Salah satunya produk politik liberal parlemen belanda adalah
Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870. Undang-undang ini
mengatur prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan. Tokoh yang
mengeluarkan Undang-Undang Agraria 1870 di zaman Hindia Belanda adalah
Engelbertus de Waal, yang menjabat sebagai menteri jajahan pada jaman Raja Willem
III. Memberikan kesempatan warga pribumi untuk bekerjasama dengan investor dari
eropa , jepang dan timur jauh, tetapi pada pelaksanaan yang tidak terkontrol
justru membikin keruwetan dan ketimpangan tata kelola agraria. Tidak bisa
dipungkiri hal ini juga sebagai pemicu akulturasi diantara pribumi dan warga
asing. Hal ini juga terjadi di batavia atau jakarta, makanya banyak pabrik
didirikan baik milik orang china maupun eropa.
Pemicu lainnya terjadinya akulturasi antar etnis di batavia
atau jakarta waktu itu, stimulannya adalah Penobatan Ratu Wilhelmina di Belanda membuat
pemerintahan Gementee Batavia di Jakarta menggelar pesta berupa pasar malam di
Koningsplein, kini dikenal dengan kawasan Monumen Nasional. Wilhelmina naik
takhta pada tahun 1890 saat usianya baru 10 tahun. Takhta didapatkan dari sang
ayah, Raja Willem III, yang meninggal pada 23 November 1890. Memasuki usia 20
tahun, Wilhelmina sudah menunjukkan kualitasnya karena ditempa oleh banyaknya
permasalahan dan perang dunia. Dia menetapkan kebijakan politik etis, yang
akhirnya mengantarkan Indonesia pada kebangkitan nasional.
Acara ini kemudian dikenal dengan Pasar Malam Gambir dan
dilaksanakan rutin setiap tahun. Namanya kota besar kota pelabuhan tentusaja
menjadi tujuan untuk mencari nafkah yang datang dari daerah-daerah nusantara
maupun orang asing. Moment hiburan yang didukung oleh penguasa pemerintahan
tentusaja, akan meriah karena mestinya akan mendapatkan dukungan dari
pihak-pihak pengusaha yang telah bermitra dengan pemerintahan waktu itu. Akulturasi
diantara mereka tidak bisa dihindarkan, pekan raya pasar gambir bisa saja
dianggap sebagai pemicu, kesenangan keriangan dan saat-saat sejenak melepaskan
sisi-sisi identitas kedaerahannya karena bahagia seringkali tidak mengenal
batas identitas etnis.
Kemudian ketika Batavia di kuasai orang Inggris, gagasan
pendirian Pekan Raya Pasar Gambir dibuat lebih glamour oleh Thomas Stamford Raffles dimana pada saat itu Pulau Jawa dikuasai oleh
Kerajaan Inggris. Maka bersamaan dengan ulang tahun Raja Inggris King George
III pada tahun 1812 Pekan Raya Pasar Gambir bisa setaraf kemajuan nya dengan
Singapura. Selang beberapa tahun berikutnya Pekan Raya Pasar Gambir ini dilaksanakan kembali pembangunan oleh
seorang Arsitek terkenal pada saat itu yaitu Mr. J. H. Antonisse tahun 1920 ia
diangkat menjadi Kepala Departemen Teknis Kota Batavia . Dari sinilah ia mengekspresikan kemampuan seni arsitekturnya.
Sejak tahun 1923 ia merancang pasar tahunan yaitu Pasar
Gambir , yang secara bebas dicampur antara gaya arsitektur Timur dan Barat .
Kegiatan Pasar Gambir di Batavia berlangsung dua minggu setiap tahun nya dan
dibangun kembali setiap kali dalam bentuk yang berbeda tahun berikutnya. Awalnya
desain Antonisse lebih ke Eropa daripada Asia , namun pada tahun-tahun kemudian
setelah itu sebaliknya desain Asia lebih dominan .Pasar Gambir adalah pasar
oriental tapi diciptakan oleh orang Barat , dengan disain campuran etnis yang setiap tahun berganti disainnya. Pekan
raya pasar gambir itu dimeriahkan dengan ekspresi budaya misalnya karnaval , pasar kerajinan , hiburan
musik , permainan ular oleh fakir India . Pasar Gambir dikatakan sebagai kota
fantasi. Kota hiburannya beragam etnis, bagaimana tidak bercampur etnis yang
hidup disana, karena hampir empat dekade pemerintah belanda mendukungnya. Percampuran
antar etnis adalah suatu keniscayaan yang bakal terjadi di batavia atau
jakarta.
Aktivitas Pasar Gambir terhenti ketika Jepang menggantikan
Belanda menguasai Indonesia pada 1942. Keceriaan itu kembali dihidupkan oleh
Gubernur Ali Sadikin pada 1968. Hingga terakhir di masa Jokowi dulu areal pekan
raya jakarta hanya tujuh hektar kini menjadi empatpuluh hektar lebih.Kenangan dulu
semasa kecil ada pekan raya yang bisa menampung jutaan penduduk Jakarta dan
orang luar yang punya kenangan di pasar Gambir. Karena dulu Pasar Gambir di
Jakarta merupakan keramaian yang menyenangkan, orang di Jakarta benar-benar
seperti dimanjakan selama dua minggu. Di arena itu warga Jakarta bisa menikmati
aneka suguhan hiburan seperti bioskop, panggung joget untuk tua-muda, dan
panggung kesenian dan kuliner daerah-daerah. Makanya kini orang batavia yang
menjadi orang betawi adalah etnis hasil dari percampuran lintas budaya dan
tradisi dari suku nusantara dan dari luar negeri lainnya. Heibat ya gaes
bagaimana kerumunan pasar dengan ekspresi seni budaya masing-masing mampu
bercampur dan beradaptasi membentuk budaya baru. Ternyata pasar tidak hanya
pertemuan pedagang dan pembeli tetapi jika di created akan juga menjadi
pertemuan budaya diantara mereka. Semoga menginspirasi para elite pemerintahan untuk menciptakan media sebagai peningkatan ekonomi serta dapat juga berekspresi seni budaya antar etnis menjadi peristiwa budaya.