Jumat, 17 Juni 2022

kebudayaan selaras pembangunan ekonomi

 

 


 

Budayakan membayar untuk suatu yang kita nikmati

Kebudayaan itu meliputi segenap sistem kehidupan sosial yang berkembang dan saling berkait di muka bumi , sehingga kebudayaan tidak diperlakukan per sektor di antara perikehidupan sosial masyarakatnya. Karena kebudayaan adalah bumi tempat tumbuh dan bersemainya setiap sektor perikehidupan manusia semakin beradab. Maka dari itu ada istilah bahwa kebudayaan sebagai pendorong dan pemberdaya bagi pembangunan berkelanjutan.

Artinya kebudayaan merupakan pendorong pembangunan yang mampu menyediakan ruang dan waktu untuk ide dan gagasan bagi terciptanya pembangunan, termasuk membentuk karakter mental dan wawasan yang diperlukan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebudayaan juga dipandang sebagai nilai ideal pemberdaya bagi pembangunan yang berkelanjutan karena kebudayaan menghadirkan perspektif yang mengutamakan penemuan keselerasan manusia dan lingkungannya sehingga tidak menguras habis kekayaan alam ataupun meminggirkan kaum yang lemah demi akumulasi ekonomi sepihak.

Dengan menempatkan kebudayaan sebagai orientasi, ada sejumlah pengertian terkait pengelolaan kebudayaan yang harus diluruskan agar usaha pemajuan kebudayaan dapat dilaksanakan dengan sepenuh-penuhnya. Pertama, pengelolaan kebudayaan tidak semestinya diartikan secara sektoral, misalnya mengikuti disiplin ilmu yang mengkaji sektor kebudayaan terkait. Karena kebudayaan adalah sebagai rantai nilai yang saling berkait sehingga mampu menjadi iklim yang sejuk bagi pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. Jadi tidak bisa kemudian pengelolaan kebudayaan ditangani secara terpisah-pisah seturut nomenklatur kelembagaan dari pengelolaan perdagangan, pariwisata, perindustrian, kepemudaan, dan sektor lainnya, karena pasti akan parsial nggak bisa utuh.

Maka dari itu, usaha pemajuan kebudayaan tidak bisa diwujudkan tanpa melalui sinergi lintas Kementerian/Lembaga bersama masyarakat penikmatnya dengan segala kesadaran dan konsekuensi ekonominya. Dengan demikian kebudayaan tidak akan berjalan apabila hanya tergantung dengan peran pemerintah saja, alasannya karena pemerintah bukan pencipta kebudayaan, tetapi masyarakat. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk memajukan kebudayaannya sendiri. Dan sebagai fasilitator nantinya pemerintah bertugas memfasilitasi kegiatan para penggerak kebudayaan di masyarakat, dengan kebijakan dan aturan pelaksanaannya. Dan rasa peduli dan memiliki serta pelestarian terhadap kebudayaan oleh  masyarakat itulah yang mampu bertahan bahkan akan memajukan kebudayan karena mereka semua adalah aktor kebudayaan yang sanggup bergotong royong demi tercapainya kemajuan kebudayaan Indonesia.

 

Milenial : Kami cinta seni tradisi nusantara

 

Milenial sekarang ini semakin sedikit yang peduli pada pengembangan budaya nusantara, terutama unsur budaya yang semakin jauh dari mereka adalah kesenian tradisional Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya gempuran budaya global digital yang massif menyerang kota-kota besar sebagai kiblat anak-anak muda di daerah juga ikut mempengaruhi pudarnya rasa cinta terhadap kesenian tradisional sendiri. Meskipun milenial tahu bahwa tanggung jawab untuk mengembangkan dan melestarikan warisan leluhur bangsa generasi muda dan kesadaran mereka pemerintah tidak bisa diandalkan untuk melakukan itu semua. Tapi milenial seperti kehilangan bahasa, jadi bukan menjadi rahasia umum jika kesenian tradisional Indonesia mulai ditinggalkan oleh generasi muda di negeri ini.

Tetapi milenial yang berada di daerah yang merasakan kedekatan dengan lingkungan masyarakatnya, meski dijaman era digital ini mereka masih saja ada yang bergerak berkreasi dan berupaya mengembangkan kebudyaan nusantara melalui kreasi seni tradisinya. Nah ini beberapa alasan yang perlu disimak, kenapa mereka mencintai kesenian tradisional warisan leluhurnya. Bahasa milenial yang sering kita dengar adalah kita tidak mau budaya kita diklaim bangsa lain. Viralnya pemberitaan tentang warisan kebudayaan kita ini di klaim negera tetangga kita, melecut kreasi milenial untuk tetap berupaya memiliki dan mempertahankan budaya leluhur mereka.

Respon marah terhadap klaim negara lain memiliki seni budaya Indonesia. Itu bukti bahwa secuek cueknya milenial terhadap seni budaya nusantara, mereka itu sebenarnya respect terhadap kesenian tradisional yang juga merupakan kekayaan kita sebagai bangsa Indonesia. Meski suka pada kesenian asing tetapi kesadaran mereka hanya sebatas menikmati lebih bagus bila bisa menjadi inspirasi pengembangan budaya nusantara agar disukai oleh semua bangsa didunia. Apalagi kini banyak orang asing yang belajar budaya nusantara, apa jadinya jika mereka orang asing lebih mengerti dari budaya kita sendiri, tentu saja akan malu juga harus lebih mencintai, melestarikan, dan mengembangkannya agar kebudayaan Indonesia tetap lestari dan tetap menjadi jati diri bangsa. Sekarang ini milenial semakinmasif menggunakan kekuatan gadgetnya dalam persebaran aksi-aksi seni tradisinya untuk diposting di medsos sehingga akan tersebar informasinya keselruh dunia. Mungkin ini cara milenial untuk bertahan dan melawan serangan budaya asing via kecepatan informasi dunia maya, selain mereka juga berlatih dan menjadi pelaku kreator seni tradisi nusantara. Salut !!


 

Kamis, 16 Juni 2022

Kangen Mas Wili


Puisi Nyanyian Angsa, Blues untuk bonie, Hai, Ma, Potret Pembangunan dalam Puisi , orang-orang miskin adalah puisi-puisi yang sangat menginspirasi. Puisi-puisi itu karya sastrawan kondang tanah air WS Rendra. Willibrordus Surendra Broto, dikenal luas dengan nama W.S. Rendra, lahir di Surakarta (Solo) pada tanggal 7 November 1935 dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Lahir dalam suasana keluarga Jawa. Sugeng Brotoatmodjo adalah seorang Kepala Sekolah Dasar Negeri Kebalen, Solo. Beliau juga seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Selain itu, Sugeng Brotoatmodjo dikenal sebagai pelaku seni drama tradisional. Sementara itu, Raden Ayu Catharina adalah seorang penari di istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Masa kecil WS Rendra tumbuh dan tinggal di lingkungan sarat akan seni dan budaya, tidak heran jika dia menjelma menjadi seniman besar dengan karya puisi, naskah drama, cerpen, dan lainnya. WS Rendra diketahui juga pernah bermain dalam beberapa film, seperti film Al Kautsar (1977), Yang Muda Yang Bercinta (1977), dan Terminal Cinta (1977). Dia menikahi Sunarti Suwandi dan Sitoresmi Pabraningrat yang banyak memberikan inspirasi kepada Rendra dalam berkarya. Kedua istrinya pemain teater dalam Bengkel Teater yang didirikannya tahun 1968. Bengkel Teater kemudian menjadi sangat terkenal di Indonesia karena memberikan warna dan suasana baru dalam kehidupan teater di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Pada tahun 1976, Rendra menikah dengan Ken Zuraida, istrinya yang ketiga, tetapi kemudian diceraikan Sitoresmi pada 1979 dan Sunarti pada tahun 1981.

WS Rendra dalam kesusastraan, khususnya menulis naskah teater terus berkembang. Naskah yang berjudul “Bip-Bop”, dipentaskan pertama kali pada tahun 1968. Drama ini terkenal dengan judul “Teater Mini Kata” karena mempergunakan kata yang sangat sedikit dan didominasi oleh gerak dan lagu. Menggegerkan dunia teater tanah air, karena menjadi hal baru dalam hala pementasan teater sebelumnya. Sejak tahun 1977, akibat dari tekanan politik, Bengkel Teater mengalami kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk mementaskan dramanya maupun membacakan puisinya. Dan pada tahun 1985, Rendra memindahkan segala aktivitas teaternya ke Citayam Depok, Jawa Barat. Lahan seluas 3 hektar menjadi tempat bernaung Rendra dan kelompoknya, lahan itu terdiri dari bangunan kediaman Rendra beserta keluarga dan bangunan sanggar untuk latihan drama dan tari.Kangen Mas Wili, dulu aku sempat juga ke bengkel teater bersama kawan-kawan menimba ilmu dan mengikuti latihan bersama keluarga besar bengkel teater. Was Wili namamu tak akan pernah mati.

Cemeti Sutinggal

 
  

Atraksi dalam seni pertunjukan jaranan seringkali bikin takjub dan kaget ini bagi yang sudah sering melihatn pertunjukan tersebut. Bagi yang masih pertama melihat atau masih jarang-jarang melihat jaranan biasanya akan mengalami kaget yang luarbiasa karena dilandasi situasi yang sakral menyekam magis. Yang kemudian mendorong rasa takut dan ngeri muncul, tetapi rasa ingin tahu mengenai seni pertunjukan ini berlangsung ya terpaksa diberanikan untuk mengikuti step demi step sajian seni jaranan yang sedang pentas dihadapannya. Rasa ini biasa terjadi pada penonton pertunjukan seni jaranan di ruang publik, apa lagi konsep ruang publik tersebut jauh dari kesan tradisional, jadi sangat dimungkinkan peonton disana adalah penonton yang sebagian pengunjung ruang publik untuk nongkron dicafe atau sekedar belanja .

Pernah Cemeti amarosuli yang mentas di ruang terbuka salah satu mall di jember, menjadikan suasana mall tadi berubah  sakral dan magis. Bunyi gamelan yang beatnya konstan serta ada suara mantra dan beberapakali bunyi cetar cemeti sang pawang. Asap dan bau kemenyan seperti mengurung pentas tadi, mau nggak mau semua mata tertuju untuk menyimaknya. Disana nampak Sutinggal baak dua anak yang menjadi pemimpin sekaligus sesepuh grup seni jaranan ini. Ritme sakral dia yang memimpin mengarahkan plot pertunjukan. Jaranan itu istilah yen ajar yo kudu tenanan, artinya kalau belajar harus sungguh-sungguh begitu kata Bapa Muhammad Sutinggal. Kitalah yang harus bisa mengenadalikan hawa nafsu, bukan kita yang dikendalikannya. Begitulah prinsip jaranan, jaranan sebagai simbol hawa nafsu manusia yang bisa dijinakkan bisa di kencangkan dan bisa dikendalikan.

Tetap saja diselingi dengan hiburan segar tari dan komedi ganongan nakal yang membikin suasana tegan menjadi cair. Dan menjadi tegang lagi ketika memasuki atraksi, atraksi yang mengandalkan ketrampilan permainan pedang serta kekebalan. Peristiwa ini yang bikin decak kagum kaget serta ada yang ngeri dan melihat pertunjukan dengan menutupi matanya dengan tangan meski agak bisa mengintip. Cobalah sesekali lihat pementasan seni jaranan pasti akan menemukan keseruan disana.

Rabu, 15 Juni 2022

Bakar menyan sebelum pentas


Sesaji yang disiapkan sebelum pentas seni Jaranan ini sebenarnya bukanlah tindakan syirik yang dianggap menyekutukan Tuhan. Dari para sesepuh, penggambuh, pelaku, pegiat dan pemain jaraan sendiri tidak ada yang sengaja bersekutu dengan setan. Karena pada dasarnya seluruh sesaji yang dipersiapkan merupakan gambaran tentang ajaran hidup yang sebenarnya menjadi media pencerahan kepada manusia agar selalu melakukan hal baik dan menghindari hal-hal yang tidak baik bagi kehidupan. Sesaji biasanya dipersiapkan oleh sesepuh jaranan sebelum kesenian jaranan diselenggarakan, harapannya pertunjukan lancar dan semua selamat . Hampir semua kesenian jaranan  selalu menghadirkan sesaji sebagai bentuk kesakralan kesenian tradisi yang mempunyai kekhasan sendiri seperti ritmis, magis dan erotis.  

Sesaji di pertunjukan seni jaranan biasanya berjumlah tiga belas bentuk antara lain minyakwangi, kemenyan, pisang raja, jenang sengkala, dawet ayu, rujak legi, tumpeng dan ingkung, sekar, badhek tape, kendi, cok bakal, panggan urip. Makna sesaji tersebut sebagai sarana bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi kedamaian dalam pertunjukan, menghindarkan pemain dan penonton dari celaka, dan juga memohon kelimpahan rejeki. Sesaji juga berfungsi untuk mendoakan arwah leluhur agar Tuhan memberi panggenan ingkang sae. Sedangkan pembacaan mantra memiliki makna manusia harus saling menghormati seluruh dan sesama ciptaan Tuhan, dengan rasa saling menghormati akan terwujud keselarasan dipertunjukan jaranan sedangkan fungsinya sebagai sarana menangkal marabahaya yang berada di sekeliling tempat pementasan . Merawat tradisi nusantara adalah kekayaan bangsa agar dapat mewariskan kepada anak-anak negeri ini.  

Selasa, 14 Juni 2022

Seperempat kenangan lebih


sajak kenangan

seperempat kenangan lebih untuk istriku

Masih tebal garis bekas tapak-tapak kaki, di belahan sekian halaman buku-buku waktu.  Kayaknya terasa benar, kita pernah melewatinya, kau ingat hulu sungainya sampai jalan setapak dipematang sawahmu, yang pernah kubajak bersama otot-otot kerbau jantan menggaruk garuk, menggaruk garuk menggaruk dan menggaruk tanah sawah hingga merasakan matahari jadi buram terbenam. 

dan setelah habis masanya ular dan katak kembali bersaing mengejar kesenangannya, mereka seperti teman lama. Meski saling intip saling bersarang, takdirnya berlainan kubangan kadang saling usil. Biarlah nduk, dihalaman buku-buku waktu ternyata telah mencatat , kita telah berani mencoretkan warna merah, belum mesti ada rasa menjadi asahan pedang yang hebat atau malah tak percaya takdir, dan ternyata seperempat kenangan lebih telah menjelma batu berlian, sungguh meyenangkan hati.

Tapi biarlah nduk, kenapa mesti tak berani menikmati kenangan, kenangan itu manusiawi sama seperti saat haus dan panas kita tercebur dalam kolam berair sejuk, basah kuyub. Itu bukan kecelakaan to, mesti harus berhadapan dengan mata pedang baja penguasa kolam. Halaman buku-buku waktu telah tahu siapa kita, dan kau telah berapa kali mebuka dan menutup. Bahkan membukanya lagi, membaca dan kemudian mengangguk mengerti walau tak terucap kata.

Akupun mengisi halaman buku tamu di buku-buku waktuku, agar jangan lupa berlari bersama tiap pagi, dan dimalam hari tak lupa mengeja bintang-bintang cemerlang

Seperempat kenangan lebih, menempa tulang-tulang kakiku, mengeraskan telapak dan siap berlari untuk mengejar mencintai setiap bintang yang akan jatuh. nduk kau yang paling mengerti aku.

Kangen parade kolosal Barongan se Jawa Timur


Barongan atau caplokan yang ada diwilayah jawa timur, punya model yang hampir sama. Karakter Barong atau caplokan merupakan makhluk khayalan mitologi dalam tradisi yang terpengaruh oleh ajaran Hindu. Bila manusia bisa mengendalikan barong maka bisa jadi sebagai simbol kebajikan atau dharma. Secara etimologi, kata Barong diyakini berasal dari Sansekerta yaitu kata b(h)arwang yang dalam bahasa Melayu dan Indonesia sejajar dengan kata 'beruang'. Hal itu mengacu kepada hewan penjaga hutan. Barongan merupakan salah satu makhluk mitologi Indonesia yang berasal dari kebudayaan masyarakat Jawa dan Bali. Barong digambarkan dalam berbagai bentuk samaran binatang yang dipuja seperti singa, harimau, babi hutan, kerbau, gajah, buaya, atau anjing. Karakternya hampir sama didaerah-daerah diwilayah Jawa timur yang masih eksis seni jarananya.

Sebutlah kesenian tradisi barongan di Jawa Timur di antaranya adalah jaranan, reog, dan bantengan. Pernah diadakan pertunjukan kolosal oleh 14 kelompok seni tradisi barongan yang ditampilkan dalam parade ini berasal dari Banyuwangi, Jember, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Malang, Batu, Pasuruan, Mojokerto, Mojosari, Jombang, Ponorogo, Surabaya, dan Sidoarjo.     Pesannya kenapa kelompok seni tradisi barongan dimunculkan secara kolosal melalui parade untuk menunjukkan bahwa spirit kesenian tradisi Jawa Timur itu kaya, yang terdiri dari sekian banyak jenis kesenian barong, reog, jaranan, bantengan. Seingatku pada bulan Oktober 2017 tahun lalu, mereka berparade di lokasi seputar lapangan Markas Kodam V Brawijaya Surabaya mulai pukul 14.30 WIB dan masing-masing menggelar atraksi di lapangan Markas Kodam V Brawijaya hingga menjelang maghrib. Kangen dengan peristiwa budaya seperti saat itu ya gaes, keren semua pendukung acara juga merasakan kebanggaan bisa merawat tradisi nusantara.

Jaranan Sarpo Budoyo masih eksis

 


Sekarang ini seni jaranan di jember banyak yang memodifikasi model hiburannya dipadu dengan campursarian. Mungkin memenuhi tuntutan masyarakatnya terutama dalam hal hiburan, sebagai pengisi acara hajatan. Acaranya  kadang sunatan, pernikahan dan bersih desa untuk meramaikan dan memeriahkan selain seni jaranan juga seni campursari.

Dengan perpaduan tersebut jadi sama-sama bisa nggendong ngindhit atau bahu membahu, misalnya warga nya seneng campursari ya acara campursarinya bisa lebih banyak porsinya atau pas malam harinya dan seni jaranan dilaksanakan pada siang harinya. Dengan demikian sangat dimungkinkan seni jaranan di desa-desa di jember bisa bertahan dan eksis. Seperti halnya komunitas seni jaranan dan campursari sarpo budoyo di desa curahnongko tepat sanggarnya terletak di dusun kidul kali.

Sarpo budoyo juga mampu mengadakan regenerasi para pemainnya, baik penari ataupun pengrawitnya. Generasi muda yang dilatih tersebut berasal dari desa setempat, sehingga jika ada latihan rutin mereka dapat selalu hadir karena kedekatan wilayahnya. Dengan demikian intensitas pertemuan diantara mereka terjaga, misalnya untuk berlatih komposisi dan variasi tarian jaranan serta atraksi-atraksi pemain jaranan lainnya. Semoga sarpo budoyo senantiasa menampilkan hiburan segar bagi masyarakat pencintanya.


 

Senin, 13 Juni 2022

cinta bikin tumpul


Lelaki itu dimiliki Tuhan untuk ditemani

mencari wanitamu, ku melihatmu

Kau berikan semua yang kuminta

kau jauhkan mimpi-mimpi kelabuku

kelamku kau urai mulai dari ujung

tuk mencari jawaban bidadarimu

dibalik transparanya tirai tipis

Ia kekasihmu, hanya kusam mata batinmu 

Akulah wanitamu yang kau cari

Tuhan memilihku dikisahmu


retorika dengan lontong-lontong


DEKLAMASI LONTE-LONTE PADA LONTONG LONTONG
medio95womentracking

kami para lonte:
kami telah mensubsidikan separo hati lebih padamu
meski lama menyelami bau got-got buntu kota
tersumbat limbah sampah pabrik plastik dan ambisi
dan setengahnya kami simpan diasap-asap tungku dapur

kami dengan sekian obsesi menyediakan tubuh ini ditindih 
badan-badan jalan berlemak aspal, yang bau keringatnya
sudah dimanipulasi bahkan dikorupsi tak bersisa
sadarilah ketika kau hina kami, kau hinakankamu sendiri

kami tahu kalian mencelupkan lontong dan mengentasnya
dengan lancang, pahamilah kata kerja dan realisasinya
pasti subyek dikenai benda bertuan dan berbatang ganda
dan yakinilah bahwa ini bunkan hanya tumpang tindih belaka

kami nyatakan bahwa tidak ada seorang ibu tidak pernah 
berdoa untuk anaknya, anak dengan segala masa depannya
biarlah kami saja yang ber retorika bersama lontong
jangan yang kuncup kau buka kau jebak kau benamkan



 

mengenal alam sekitar


awal si buyung cintai negerinya

Sifat alamiah anak-anak biasanya cepat sekali merespon lingkungannya, karena sensor kuatnya ingin kenal sesuatu lebih banyak . Makanya begitu ketemu hal baru yang dikenalkan mamaknya, segera merespon meski kadang ujungnya ia menghindar karena agak-agak takut pada hal baru. Setelah mengenalinya bisa saja langsung suka banget. Memori si buyung akan merekam peristiwa perkenalan dia dengan lingkungan alamnya, apalagi lingkungan alamnya sangat bersahabat.

Mengenalkan si buyung pada lingkungan alam misalnya pantai, sungai, sawah maupun bukti dengan beberapa satwa yang ada, juga salah satu hal yang efektif untuk mengolah rasa pada anak untuk mencintai atau menyangi satwa dan lingkungannya. Kenal keanekargaman satwa pantai ada penyu, burung atau bahkan kepiting dan keong, kadang pas ada upacara di tepi pantai, tradisi larung sesaji dengan segala seni pertunujukan yang ditampilkan, akan menjadi pengalaman bagi si buyung. Mungkin waktu kecil belum bisa bersikap, memandang hal itu, tetapi ketika menginjak remaja dan dewasa kelak akan bisa bersikap ketika ada kondisi yang mengancam keindahan yang pernah dirasakan di masa kecilnya. harapanya dengan mencintai alamnya sibuyung kelak juga akan mencintai negrinya. Dengan keanekaragaman hayati, satwanya, kesenian, tradisi budaya masyarakatnya, ragam bahasanya yang dimiliki negeri ini suatu saat pasti si buyung akan berperan untuk membangun masyarakat yang berkebudayaan dinegerinya.

Minggu, 12 Juni 2022

Gincu biru tua


 sisi hidup lenggeran'95


Malam,

Lampu-lampu pasar telah sepi, menguyah waktu dalam sehari

malam datang menginjakkan kaki dibangku-bangku

alunan gong bikin ritmis erotiknya tubuh terbalut

memoles wajah terhalang makeup tebal, gincu gelap

mencairkan suasana malam, malam bergairah

Aku saksikan perempuan-perempuan menguji

kesetiaannya pada malam temaram kelam

Aku melihat sedikit paras rautnya setengah telanjang

setengahnya lagi tersimpan tabir dibilik rahasianya

Dia yang membelah kebekuan malam, meski gusar

kadang hinggap, sudah basah bukan kepalang

banyak yang dibikin senang kerja cari uang

ini kenyataan hidup, berlomba dengan impian para bidadari

malam.

Sabtu, 11 Juni 2022

kau anggap sama


kasihan anak itu berlari tanpa kenakan sepatu

kasihan anak itu bermain dibawah hujan

menciba menyapa hitamnya aspal jalanan

mencoba mengkais tetesan air kehidupan


Terlintas disudut matanya

menyimpan harapan yang dalam

terlihat diguratan wajahnya

merindukan alam semestinya


aku saksikan

aku merasakan

aku menyaksikan

aku adalah dia


*anak gang kumuh '95