe maupun sampai luar pulau. Makanya dibeberapa wilayahnya Jember terlihat sangat beraneka ragam asal masyarakatnya.



Festival HAM 2019 yang diadakan di Jember, memasuki tahun ke-7 kali ini mengangkat tema pembangunan daerah berbasis HAM dan berkeadilan sosial melalui pendekatan budaya. Alasan Komnas HAM menggandeng pemerintah daerah untuk berperan aktif dalam kegiatan Festival HAM, salah satunya adalah, karena pemerintah daerah menjadi pihak yang sering diadukan ke Komnas HAM. Terutama masalah penggusuran, perampasan tanah rakyat, ijin investasi baik industri manufacturing atau pertambangan yang terjadi didaerah dan masyarakatnya melaporkan kepada Komnas HAM.

"Pemerintah daerah memang paling banyak diadukan setelah Kepolisian dan sektor swasta, misalnya upah minimum, perda diskriminatif, ijin pertambangan, dan lain-lain menjadi hal yang sering diadukan oleh pengadu," terang Beka Komisioner Komnas HAM.
Sedangkan, Festival HAM 2019 diselenggarakan di Kota Tembakau, Jember karena pemimpin daerahnya memiliki komitmen untuk melaksanakan program pembangunan berkeadilan dengan memperhatikan budaya-budaya daerahnya. Dengan keragaman budaya tradisi, ras , suku dan agama di Jember yang tidak saling menghilangkan ini kehidupan saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengapresiasi malam seni 20/11/19 Festival HAM yang diadakan di Alun-alun Kota Jember  agar menjadi sarana bagi pemerintah daerah terhadap pelaksanaan penegakan HAM di wilayahnya. "Festival HAM di Jember ini saya lihat banyak melibatkan anak-anak muda , acara seperti ini bisa menjadi sarana untuk berbagi, menceritakan pengalaman mereka termasuk dalam menyusun kebijakan berdasarkan perspektif gender, hak anak serta penyandang disabilitas," ujarnya.

Senada dengan pernyataan diatas , muncul statement dari seniman Jember, “Pendekatan budaya yang dilakukan tersebut dibuktikan dengan pagelaran seni yang melibatkan semua unsur dalam masyarakat, karena budaya seni tradisi dan kesenian mempunyai nilai-nilai kemanusian yang universal,”kata Choidar kodrat dari Wongseje. Pasalnya malam kesenian Festival HAM yang kami garap dengan tim dari Umar Kayam Foundation ini melibatkan kelompok grup patrol, hadrah, paduan suara dari GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan), sanggar tari Hastarini dan Putra Sakti serta kelompok seni tradisi remong dari Jinggo pratama yang personilnya sepuh-sepuh dan jarang melakukan pagelaran dipadu dengan penyanyi dangdut Pantura serta diramu dengan musik programer. Semua dikemas secara asik-asik ae, karena semuanya ingin mendukung suksesnya acara Festival HAM 2019 kali ini.


Pak Bagyo selaku pendukung dari paduan suara gereja (GKJW) pun mengamini pernyataan Kodrat dari Wongseje dengan menyampaikan dukungannya. "Kami selaku masyarakat jember berusaha sedapat mungkin menyajikan apa yang kami bisa persembahkan. Saya mendukung sepenuhnya, karena kegiatan ini merupakan even pembelajaran yang sangat efektif. Hak azasi manusia adalah kepentingan semua orang, dan kita ini semua saudara ingin hidup rukun damai di Jember tercinta," ucapnya.






Patrol Musik Perkusi Khas Jember akah bertahan dimasa datang



Musik Kendang kempul di kenal Banyuwangi , dan di Jember mengikuti dengan kemunculan wacana kendang patrolnya. Kendang patrol menjadi alternatif patrol original, yaitu patrol hanya dengan alat perkusi kayunya semata , tetapi anak-anak muda seniman patrol lebih enjoy dengan kendang patrol senyampang ter pengaruh dengan mahzab campursari yang menggalak. Musik perkusi merupakan jenis musik pukul  purba musik yang paling tua didunia ini, karena tergolong tidak harus ada alatnya karena bisa jadi hanya benda yang bisa dipukul kemudian menimbulkan bunyi yang diyakini masyarakatnya muncul harmonisasi. Musik jenis ini sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat zaman dahulu ketika akan berperang atau ketika berkumpul biasanya akan memukul-mukul suatu benda sambil menyanyi dan menari. Perkusi pada dasarnya sangat sederhana. Apa pun benda yang ada di sekitar kita dapat kita manfaatkan menjadi perkusi. Sampai saat ini ada banyak jenis perkusi. Bahkan setiap negara mempunyai alat musik perkusi ciri khas masing-masing.

Patrol Jember  merupakan musik perkusi yang terbuat dari kayu dengan ragam susunan bunyi ber beat natural, itulah makanya bila mendengarkan musik ini seakan enak saja masuk ditelingga kita gaess. Ketukan serta irama pukulannya membuat rampak bunyi tersebut menjadi komposisi yang bisa dinikmati. Bisa saja monoton jika memang ada jenis irama patrol jadul, meski demikian masyarakat Jember menerima dengan antusias , mungkin karena sudah terbiasa .



Tapi kini patrol bisa sangat interaktif dengan situasinya, kekuatan pukulan bukanlah menjadi faktor utama melainkan permainan tempo ketukan dan  iramanya. Dalam patrol kekinian irama merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan melodi, harmoni, dan juga sebagai sesuatu faktor ekspresi melalui penggunaan tubuh dan berkenaan dengan instrument perkusi. Anak-anak muda Patrol sekarang ini banyak mengalami perkembangan , diera digital ini seniman muda patrol Jember bisa mendapatkan pengetahuan dari internet. Sehingga musik Patrol Jember kekinian pengembangan mulai beraneka meski prosesnya banyak yang otodidak. Misalnya  beat (gerak), irama melodi, aksen gerak (accented beat), durasi (panjang, pendek, rata, tidak rata), pola (repetisi dan kontras), irama (dobel, triple), pembagian tekanan (bagian sama, tidak sama). Dan yang membangun ritme adalah beat, tempo dan aksen atau sinkop. Meskipun dalam keterbatasan referensi seniman patrol yang mendedikasikan dirinya untuk perkembangan patrol akan terus berproses secara dinamis.

Adalah seorang pegawai negeri sipil yang sangat menyukai musik patrol Ahmad Syafii orang asli penangan Kaliwates Jember, beliau merupakan salah satu tokoh pergerakan seni musik patrol di Jember. Sentuhan tangan telah banyak melahirkan beberapa variasi dan lagu-lagu yang didedikasikan untuk musik Patrol Jember. Di kantornya Lingkungan Hidup pun pak Ahmad Syafii ini masih berlatih patrol dengan kawan-kawannya. “Pak Ahmad Syafii ini kawan papi saya, tetapi kini juga menjadi kawan saya, guru saya dan juga sparing saya dalam musik patrol Jember,”ucap Ody pimpinan musik patrol Jember Putra. Menurut Ody pak Ahmad Syafii ini adalah kawan diskusi dan guru terbaik untuk perkembangan patrol terutama untuk perkembangan musik patrol yang dipimpinnya. “Lagu-lagu ciptaan beliau baik dalam proses aransemenya selalu melibatkan seniman muda untuk penyempurnaannya agar selalu up to date di jamannya,”kata Ody yang juga bekerja sebagai sekuriti sebuah hotel di Jember.



Lagu ciptaan Ahmad Syafii antara lain Manosa, tobate brandalan, setong dhikah adalah lagu-lagu yang diciptakannya, bersama seniman dari grup-grup patrol Jember. Musik patrol ini musik khasnya Jember jadi perlu dikembangkan agar tidak mati telan jaman. Peranti alat patrol yang pokok misalnya Bass, kontra bass, tik tok, leter, Remo , selingan dan kenthir (yang sekaang ini jarang dipakai oleh patrol . Dismaping itu harmoni suling patrol yang semakin manjadi komposisi yang laras di telinga. Biasanya dalam patrol kekinian di tambah dengan kendang, tamborin, terbang hadrah atau bahkan keyboard , patrol semakin menjadi sebuah pertunjukan musik perkusi yang enak di nikmati secara umum.

Sabtu, 16 November 2019

Support WongSeje untuk pertunjukan kesenian di Fest Ham

Medio November akan diadakan Festival HAM 2019 di kabupaten Jember yang akan dilaksanakan mulai 18-20 November pekan depan, talent yang disediakan oleh Wongseje merapatkan diri dalam jadwal latihan. Untuk plot dan alur cerita serta meramunya adalah tim dari Umar Kayam Jakarta. Mereka ditugaskan untuk meng Created talent lokal Jember ini. Beberapa talent yang menekuni bidangnya akan disajikan dalam pertunjukan nantinya. Semacam drama cerita kolosal. Acara nantinya akan digelar di Alun-alun Jember.



Wongseje yang terlibat dari unsur seni tari, hadrah, remo dan patrol, yang akan berkolaborasi dengan paduan suara dari unsur GKJW, memang menjadi unik ketika hadroh patrol mengiringi paduan suara dari GKJW tetapi hal ini untuk membuktikan bahwa dalam seni semuanya menjadi satu tidak ada perbedaan baik suku, agama dan ras artinya dengan seni menyatukan visi perdamaian dunia. pesan inilah yang mungkin akan disampaikan diacara tersebut.

Persiapan demi persiapan dilakukan untuk memberikan suguhan yang menghibur masyarakat dan peserta festival HAM ini , ada 22 tamu negara yang berasal dari luar negeri hanya untuk mensupport acara festival ini. Suatu kebanggan tersendiri bahwa Jember menjadi kota yang terpilih untuk menyelenggarakannya, dan kita sebagai warga Jember tentu sedapat mungkin akan mendukung dengan apa yang kita bisa untuk suksesnya acara Fest HAM ini. 

 

 

 

 

 


Senin, 11 November 2019

Jaranan Campursari JINGGO PRATAMA




Kamus Accoustic Parade 2019





Musisi muda Puger sukses menyelenggarakan parade musik akustik dalam rangka memperingati hari Pahlawan 10 November 2019 di Maknun Queens Cafe Puger Kulon.  Pandangan bahwa Puger mempunyai potensi musisi-musisi muda yang mulai bergeliat untuk menampilkan eksistensinya ini terbukti dengan kesuksesan Kamus Accoustic Parade di ikuti oleh 18 grup musik anak muda.


Dimas sebagai aktivis pemuda Puger yang mempunyai hoby musik merasakan kebanggaan tersendiri ketika sebagai panitia penyelenggara, mampu memfasilitasi event yang cukup banyak peminatnya.   “ Saya senang bisa bekerja sama dengan panitia acara Kamus Reborn 2019.”kata Dimas. Ternyata minat musik anak-anak muda di Jember khususnya di Kecamatan Puger ini perlu mendapatkan support dari pemerintah, agar perkembangan musik di selatan ini semakin maju.



“Kami dari KAMUS, Komunitas Musisi Unit Selatan kini bangkit kembali melalui gelaran event KAMUS REBORN 2019. Kami merasakan kelegaan atas terselenggaranya kamus parade accoustic 2019 dan  sukses buat para juara 1.2.3, Semoga tahun depan semakin semarak,”begitu pungkas Dimas Wongseje


Selain untuk mengingatkan pemuda pada 10 November sebagai hari pahlawan juga bertepatan dengan HUT KAMUS yang ke-5 tahun. Semoga kedepan Kamus kembali mengadakan event-event parade musik yang akan meramaikan khasanah musik di wilayah selatan Jember ini.

Kamis, 07 November 2019

Bondowoso semakin nyata keindahannya

  

Kerinduan akan kampung halaman , yang terlintas sebagai pengobat rasa rindu ini adalah pulang. Menyatukan kembali kenangan masa lalu dengan masa kekinian, ternyata inspirasi itu berbuah  menjadi syair dan lirik lagu untuk kotaku. Inilah beberapa part dialog dengan Lutvan pencipta lagu Secangkir rindu untuk kotaku. 

Keindahan Bondowoso seakan terkuak atas alunan lirik dan kesederhanaan melodi, dari penampilan anak-anak muda yang tergabung dalam Estetiga. Kesan kota yang tertutup dengan dukungan sejuknya hawa lereng pegunungan . Bondowoso merupakan kota lembah yang dikurung oleh dua pegunungan, yaitu Argopuro dan Ijen, masyarakatnya lebih banyak sebagai petani dan pekerja yang lebih mementingkan ketenangan. Kota ini jarang gaduh, lebih terkesan anteng-anteng saja. 

“Secangkir Rindu Untuk Kotaku, merupakan single pertama Estetiga yang kita buat untuk masyarakat Bondowoso kota kelahiran saya,”kata Lutvan. Menurut Lutvan menceritakan kerinduan pada kota yang telah lama ditinggalkanya, ini justru bisa menggugah para muda yang juga merantau maupun akan meninggalkan Bondowoso jadi baper. Dan pada akhirnya dalam beberapa penampilan Estetiga banyak penonton yang mulai ikut menyanyikan lirik lagu ini.

“Estetiga juga sedang proses mempersiapkan beberapa lagu, doakan saja agar bisa segera kami rilis,”tutur Lutvan seniman muda jebolan ISI Yogakarta. Personel Estetiga semuanya anak-anak muda asal Bondowoso yang mencoba berkreasi dalam kancah seni musik ini memberikan warna tersendiri dijaman sekarang ini. Rupanya lagu dengan lirik yang kini sudah dirilis dibeberaa cafe dan acara di Bondowoso mendapatkan respon positif dari masyarakat, terbukti ada anak-anak muda hafal lirik lagu ini. 

Numpak Jaran di Pantai Pancer



Suasana sore di pantai Pancer yang cantik dengan pasir pantainya yang hitam , kadang semilir anginnya sangat kencang mendukung untuk mengabadikan sunset. Kecantikan pantai ini memang perlu terus diperhatikan, karena masih kotor dengan sampah disekitar pantai. Banyak ranting ranting pohon,sampah plastik, bahkan sepatu ditepi pantai. Menurut anggota Pokmas Wisata  Pantai Pancer Puger Edy, sebagai pengelola akan terus melakukan inovasi untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke pantai Pancer ini  selain menyajikan keindahan alam, atraksi wisata juga harus diperhatikan jadi wisatawan tidak hanya menikmati pantai namun juga bisa menyusuri pantai dengan berkuda.

Biasanya kuda-kuda ini untuk tanggapan Jaran Kencak, sekitar Rp 800 ribu tiap kali tanggapan. Uang tanggapan itu masih dibagi dengan pemain gamelan dan penari. Kalau tanggapan sedang sepi, dan untuk mengisi waktu dan memanfaatkan kuda di tempat wisata seperti pantai Pancer ini. Hasilnya lumayan, jika hari liburan sehari bisa 150-300 ribu bersih per kudanya.

“Tidak tentu mas. Kalau pas liburan ramai bisa Rp 200-300 ribu seharinya. Kadang juga hanya Rp 100 ribu,” papar Tono pemilik kuda dari Balung. Oleh pihak pengelola wisata pantai Pancer, semuanya sama-sama dihimbau untuk menjaga kebersihan pantai , terutama membersihkan kotoran kuda yang berceceran di pinggir pantai. Untuk menjaga keindahan sekitar pesisir meskipun pantai Pancer tidak direkomendasikan dibuat renang.

Aras Musik Perkusi Khas Jember masa datang



Banyuwangi di kenal dengan Kendang kempulnya, di Jember mengikuti dengan kemunculan wacana kendang patrolnya. Kendang patrol menjadi alternatif patrol original, yaitu patrol hanya dengan alat perkusi kayunya semata , tetapi anak-anak muda seniman patrol lebih enjoy dengan kendang patrol senyampang ter pengaruh dengan mahzab camprsari yang menggalak. Musik perkusi merupakan jenis musik pukul  purba musik yang paling tua didunia ini, karena tergolong tidak harus ada alatnya karena bisa jadi hanya benda yang bisa dipukul kemudian menimbulkan bunyi yang diyakini masyarakatnya muncul harmonisasi. Musik jenis ini sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat zaman dahulu ketika akan berperang atau ketika berkumpul biasanya akan memukul-mukul suatu benda sambil menyanyi dan menari. Perkusi pada dasarnya sangat sederhana. Apa pun benda yang ada di sekitar kita dapat kita manfaatkan menjadi perkusi. Sampai saat ini ada banyak jenis perkusi. Bahkan setiap negara mempunyai alat musik perkusi ciri khas masing-masing.

Patrol Jember  merupakan musik perkusi yang terbuat dari kayu dengan ragam susunan bunyi ber beat natural, itulah makanya bila mendengarkan musik ini seakan enak saja masuk ditelingga kita gaess. Ketukan serta irama pukulannya membuat rampak bunyi tersebut menjadi komposisi yang bisa dinikmati. Bisa saja monoton jika memang ada jenis irama patrol jadul, meski demikian masyarakat Jember menerima dengan antusias , mungkin karena sudah terbiasa .

Tapi kini patrol bisa sangat interaktif dengan situasinya, kekuatan pukulan bukanlah menjadi faktor utama melainkan permainan tempo ketukan dan  iramanya. Dalam patrol kekinian irama merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan melodi, harmoni, dan juga sebagai sesuatu faktor ekspresi melalui penggunaan tubuh dan berkenaan dengan instrument perkusi. Anak-anak muda Patrol sekarang ini banyak mengalami perkembangan , diera digital ini seniman muda patrol Jember bisa mendapatkan pengetahuan dari internet. Sehingga musik Patrol Jember kekinian pengembangan mulai beraneka meski prosesnya banyak yang otodidak. Misalnya  beat (gerak), irama melodi, aksen gerak (accented beat), durasi (panjang, pendek, rata, tidak rata), pola (repetisi dan kontras), irama (dobel, triple), pembagian tekanan (bagian sama, tidak sama). Dan yang membangun ritme adalah beat, tempo dan aksen atau sinkop. Meskipun dalam keterbatasan referensi seniman patrol yang mendedikasikan dirinya untuk perkembangan patrol akan terus berproses secara dinamis.

Adalah seorang pegawai negeri sipil yang sangat menyukai musik patrol Ahmad Syafii orang asli penangan Kaliwates Jember, beliau merupakan salah satu tokoh pergerakan seni musik patrol di Jember. Sentuhan tangan telah banyak melahirkan beberapa variasi dan lagu-lagu yang didedikasikan untuk musik Patrol Jember. Di kantornya Lingkungan Hidup pun pak Ahmad Syafii ini masih berlatih patrol dengan kawan-kawannya. “Pak Ahmad Syafii ini kawan papi saya, tetapi kini juga menjadi kawan saya, guru saya dan juga sparing saya dalam musik patrol Jember,”ucap Ody pimpinan musik patrol Jember Putra. Menurut Ody pak Ahmad Syafii ini adalah kawan diskusi dan guru terbaik untuk perkembangan patrol terutama untuk perkembangan musik patrol yang dipimpinnya. “Lagu-lagu ciptaan beliau baik dalam proses aransemenya selalu melibatkan seniman muda untuk penyempurnaannya agar selalu up to date di jamnnya,”kata Ody yang juga bekerja sebagai sekuriti sebuah hotel di Jember.

Lagu ciptaan Ahmad Syafii antara lain Manosa, tobate brandalan, setong dhikah adalah lagu-lagu yang diciptakannya, bersama seniman dari grup-grup patrol Jember. Musik patrol ini musik khasnya Jember jadi perlu dikembangkan agar tidak mati telan jaman. Peranti alat patrol yang pokok misalnya Bass, kontra bass, tik tok, leter, Remo , selingan dan kenthir (yang sekaang ini jarang dipakai oleh patrol . Dismaping itu harmoni suling patrol yang semakin manjadi komposisi yang laras di telinga. Biasanya dalam patrol kekinian di tambah dengan kendang, tamborin, terbang hadrah atau bahkan keyboard , patrol semakin menjadi sebuah pertunjukan musik perkusi yang enak di nikmati secara umum.